Perusahaan EBT Singapura, Sunseap, Bakal Bangun PLTS 7 GWp di Kep Riau

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Penulis: Happy Fajrian
26/10/2021, 15.44 WIB

Sebuah konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan energi baru terbarukan (EBT) asal Singapura, Sunseap Group, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kepulauan Riau.

Listrik yang dihasilkan nantinya akan diekspor untuk memenuhi kebutuhan energi Singapura, menggunakan kabel listrik bawah laut. Proyek ini akan membantu Singapura dan Indonesia untuk memenuhi target energi hijau dan menjadi salah satu proyek energi bersih interkoneksi lintas batas terbesar di Asia Tenggara.

Dalam pernyataannya, Sunseap menjelaskan bahwa PLTS yang akan dibangun berkapasitas total 7 gigawatt-peak (GWp), termasuk di dalamnya PLTS terapung sebesar 2,2 GWp yang akan dibangun di pulau Batam.

“Ditambah dengan beberapa sistem penyimpanan energi dengan total lebih dari 12 gigawatt jam (GWh), ini bertujuan untuk menyediakan 1 GW energi bersih rendah karbon non-intermiten untuk Singapura dan Indonesia,” tulis pernyataan Sunseap seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/10).

Konsorsium tersebut bertujuan untuk memenuhi 20-25% dari target impor listrik rendah karbon Singapura sebesar 4 GW pada 2035 yang diumumkan sebelumnya, sebagai bagian dari rencana untuk mendiversifikasi pasokan dan meningkatkan ketahanan energi.

Mengutip Reuters, MoU ditandatangani oleh beberapa perusahaan di antaranya Sumitomo Corp., Samsung C&T Corp., Oriens Asset Management, ESS Inc., Durapower Group, PT Mustika Combol Indah, dan PT Agung Sedayu.

Adapun Sunseap berencana membangun PLTS terapung di Waduk Duriangkang, Pulau Batam, dengan luas sekitar 1.600 hektare (ha). Biaya untuk membangun pembangkit ini direncanakan sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29 triliun.

Sunseap dan otoritas kawasan bebas Batam Indonesia, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) telah meneken nota kesepahaman (MoU) untuk proyek tersebut pada Juli 2021.

"Proyek tunggal ini akan menggandakan seluruh portofolio kami, yang lebih penting lagi membangun kemampuan kami menuju proyek penyimpanan energi dan surya skala besar," kata Frank Phuan, salah satu pendiri dan kepala eksekutif Sunseap, seperti dikutip Reuters.

Dia menambahkan bahwa PLTS terapung akan sangat membantu mengatasi kendala lahan yang dihadapi negara kota tersebut dalam memanfaatkan energi terbarukan.

Sunseap Group adalah pengembang, pemilik, dan operator PLTS di Singapura, dengan lebih dari 2.000 MegaWatt-peak (MWp) proyek energi surya dikontrak di seluruh Asia. Pada bulan Maret, mereka menyelesaikan PLTS terapung 5 MWp di lepas pantai Singapura di sepanjang Selat Johor.

Pembangunan proyek, yang akan dibiayai melalui utang bank dan modal Sunseap, akan dimulai pada 2022 dan direncanakan selesai pada 2024, kata perusahaan itu. Menurut Sunseap, energi yang dihasilkan dan disimpan akan memasok energi surya non-intermiten sepanjang waktu.

Sebagian energi hijau akan dikonsumsi di Batam, sedangkan sisanya berpotensi diekspor ke Singapura sekitar 50 kilometer melalui kabel bawah laut. Batam saat ini memiliki total kapasitas pembangkit listrik 540MW dari pembangkit gas, uap dan diesel, menurut situs web BP Batam.

"Investasi Sunseap ini akan menjadi dorongan tepat waktu bagi industri Batam karena mereka berusaha untuk mengurangi jejak karbon dari operasi mereka," kata Muhammad Rudi, ketua BP Batam dalam pernyataannya.