Malaysia mulai melelang kredit karbon pertamanya di bawah Bursa Carbon Exchange (BCX) dari Proyek Konservasi Hutan Hujan Kuamut di Sabah pada Kamis (25/7).
Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Lingkungan Malaysia, Nik Nazmi Nik Ahmad, mengatakan lelang itu merupakan peristiwa bersejarah karena kredit karbon yang dihasilkan dari proyek di Sabah tersebut menjadi yang pertama dilakukan di negara tersebut di bawah BCX.
BCX merupakan bursa produk multi-lingkungan pertama di dunia yang mematuhi syariah dan memfasilitasi perdagangan kredit karbon dan sertifika energi baru terbarukan (RECs) melalui kontrak standar. Bursa karbon tersebut dioperasikan oleh Bursa Malaysia Carbon Market Sdn Bhd, anak perusahaan Bursa Malaysia Berhad.
Dikutip dari Antara, Kamis (25/7), Nik Nazmi meminta agar pemangku kepentingan dari sektor korporasi ikut mendukung pendanaan iklim melalui lelang kredit karbon tersebut. Lelang itu bertujuan membantu mengidentifikasi harga pasar kredit karbon yang dihasilkan di Malaysia, serta sinyal harga yang jelas bagi calon pengembang proyek yang ingin terlibat inisiatif kredit karbon hutan di Malaysia.
Ia mengatakan, perusahaan yang membeli kredit karbon itu secara tidak langsung berkontribusi terhadap pelestarian hutan alam, pelestarian keanekaragaman hayati, membantu mengatasi perubahan iklim, dan menghasilkan peluang ekonomi dan pekerjaan ramah lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Melalui inisiatif BCX ini, dukungan terhadap pengembangan pasar karbon Malaysia akan menjadi katalis bagi peningkatan proyek karbon di negara tersebut, serta menumbuhkan budaya inovasi dan praktik berkelanjutan.
Proyek Kuamut, menurut Nik Nazmi, telah dievaluasi dan diakui sebagai kredit karbon “ex-ante” yang tinggi (dengan peringkat "Ae") oleh perusahaan evaluasi internasional, BeZero. Lelang karbon disebutkan dapat melindungi dan merestorasi 83.381 hektare hutan tropis di distrik Tongod dan Kinabatangan di Sabah, Malaysia timur.