Pertamina menargetkan penurunan emisi karbon sebanyak 34 ribu ton per tahun dari pemasangan 5.000 PLTS di Green Energy Station (GES). Saat ini pembangkit energi surya tersebut telah terpasang di 76 titik GES yang berlokasi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
GES merupakan konsep baru SPBU Pertamina yang memberikan terintegrasi untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan bagi konsumen. Salah satunya dengan memanfaatkan solar photo voltaic (PV) atau PLTS sebagai salah satu sumber energi mandiri dan ramah lingkungan.
“Proyek ini adalah bagian dari transisi energi di ekosistem Pertamina. Kami menargetkan pemasangan PLTS di internal Pertamina, baik di proses inti, perkantoran, maupun fasilitas lainnya," ujar CEO Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) Pertamina, Dannif Danusaputro dalam keterangan tertulis, Kamis (2/9).
Menurut dia program ini merupakan kelanjutan dari tahun 2020, di mana pemasangan PLTS telah dilakukan di 63 SPBU Pertamina yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dengan total kapasitas sebesar 385 KWp.
Dengan target 5.000 PLTS maka total kapasitas terpasang sekitar 31 megawatt (MW), dengan potensi penurunan emisi karbon mencapai 34.000 ton per tahun.
Penggunaan PLTS pada SPBU menunjukkan tren yang meningkat secara global. Sebagai contoh, setidaknya 700 SPBU di 29 negara Afrika telah menggunakan PLTS atap. Di India, setidaknya telah terpasang PLTS dengan total kapasitas 270 MWp dan menargetkan 50% SPBU yang ada memasang PLTS dalam 4 tahun mendatang.
Dengan tren ini, sudah sewajarnya Pertamina secara aktif mengerahkan upaya terbaik untuk menghijaukan SPBU. Pertamina mendukung target pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 melalui transisi energi.
Dalam peta jalan (roadmap) transisi energinya, Pertamina menargetkan energi hijau mencapai 17% dalam portofolio bisnis di tahun 2030. “PNRE akan terus tancap gas untuk transisi energi. Kita melihat bahwa pengembangan energi bersih, termasuk PLTS, adalah investasi masa depan,&” kata Dannif.
Realisasi penurunan emisi karbon dioksida (CO2) khususnya dari sektor energi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, realisasi penurunan CO2 telah memenuhi target kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC) pada 2019.
Pemerintah menghitung pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) berkontribusi terhadap berkurangnya 34,3 juta ton gas rumah kaca (CO2e). Efisiensi energi menyusul karena mengurangi 13 juta ton CO2e. Simak databoks berikut: