Sejumlah organisasi masyarakat sipil berkoalisi untuk mengembangkan investasi solusi berbasis alam (nature-based solution) demi melawan perubahan iklim.
Koalisi yang disebut SCeNe tersebut terdiri dari Conservation International (CI), The Nature Conservancy (TNC), Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), dan Birdlife International. Selain itu, ada juga Wildlife Conservation Society (WCS), Mandai Nature, World Resources Institute (WRI) Indonesia dan World Wide Fund for Nature (WWF) Singapura. Adapun Boston Consulting Group bertindak sebagai penasihat koalisi.
“Kita harus bersatu untuk berkolaborasi secara efektif, menggabungkan keahlian dan sumber daya,” kata Anggota Steering Committee SCeNe Coalition dan Chief Executive Officer (CEO) Mandai Nature Sonja Luz dalam keterangan tertulis, Senin (5/6).
Solusi berbasis alam atau Nature-based Solution (NBS) kian digemari karena memiliki berbagai manfaat. Selain sebagai solusi perubahan iklim, NBS dianggap bisa melestarikan keanekaragaman hayati, dan berdampak besar kepada masyarakat adat di sekitar ekosistem.
Berdasarkan catatan Koalisi SCeNe, Asia Tenggara memegang 15% hutan tropis dunia, 35% terumbu karang, serta 25 juta hektare lahan gambut. Bahkan, terdapat 20% spesies vertebrata dan tumbuhan dunia ditemukan di kawasan ini. Tidak hanya itu, Asia Tenggara adalah rumah bagi 650 juta jiwa yang banyak di antaranya bergantung pada alam dan ketahanan pangan.
Dari segi iklim, kawasan ini mencakup sekitar 25% karbon hutan, 19-49% karbon biru, dan hampir 97% penyerapan karbon lahan gambut tropis. Sehingga, Asia Tenggara menjadi sasaran penting untuk aksi iklim.
Di sisi lain, investasi swasta dalam NBS juga terus meningkat. Koalisi SCeNe menilai pasar karbon adalah salah satu alat paling efektif untuk memanfaatkan investasi swasta tersebut. Sehingga, terdapat peluang untuk mengarahkan pembiayaan iklim tersebut ke proyek NBS di Asia Tenggara.
Koalisi ini memiliki Alat NBS untuk mencapai tujuannya. Lembaga amal Google.org telah memberikan dukungan awal sebesar US$ 1 juta kepada Mandai Nature untuk bergabung dengan Koalisi SCeNe dalam pengembangan Alat NBS.
Co-chair Koalisi SCeNe dan Direktur Regional Kepulauan Asia Tenggara WCS Martin Callow menyebutkan ada sejumlah tantangan dalam pengembangan NBS. Tantangannya adalah bagaimana membuat NBS itu sendiri serta memastikan solusi yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi iklim, masyarakat, dan keanekaragaman hayati.
Tidak hanya itu, Koalisi ini sedang mengembangkan program Inkubator NBS. Tujuannya adalah memberikan dukungan ilmiah, regulasi, teknis, teknologi, keuangan, dan pengembangan bisnis kepada organisasi teknis di berbagai tahap pengembangan proyek. Rincian program ini akan tersedia menjelang akhir tahun 2023.