Indonesia Investment Authority (INA), lembaga sovereign wealth fund Indonesia, membuat kesepakatan dengan pembuat baterai asal Cina, Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) dan CMB International. Mereka bersepakat menyiapkan Green EV Fund atau dana kendaraan listrik hijau atau electric vehicle (EV) sekitar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29,6 triliun.
Dana tersebut akan diinvestasikan dalam rantai nilai industri kendaraan listrik untuk menangkap pasar yang diharapkan tumbuh cepat secara global. “Dengan CATL dan CMB International sebagai mitra utama, kami mencari mitra terbatas untuk berinvestasi dalam dana EV hijau, untuk menangkap peluang rantai nilai EV ini terutama di Indonesia,” kata CEO INA Ridha Wirakusumah dalam konferensi B20 Summit Indonesia di sela-sela KTT G20 di Bali, Senin (14/11).
Ridha mengatakan INA mengembangkan Green EV Fund sebagai bentuk kontribusi mengurangi emisi CO2 sekaligus mendorong adopsi kendaraan listrik dan penetrasi pasar. Kendaraan listrik diperkirakan akan semakin maju karena menghemat biaya.
Pasar global untuk kendaraan listrik berkembang tiga kali lipat hanya dalam tiga tahun. Pada 2021 terdapat lebih dari 16 juta kendaraan listrik di jalan dan dalam empat tahun ke depan diperkirakan lebih dari 50% dari semua kendaraan yang terjual merupakan kendaraan listrik.
“Tidak dapat disangkal, rantai nilai ke ujung untuk EV sangat besar. Pada 2030 sampai 2035 semua mobil diharapkan 100% listrik,” ujar Ridha.
Pemerintah memperkirakan sebanyak 2,1 juta sepeda motor listrik dan 400.000 mobil listrik akan terjual pada 2025.
Indonesia ingin mengembangkan industri kendaraan listrik dan baterai sendiri di dalam negeri, setelah melarang ekspor bijih nikel untuk memastikan pasokan bagi investor sejak 2020.
Awal tahun ini, CATL mengumumkan proyek baterai listrik senilai US$6 miliar di Indonesia, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Indonesia.