IEA: Setop Investasi Bahan Bakar Fosil demi Net Zero Emission 2050

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/YU
Foto udara panel surya di atap pabrik Schneider Electric di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/7/2022).
Penulis: Happy Fajrian
26/9/2023, 14.42 WIB

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA) menyebutkan dunia harus segera menghentikan investasi pada sektor bahan bakar fosil, jika ingin mencapai target net zero emission (NZE) 2050.

Investasi bahan bakar fosil yang harus dihentikan terutama pada proyek pengeboran minyak dan gas, pembukaan tambang batu bara baru atau ekspansi tambang eksisting, serta proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru.

IEA memprediksi permintaan bahan bakar fosil global pada 2030 akan 25% lebih rendah dibandingkan saat ini. Permintaan kemudian akan turun lebih tajam lagi pada 2050. Jumlahnya diperkirakan hanya mencapai 20% dari level saat ini.

“Mengurutkan proses peningkatan investasi energi bersih dan penurunan pasokan bahan bakar fosil sangat penting untuk menghindari lonjakan harga yang membebani dan untuk menghindari kelebihan pasokan energi global,” kata IEA dalam laporan Net Zero Roadmap: A Global Pathway to Keep the 1.5 °C Goal in Reach, dikutip Selasa (26/9).

Penentuan waktu yang tepat juga penting untuk menjaga keamanan energi dan melakukan transisi pekerja di sektor tinggi karbon ke industri lain yang lebih ramah lingkungan. Dunia juga harus meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat agar keamanan energi tidak terganggu.

Untuk itu dibutuhkan investasi senilai US$ 4,5 triliun atau hampir Rp 70 kuadriliun untuk mencapai target NZE 2050. Sekitar US$ 1,8 triliun atau hampir Rp 29 kuadriliun harus diinvestasikan negara-negara di dunia tahun ini. Investasi tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi energi bersih, termasuk panel surya dan kendaraan listrik.

“Dunia harus meningkatkan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan global, meningkatkan dua kali lipat infrastruktur hemat energi, meningkatkan penjualan pompa panas dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik pada tahun 2030,” tulis laporan IEA.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan laporan terbaru ini menjadi pesan yang sangat jelas bahwa kerja sama internasional yang kuat dibutuhkan untuk keberhasilan pencapaian target NZE 2050, utamanya pada KTT iklim PBB COP28 di Dubai pada November mendatang.

“Pemerintah perlu memisahkan masalah iklim dari geopolitik, karena besarnya tantangan yang ada. Dengan terbangunnya momentum internasional di balik target-target utama global, COP28 adalah peluang penting untuk komitmen terhadap ambisi iklim yang lebih kuat dan implementasinya di tahun-tahun sisa dekade yang kritis ini,” kata Birol.

IEA menilai peningkatan kapasitas energi terbarukan sebesar tiga kali lipat merupakan pendorong penurunan emisi terbesar hingga 2030 dalam skenario net zero emission 2050. Negara-negara maju dan Cina diproyeksikan akan mencapai 85% dari kapasitas energi terbarukan yang dibutuhkan pada 2030 dengan kebijakan yang ada saat ini.

“Dukungan kebijakan yang lebih kuat dan dukungan internasional dibutuhkan negara-negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukannya secara signifikan,” tulis laporan IEA.