Mengenal Volatilitas, Pengertian, Indikator dan Penyebabnya

Freepik
Ilustrasi, volatilitas harga saham.
Penulis: Agung Jatmiko
15/3/2023, 15.28 WIB

Pada Jumat (10/3), pasar keuangan global dikejutkan dengan kabar penutupan dan pengambilalihan Silicon Valley Bank (SVB) oleh regulator keuangan Amerika Serikat (AS). Penutupan SVB menjadi sorotan publik, karena termasuk salah satu dari 20 bank terbesar di AS, dengan nilai aset sekitar US$ 209 miliar atau di posisi ke-16 dari sisi nilai aset.

Kejatuhan SVB juga telah menimbulkan efek negatif ke pasar keuangan global, tak terkecuali Indonesia. Harga saham beberapa perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tercatat merosot pada penutupan perdagangan Selasa (14/3).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, kabar kejatuhan SVB, volatilitas di pasar keuangan kembali meningkat. Hal ini tercermin dari index volatilitas pasar saham (VIX) dan indeks pasar obligasi (MOVE) yang melonjak sebagai efek limpahan dari meningkatnya sentimen negatif dampak kejatuhan SVB.

Nah, apa sebenarnya volatilitas itu, dan seperti apa indikator yang menunjukkan kondisi ini, serta apa saja yang menyebabkan terjadinya volatilitas? Simak ulasan berikut ini.

IHSG DITUTUP MELEMAH (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU)

Pengertian Volatilitas

Volatilitas adalah ukuran statistik yang menunjukkan perubahan suatu harga suatu sekuritas dalam periode tertentu. Sekuritas yang dimaksud, umumnya adalah saham atau valuta asing (valas). Jika tingkat volatilitas tinggi, maka harga suatu instrumen investasi bisa naik dalam waktu cepat, namun bisa tiba-tiba turun dengan cepat juga.

Mengutip ajaib.co.id, secara sederhana, volatilitas dapat dipahami sebagai kisaran perubahan harga yang dialami sekuritas dalam periode waktu tertentu. Jika harganya relatif stabil, maka sekuritas tersebut mempunyai volatilitas yang rendah.

Sebuah sekuritas dengan volatilitas yang tinggi akan naik dan turun dengan cepat, bergerak tak menentu dan meningkat dengan singkat juga jatuh dengan dramatis. Volatilitas dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperkirakan peluang maupun risiko.

Selain itu, istilah ini juga berkaitan dengan beta dan deviasi standar. Ini karena tingkat volatilitas berasal dari perhitungan deviasi standar tahunan yang ditujukan untuk mengukur risiko pada periode berikutnya. Seorang trader yang ingin mendapatkan keuntungan dari investasi saham dalam waktu singkat, cenderung memilih saham dengan tingkat volatilitas tinggi.

Indikator Volatilitas

Dilansir dari ajaib.co.id, volatilitas memiliki beberapa indikator, antara lain volatilitas nilai atau harga rata-rata, volatilitas historis, dan indeks volatilitas relatif. Berikut ini penjelasan selengkapnya.

1. Nilai Rata-rata

Dalam perdagangan intraday, indikator nilai volatilitas yang paling signifikan adalah nilai rata-rata, di mana dalam evaluasi posisi yang lebih panjang rentang rata-rata mingguan, bulanan, atau tahunan, dapat digunakan. Volatilitas tahunan paling umum terjadi dalam analisis investasi keuangan jangka panjang.

2. Volatilitas Historis

Volatilitas historis sama dengan standar deviasi dari nilai aset dalam jangka waktu yang ditentukan dan dihitung dari harga historis. Volatilitas yang diharapkan, dihitung dari harga saat ini dengan asumsi harga pasar mencerminkan risiko yang diharapkan.

Volatilitas historis dianggap sebagai salah satu indikator informasi paling penting untuk keputusan pembukaan atau penutupan posisi mata uang atau pada pasar valuta asing.

3. Indeks Volatilitas Relatif

Indeks volatilitas relatif atau relative volatility index (RVI), merupakan indikator yang mencerminkan arah perubahan volatilitas harga. Karakteristik utama RVI adalah mengonfirmasi sinyal osilator, seperti relative strength index (RSI), moving average convergence divergence (MAСD), stochastic, dan lainnya.

PENUTUPAN IHSG AKHIR TAHUN (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.)

Penyebab Terjadinya Volatilitas

Secara umum, volatilitas dapat terjadi karena empat sebab, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Sektor dan Industri

Faktor ini terjadi ketika kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah mengikat pada industri tertentu, sehingga harga saham emiten yang berada dalam sektor/industri tersebut berpotensi jatuh.

Ada peraturan yang mengikat suatu industri, di mana suatu perusahaan harus meningkatkan kepatuhannya, acap kali diikuti dengan pengeluaran biaya untuk memenuhi aturan yang dimaksud. Hal ini, memengaruhi pendapatan perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

Selain itu, beberapa kegiatan pengumuman dari otoritas bursa juga bisa menjadi faktor penyebab volatilitas. Misalnya, adanya pembatasan atau penundaan trading, laporan pertemuan tahunan, insider trading, dan lain-lain.

2. Kebijakan Ekonomi dan Faktor Politik

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, perjanjian perdagangan, hingga pengesahan suatu undang-undang (UU) yang memengaruhi perekonomian dapat menimbulkan volatilitas.

Selain itu, kondisi dan kebijakan ekonomi yang ditunjukkan oleh beberapa indikator, seperti angka belanja konsumen, data inflasi, laporan pekerjaan bulanan, perubahan suku bunga, perubahan kurs valas, dan sebagainya, juga dapat menimbulkan volatilitas.

Selain ekonomi, sektor politik juga ikut berpengaruh seperti isu-isu HAM, lingkungan hidup, hingga pelaksanaan pemilihan umum, juga dapat menyebabkan volatilitas. Sebab, kondisi politik suatu negara mencerminkan kestabilan pemerintahan negara tersebut dalam jangka panjang.

3. Kinerja Perusahaan

Volatilitas juga bisa terjadi dari kegiatan masing-masing perusahaan. Dengan kata lain, volatilitas dapat terjadi pada perusahaan tertentu, tergantung kondisi perusahaan tersebut. Misalnya, peluncuran produk baru mendapat hasil baik, peningkatan pendapatan perusahaan, dan sebagainya.

Selain itu, berita-berita positif membuat kepercayaan investor meningkat, lalu ketika banyak yang membeli saham perusahaan tersebut, harganya pun ikut meningkat. Sebaliknya, jika ada berita atau isu negatif perusahaan maka akan menurunkan harga sahamnya.

4. Pengumuman Kerjasama

Faktor lain yang menjadi penyebab volatilitas, adalah adanya pengumuman kerja sama, baik penggabungan atau merger, akuisisi, atau diversifikasi. Beberapa aksi korporasi ini, nantinya akan memengaruhi jumlah kekayaan atau aset perusahaan terkait.