IEA Ajukan 5 Pilar Agar Target Kenaikan Iklim di Bawah 1,5 °C Tercapai
International Energy Agency atau IEA mengajukan lima pilar yang harus dijalankan negara-negara di dunia, agar target kenaikan iklim global di bawah 1,5 °C tercapai. Lima pilar ini diajukan, karena komitmen peningkatan kapasitas energi terbarukan dunia hingga tiga kali lipat, dipandang tidak cukup.
Seperti diketahui, pada pada pertemuan iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, 116 negara berjanji untuk melipatgandakan kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2030 sebagai cara untuk mengurangi porsi bahan bakar fosil dalam produksi energi dunia.
Janji yang termaktub dalam Global Decarbonization Accelerator (GDA) tersebut, meski dipandang sebagai langkah yang baik untuk menuju target global, tetapi tidak cukup kuat untuk memastikan kenaikan iklim global mencapai target di bawah 1,5 °C. Ini dengan asumsi negara-negara yang berikrar melalui GDA tersebut benar-benar memenuhi komitmennya.
Berdasarkan World Energy Outlook 2023 yang dirilis IEA, setidaknya ada lima langkah yang harus dilakukan, yang di dalamnya juga mencakup peningkatan kapasitas EBT hingga tiga kali lipat. Lima langkah tersebut, antara lain:
- Meningkatkan kapasitas EBT global sebanyak tiga kali lipat.
- Menggandakan tingkat peningkatan efisiensi energi.
- Mendorong komitmen industri bahan bakar fosil, dan khususnya perusahaan minyak dan gas, untuk menyelaraskan aktivitasnya dengan Perjanjian Paris, dimulai dengan mengurangi emisi metana dari operasi sebesar 75%.
- Menetapkan mekanisme pembiayaan skala besar untuk melipatgandakan investasi energi ramah lingkungan di negara-negara berkembang dan berkembang.
- Berkomitmen pada langkah-langkah yang menjamin penurunan penggunaan bahan bakar fosil secara teratur, termasuk penghentian izin baru terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara.
Menurut Executive Director IEA Fatih Birol, membangun konsensus dengan cepat seputar semua pilar ini sangatlah penting. Ia menjelaskan, tidak satu pun dari lima pilar tersebut dapat berjalan tanpa pilar lainnya.
"Untuk mencapai tujuan tersebut juga memerlukan sejumlah langkah-langkah yang menyertainya, seperti memperluas jaringan listrik, meningkatkan penggunaan bahan bakar rendah emisi, dan membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir," kata Birol, dalam keterangan resmi IEA, dikutip Minggu (3/12).
Birol menambahkan, meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030 akan menghasilkan sekitar sepertiga pengurangan emisi yang dibutuhkan dekade ini untuk membawa dunia menuju jalur menuju 1,5 °C.
Namun, tanpa komitmen dan tindakan nyata untuk memobilisasi dan menyalurkan lebih banyak pendanaan bagi negara-negara berkembang, dunia mungkin akan gagal mencapai tujuan tersebut.
Terkait dengan peran perusahaan-perusahaan migas, berdasarkan laporan bertajuk 'The Oil and Gas Industry in Net Zero Transitions', industri ini memainkan peranan penting, agar target iklim global tercapai.
Laporan tersebut menekankan perlunya upaya nyata untuk mengatasi emisi dari operasi industri migas, sehingga menurunkan emisi sebesar 60% pada 2030, dan memanfaatkan peluang di bidang energi ramah lingkungan. Saat ini, industri migas global hanya menginvestasikan 2,5% belanja modalnya pada energi ramah lingkungan.
IEA menyarankan agar industri migas lebih gencar menggunakan teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilisation and storage/CCUS). Teknologi ini dapat memainkan peran penting dengan melakukan dekarbonisasi pada bagian-bagian tertentu perekonomian yang emisinya paling sulit diatasi.
Dengan menjalankan lima pilar yang telah disebutkan, negara-negara dapat di dunia dapat memberikan harapan dan momentum baru untuk membatasi pemanasan global dengan kenaikan di bawah 1,5 °C.