Cara Kerja Modus Penipuan 'Pig Butchering Scam' di Dunia Kripto

Unsplash/Executium
Bitcoin salah satu mata uang di dunia kripto.
18/10/2022, 06.15 WIB

Popularitas investasi mata uang kripto (cryptocurrency) turut memancing praktik penipuan. Ini terutama terjadi pada investor pemula. Mereka mudah tergiur rayuan memperoleh keuntungan besar.

Baru-baru ini dikenal modus penipuan investasi kripto “pig butchering scam” yang menjadi sorotan di media sosial. Istilah ini menggambarkan mekanisme penipuannya. Sang penipu sebagai “peternak” menggemukkan “babi” agar menghasilkan daging tebal sebelum disembelih.

Penipu mengeluarkan berbagai jurus rayuan kepada calon korban. Dia diiming-imingi keuntungan melimpah jika berinvestasi di suatu platform kripto, yang belakangan ternyata bodong. Setelah merasa yakin dan mau berinvestasi dengan jumlah besar, si korban lalu “disembelih” dengan dirampas seluruh aset yang diinvestasikan.

Bermula dari DM Instagram

Salah satu korban modus penipuan pig butchering scam ini adalah perempuan asal Jawa Barat. Korban diketahui mengalami kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Awal mulanya dia terjerumus ketika mendapatkan direct message (DM) Instagram. Si penipu mengaku sebagai WN Korea Selatan yang menawarkan keuntungan besar dari setiap transaksi.

Korban percaya karena sempat menarik keuntungan dari platform tersebut. Setelah nilai investasinya bertambah besar, korban tak bisa lagi mencairkan asetnya. Bahkan akun yang dia daftarkan diblokir. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp550 juta.

Perbedaan dengan Modus Penipuan Kripto Lain

Selain skema pig butchering scam, Biro Investasi Federal (FBI) Amerika Serikat pernah mengungkap adanya modus penipuan kripto lain. Modus ini kerap disebut Romance Scam atau penipuan cinta. Lalu apa bedanya dengan pig butchering scam?

Jika pig butchering scam lebih memengaruhi psikologis korban dengan cara membangun kepercayaan, modus romance scam lebih berkedok asmara.

Modus ini banyak terjadi di situs atau aplikasi kencan, seperti Tinder. Namun, sering juga terjadi di Facebook, Instagram, atau media sosial lainnya.

Awalnya penipu akan membuat korban merasa jatuh cinta. Si penipu akan merayu dengan cara menunjukkan perhatian, rasa tulus, bahkan menjanjikan hubungan serius. Tak jarang si penipu memosting aktivitasnya di media sosial untuk meyakinkan korban.

Setelah masuk perangkap dan korban merasa jatuh cinta, si penipu kemudian melancarkan aksi dengan memeras aset kripto korban.

Literatur menunjukkan para korban kebanyakan memiliki perasaan kesepian. Sementara, pelaku berusaha masuk untuk memenuhi perasaan sepi dengan cinta dan perhatian yang pamrih, sebelum meminta imbalan berupa materi.

Selain itu, ada juga modus penipuan kripto dengan istilah rug pull atau bisa juga disebut sebagai exit scam. Pelaku penipuan ini biasanya mengaku sebagai pengembang yang merancang suatu proyek digital.

Jika sudah terjerat, pelaku kemudian menjual seluruh aset kripto dalam sebuah proyek aset digital milik korban secara serentak dan jumlah yang masif. Alhasil, nilai aset digital si investor menurun drastis, bahkan tak bernilai sama sekali. 

Kasus rug pull  umumnya terjadi pada jenis aset digital atau token dalam DEX atau decentralized exchange. Jenis aset ini biasanya mengandalkan keseluruhan atau kumpulan aset digital yang disimpan pada sistem tersebut.