Strategi Berbeda Amazon dan Multi Bintang Capai Target Transisi Energi

ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Petugas melakukan perawatan panel surya di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
10/9/2021, 17.12 WIB

Perusahaan nasional dan multinasional besar di berbagai industri di tanah air semakin serius untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) dalam seluruh aktivitas operasionalnya. Hal ini demi mengurangi emisi karbon dan membantu pemerintah dalam mencapai target bauran sebesar 23% pada 2025.

Total ada tiga belas perusahaan yang menandatangani pernyataan aspirasi bersama yang menyatakan dukungan mereka terhadap transisi EBT di Indonesia. Perusahaan tersebut yaitu Amazon, Body Shop, Columbia, Danone, H&M, Multi Bintang Indonesia, New Balance, Nike, Nutrifood, REI, Schneider Electric, Six Senses, dan VF Corporation.

Salah satu bagian dari pernyataan tersebut adalah permintaan agar para pemangku kepentingan dapat merumuskan dan memperkuat kebijakan, skema, serta membuat produk hijau inovatif agar mempercepat transisi EBT dan memenuhi target bauran energi Indonesia.

Multi Bintang, misalnya, memiliki target penggunaan EBT dalam operasional bisnisnya 100% pada 2025 guna mengurangi emisi CO2. Target tersebut akan dicapai secara bertahap dengan target sebesar 65% pada 2022.

"Penggunaan EBT kami saat ini sudah mencapai 38%," ujar Corporate Affairs Director Ika Noviera dalam diskusi dan wawancara secara virtual yang digelar Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) Indonesia, Jumat (10/9).

Untuk itu, guna mencapai target tersebut maka dibutuhkan kerja sama dan dukungan penuh dari sisi kebijakan Pemerintah Indonesia dan kolaborasi dengan PLN. Misalnya seperti pembelian green tariff atau implementasi power wheeling.

"Kami bersama Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) mendukung target bauran energi pemerintah 23%. Kalau boleh bermimpi 100% Bir Bintang yang kami ekspor dihasilkan dari lini produksi energi terbarukan," ujarnya.

Ika membeberkan bahwa untuk mencapai target tersebut, perusahaan mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS dan pembangkit biomassa. "Kami proses bangun biomassa di Tangerang dan juga dalam proses menyelesaikan panel surya atap," ujarnya.

Sementara, Head of Energy and Environment Policy Asia-Pacific, Amazon Web Services, Ken Haig mengatakan pihaknya memiliki komitmen kuat dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Bukan hanya bagi Amazon, namun juga bagi pelanggan yang ada dimanapun.

Perusahaan sendiri mempunyai komitmen untuk mencapai target nol emisi bersih pada tahun 2040 dan menuju ke penggunaan energi terbarukan secara penuh di tahun 2025. Salah satu fokus penting yang saat ini dikerjakan perusahaan yakni pemanfaatan teknologi cloud.

Menurut dia dengan pemanfaatan cloud setidaknya dapat mengurangi konsumsi energi hingga 78%. "Dan beberapa emisi karbon dengan jalankan kerja berbasis cloud dan yang ramah energi lainnya," kata dia.

Perusahaan optimis bahwa kebijakan dan peraturan yang mendukung dapat membuka kunci perusahaan dalam pemanfaatan energi terbarukan. Selain itu, memungkinkan Indonesia dapat mencapai bauran EBT sebesar 50% di tahun 2045.

Perbaikan kebijakan sangat dibutuhkan untuk sektor komersial dan industri di Indonesia. Mengingat tak hanya bersih saja, sumber EBT membuka kesempatan kerja dan investasi baru.

CEIA Indonesia percaya bahwa korporasi, sebagai salah satu pengguna energi terbesar di Indonesia, adalah kunci untuk mempercepat transisi EBT di Indonesia. Banyak dari korporasi telah membuat komitmen dan menargetkan untuk mencapai 100% energi terbarukan pada tahun 2050.

Hal ini juga dibuktikan dengan laporan Bloomberg NEF yang menyatakan adanya tren peningkatan pembelian EBT oleh perusahaan pada tahun 2020, meskipun di tengah kondisi pandemi.

Menurut data Kementerian ESDM, pemanfaatan EBT memiliki kontribusi terbesar dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Sepanjang 2020, pemanfaatan EBT berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 34,3 juta ton CO2e, atau setara 53,3% dari total penurunan emisi di sektor energi.

Berdasarkan dokumen kontribusi yang ditetapkan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC), pemerintah menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia melalui usaha sendiri sebesar 29% pada 2030, atau sebesar 41% dengan dukungan internasional. Simak databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan