Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan volume transaksi bursa karbon Indonesia telah melampaui pasar karbon negara Asia lain seperti Malaysia dan Jepang. Setahun didirikan, jumlah pengguna jasa bursa karbon Indonesia telah meningkat signifikan dari 16 menjadi 81 pengguna.
Bursa Karbon Indonesia resmi didirikan pada 26 September 2023. Sedangkan Bursa Karbon Tokyo mulai berlaku 20 September 2023. Lain halnya dengan Bursa Karbon Malaysia yang baru memulai lelang pada Juli 2024.
Perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia tercatat mencapai 600 ribu ton setara CO2. Angka tersebut lebih besar dibandingkan Bursa Jepang sebanyak 502.811 ton setara CO2 dan Bursa Malaysia sebesar 190.351 ton setara CO2.
“Kalau kita bicara bursa karbon yang sebaya, bursa karbon Malaysia dan Jepang, dibandingkan dua bursa itu kita lebih besar perdagangannya,” kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (3/10).
Iman mengatakan, bursa karbon berpotensi untuk berkembang lebih besar, namun hal tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Bursa karbon saat ini merupakan pasar sekunder dan BEI hanya memperdagangkan volume yang tersedia.
Dia mengatakan, BEI selanjutnya akan fokus pada pengembangan sistem yang sudah berjalan. Pihaknya juga telah menyiapkan sistem yang siap untuk mendukung transaksi besar, termasuk Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).
Ia mengatakan, transaksi karbon akan jauh lebih besar dibandingkan pasar sukarela jika Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi Pelaku Usaha (PTBAE-PU) sudah diperdagangkan. Saat ini, perdagangan karbon di sektor ketenagalistrikan diharapkan dapat terhubung dengan Apel Gatrik dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk memfasilitasi perdagangan yang lebih luas.
Selama tahun pertama beroperasi sejak 26 September 2023, IDXCarbon mencatatkan peningkatan jumlah Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang diperdagangkan dari 459.953 ton CO2e menjadi 613.894 ton CO2e. Nilai transaksinya juga naik, dari Rp 29,21 miliar menjadi Rp 37,06 miliar.
Dari total volume transaksi tersebut, sebanyak 420.029 ton CO2e telah digunakan (retirement), yang menunjukkan meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perdagangan karbon dalam melawan perubahan iklim.
Selain itu, saat ini terdapat tiga proyek SPE-GRK yang telah tercatat di IDXCarbon, yakni proyek Pertamina Geothermal Lahendong, PLTGU Muara Karang milik PLN, dan PLTM Gunung Wugul milik grup PLN. Berkat proyek tersebut, jumlah unit karbon yang tercatat meningkat dari 842.950 ton CO2e pada 26 September 2023 menjadi 1.777.141 ton CO2e pada 26 September 2024, dengan 1.357.112 ton CO2e yang masih tersedia setelah proses retirement.