Salah satu kondisi perekonomian di Indonesia adalah inflasi. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap orang perlu memahami apa itu inflasi.
Pentingnya pemahaman terkait inflasi tidak hanya untuk kewaspadaan tetapi juga kesiapan diri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemahaman tersebut juga wajib meliputi penyebab dan aspek lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemahaman terkait apa itu inflasi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, simak uraian berikut untuk mengetahuinya.
Apa Itu Inflasi?
Inflasi merupakan peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Peningkatan harga hanya pada satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika peningkatan tersebut menyebar atau menyebabkan kenaikan harga pada barang lain.
Sementara itu, deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia.
BPS melakukan survei untuk mengumpulkan data harga dari berbagai barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumsi masyarakat. Data tersebut digunakan untuk menghitung tingkat inflasi dengan membandingkan harga saat ini dengan periode sebelumnya.
Pengukuran Indeks Harga Konsumen
Setelah mengetahui apa itu inflasi, menarik mengetahui Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK merupakan salah satu alat pengukur untuk menentukan tingkat inflasi. Menurut the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP) tahun 2018, IHK dibagi menjadi 11 (sebelas) kategori pengeluaran, yaitu:
- Kategori makanan, minuman, dan tembakau;
- Kategori pakaian dan alas kaki;
- Kategori perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga;
- Kategori perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga;
- Kategori kesehatan;
- Kategori transportasi;
- Kategori informasi, komunikasi, dan jasa keuangan;
- Kategori rekreasi, olahraga, dan budaya;
- Kategori pendidikan;
- Kategori penyediaan makanan dan minuman/restoran; dan
- Kategori perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Disagregasi Inflasi
Selain pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan lain yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
Selain menggunakan pengelompokan berdasarkan COICOP, BPS juga mempublikasikan data inflasi dengan menggunakan pengelompokan lain yang disebut disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan indikator inflasi yang menunjukkan pengaruh faktor-faktor fundamental.
Dengan menggunakan metode ini, BPS dapat menganalisis dan memahami lebih baik tentang tingkat inflasi yang disebabkan oleh faktor-faktor penting seperti harga bahan pangan, harga bahan bakar, dan lainnya. Selain itu, metode ini juga membantu para ekonom dan pengambil kebijakan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inflasi, sehingga langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk menjaga stabilitas harga dan ekonomi negara.
1. Inflasi Inti
Inflasi inti adalah bagian dari inflasi yang cenderung stabil atau persisten dalam pergerakannya dan dipengaruhi oleh faktor fundamental. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi inti antara lain adalah interaksi permintaan dan penawaran, kondisi lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan perkembangan ekonomi global, serta ekspektasi inflasi di masa depan.
2. Inflasi non-inti
Inflasi non inti adalah bagian dari inflasi yang umumnya memiliki volatilitas yang tinggi. Komponen inflasi non-inti terdiri dari dua jenis, yaitu Inflasi Komponen Bergejolak dan Inflasi Komponen Harga yang Diatur oleh Pemerintah.
Penyebab Inflasi
Pemahaman terkait apa itu inflasi perlu juga meliputi faktor penyebabnya. Penyebab inflasi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Beberapa diantaranya yakni hal-hal berikut.
1. Inflasi atas Tekanan Penawaran
Inflasi ini terjadi ketika inflasi disebabkan oleh tekanan dari sisi penawaran atau meningkatnya biaya produksi. Beberapa faktor penyebabnya termasuk:
Pelemahan Nilai Tukar
Jika mata uang suatu negara melemah terhadap mata uang asing, harga impor akan naik, sehingga meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya mendorong inflasi.
Faktor Eksternal/Luar negeri
Inflasi di negara mitra dagang atau di pasar global dapat berdampak pada harga impor, yang dapat meningkatkan biaya produksi di dalam negeri.
Kenaikan Harga Komoditas yang Diatur Pemerintah
Jika Pemerintah mengatur harga komoditas yang penting, kenaikan harga tersebut dapat menyebabkan peningkatan biaya produksi secara umum.
Negative Supply Shocks
Bencana alam atau gangguan dalam distribusi barang dan jasa dapat mengurangi penawaran, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga.
2. Inflasi Naiknya Permintaan
Ini terjadi ketika inflasi disebabkan oleh tekanan dari sisi permintaan atau peningkatan permintaan barang dan jasa dibandingkan dengan ketersediaannya. Dalam konteks ekonomi secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan oleh output nyata yang melebihi output potensial atau permintaan agregat yang lebih besar dari kapasitas perekonomian, yang dapat mendorong kenaikan harga.
3. Ekspektasi Inflasi
Faktor ini adalah faktor yang dipengaruhi oleh persepsi dan harapan masyarakat serta pelaku ekonomi terhadap tingkat inflasi di masa depan. Faktor ini dapat mempengaruhi keputusan konsumen, investor, dan pelaku ekonomi lainnya.
Ada dua jenis harapan inflasi yakni ekspektasi inflasi adaptif yaitu ekspektasi inflasi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu atau data historis. Kedua, ekspektasi inflasi yang mempertimbangkan masa depan yaitu ekspektasi inflasi yang didasarkan pada analisis dan perkiraan faktor ekonomi serta kebijakan yang berpengaruh.