Memahami Cara Menghitung Dividen dan Prosedur Pembayarannya

Freepik
Ilustrasi, menghitung dividen.
Penulis: Anggi Mardiana
Editor: Agung
24/10/2022, 16.27 WIB

Dividen merupakan salah satu faktor penentu seorang investor memilih saham. Emiten yang rutin membagi dividen kepada para pemegang sahamnya, tentu lebih dilirik. Nah, bagi investor pemula, pengetahuan mengenai cara menghitung dividen tentu diperlukan.

Sebagai informasi, dividen adalah bagian dari laba perusahaan yang besarannya ditetapkan oleh direksi, serta disahkan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham.

Cara menghitung dividen perlu diketahui, agar pemegang saham dapat melihat berapa besar nominal yang dapat didapatkan dari investasinya.

Untuk menghitung dividen, ada beberapa cara yang dapat dilakukan seorang pemegang saham, atau investor. Berikut ini ulasan mengenai cara menghitung pembagian laba ini.

Cara Menghitung Dividen

Untuk menghitung dividen yang akan didapatkan, caranya cukup mudah. Pemegang saham atau investor sebelumnya perlu mengetahui beberapa data, antara lain laba bersih perusahaan atau laba bersih per saham, dividend payout ratio (DPR), dan jumlah saham beredar.

Laba bersih per saham sering disebut sebagai earning per share (EPS), adalah pembagian antara laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan di periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar.

Sementara, DPR adalah rasio yang menunjukkan persentase setiap keuntungan yang diperoleh dan didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Lalu, jumlah saham yang beredar, atau outstanding share, adalah total lembar saham sebuah perusahaan yang dimiliki oleh para investor atau pemegang saham baik perorangan maupun institusi.

1. Cara Menghitung Dividen Berdasarkan DPR

Perhitungan dividen berdasarkan rasio DPR merujuk pada seberapa besar laba perusahaan yang dibagi menjadi dividen kepada investor dan pemegang saham.

Misalnya, PT ABC Tbk membukukan laba bersih senilai Rp 1 miliar, lalu perusahaan menetapkan akan membagi 50% dari total laba bersih sebagai dividen. Dari persentase tersebut, diketahui bahwa nominal dividen yang dibagikan, adalah Rp 500 juta.

Jumlah dividen yang diterima tiap pemegang saham tentu saja berbeda satu sama lain. Sebab, pembagiannya didasarkan atas jumlah investasi dari investor itu sendiri.

2. Cara Menghitung Dividen Melalui Dividend per Share (DPS)

Penggunaan dividend per share, atau DPS, juga dapat dijadikan patokan terkait cara menghitung dividen. Melalui DPS, pemegang saham atau investor menghitung dividen berdasarkan lembar saham yang beredar di publik.

Contoh, jika PT ABC Tbk memutuskan membagi dividen dengan total Rp 500 juta, sementara jumlah saham perusahaan yang beredar adalah 2 juta lembar saham, maka DPS yang akan diterima pemegang saham adalah Rp 250 per lembar saham.

Angka ini didapatkan dengan membagi laba yang akan dibagikan dengan jumlah saham yang beredar, yakni Rp 500 juta : 2 juta lembar saham.

3. Cara Menghitung Dividen Melalui Dividend Yield

Cara menghitung dividen yang terakhir, adalah dividend yield. Ini merupakan perhitungan saham berdasarkan harga saham yang beredar.

Sebagai contoh, PT ABC Tbk membagikan saham dengan nominal Rp 250 per lembar saham. Jika harga saham saat cum date adalah Rp 5.000, maka perhitungan dividend yield

Sebagai contoh agar kamu lebih mudah memahaminya; Perusahaan A membagikan saham dengan angka Rp 250/lembar saham.

Harga saham Perusahaan A pada saat cum date adalah Rp 5000, maka dividend yield yang didapatkan, adalah 5%.

Besaran ini, didapatkan dari pembagian nominal dividen per saham (DPS), dengan harga saham saat cum date. Penghitungannya 250 / 5.000. Hasilnya kemudian dikalikan 100%.

Sekilas tentang Prosedur Pembayaran Dividen

Untuk pembagian dividen, mekanisme yang digunakan umumnya ada dua, yakni dividen interim dan dividen final. Dividen interim adalah mekanisme pembagian dividen yang diberikan dalam jangka waktu sebelum pembukuan keuangan perusahaan akan ditutup atau waktunya masih berjalan.

Sementara, dividen final merupakan mekanisme pembagian dividen setelah proses pembukuan keuangan perusahaan selesai. Nominal dividen yang diterima pemegang saham, ditentukan berdasarkan hasil RUPS dikurangi dengan dividen interim yang diterima sebelumnya. Ini dengan catatan perusahaan menggunakan dua metode ini.

Kedua mekanisme atau metode ini, bisa digunakan secara bersamaan dalam kurun waktu satu tahun. Dengan begitu, investor akan menerima dua kali dividen dalam satu tahun.

Namun, pada kenyataannya tidak semua perusahaan menggunakan dua metode ini. Ada beberapa perusahaan yang hanya menggunakan metode dividen final saja.

Sementara, terkait prosedur pembayarannya dikenal pula dengan sebutan tanggal pengumuman dividen. Secara umum, terdapat lima prosedur pembayaran dividen, yakni sebagai berikut:

  • Tanggal pencatatan, yang berisi nama investor dan data pemegang saham dalam suatu perusahaan yang memperoleh hak pembagian dividen.
  • Tanggal cum-dividend, yaitu tanggal akhir dalam perdagangan saham untuk investor yang mempunyai keinginan mendapatkan pembagian dividen dalam bentuk dividen tunai atau dividen saham.
  • Tanggal pengumuman, yaitu tanggal emiten secara resmi mengumumkan bentuk, jumlah, dan waktu pembayaran dividen.
  • Tanggal pembayaran, yang merupakan tanggal di mana perusahaan membayarkan dividen kepada pemegang saham yang menerima hak dividen.
  • Tanggal ex-dividend, yakni tanggal lepas perdagangan saham berdasarkan suatu perusahaan yang telah menerima hak lagi untuk memperoleh dividen.

Demikianlah ulasan mengenai cara menghitung dan prosedur pembayaran dividen. Patut diingat, dividen yang didapatkan oleh investor ini tidak bebas pajak. Investor atau pemegang saham tetap berkewajiban membayar pajak dari dividen yang didapatkan.