Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang umum dialami setiap negara, akibat kenaikan harga-harga barang dan jasa. Tingkat dan keberpengaruhannya akan ditetapkan melalui persentase yang berdampak pada perekonomian domestik di wilayah tersebut.
Misalnya di Indonesia, inflasi besar-besaran terjadi pada tahun 1966. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan krisis moneter dan memperjelas ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah.
Bank Indonesia mendefinisikan, inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.
International Monetary Fund (IMF), yaitu organisasi PBB yang bergerak di bidang ekonomi juga mengajukan pendapatnya. Inflasi diartikan sebagai tingkat kenaikan harga selama periode waktu tertentu. Inflasi biasanya terjadi dalam cakupan yang luas, misalnya kenaikan harga secara keseluruhan yang dapat menyebabkan kenaikan biaya hidup di suatu negara.
Sementara itu, Dwi Eko Waluyo di dalam bukunya yang berjudul Teori Ekonomi Makro (2002) menerangkan, inflasi merupakan salah satu bentuk penyakit-penyakit ekonomi yang sering timbul dan dialami hampir di seluruh negara. Kecenderungan dari kenaikan harga-harga pada umumnya serta terjadi secara terus-menerus.
Winardi di dalam Kamus Ekonomi (1998) juga menjelaskan bahwa inflasi merupakan suatu periode pada masa tertentu, terjadi ketika kekuatan dalam membeli terhadap kesatuan moneter menurun. Inflasi juga dapat terjadi jika nilai uang yang didepositkan beredar lebih banyak dibanding jumlah barang atau jasa yang ditawarkan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah turunnya nilai mata uang yang menyebabkan naiknya harga-harga barang kebutuhan. Hal tersebut dikarenakan menurunnya jumlah uang yang beredar. Inflasi juga dapat menimbulkan turunnya suku bunga.
Di samping itu, kali ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh inflasi terhadap persiapan masa tua dalam segi finansial. Hal ini berkaitan dengan bagaimana individu menyimpan uang dan menggunakannya agar bisa berkembang di masa depan.
Pengaruh Inflasi terhadap Persiapan Pensiun
Istilah masa tua juga akrab dengan yang namanya pensiun. Sebagaimana di Indonesia, umur pensiun yaitu pada 60 tahun. Usia setelahnya akan dianggap tidak produktif dalam bekerja. Hal ini juga mengacu pada kemampuan fisik dan pikiran.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan bahwa individu di usia tersebut mengalami penyusutan kinerja. Sementara angka 60 tahun tersebut umumnya ditentukan berdasarkan angka harapan hidup di Indonesia.
Pensiun mengacu pada periode dalam kehidupan seseorang ketika mereka berhenti bekerja dan biasanya menarik diri dari pekerjaan aktif. Ini adalah tahap di mana individu memilih untuk meninggalkan angkatan kerja, biasanya setelah mencapai usia tertentu atau memenuhi tujuan keuangan tertentu. Konsep pensiun sering melibatkan transisi dari kehidupan kerja ke fase di mana individu dapat mengejar kegiatan rekreasi, hobi, dan menghabiskan waktu untuk kepentingan pribadi.
Pensiun juga bisa dilakukan secara sukarela, di mana individu memilih untuk pensiun berdasarkan preferensi pribadi atau pertimbangan kesehatan, atau dapat wajib, biasanya ketika seorang majikan memiliki kebijakan usia pensiun tertentu. Di banyak negara, pemerintah dan organisasi swasta memberikan manfaat pensiun, seperti pensiun atau rencana tabungan pensiun, untuk mendukung individu secara finansial selama masa pensiun mereka.
Melansir Investopedia, terdapat 63 persen orang Amerika sekarang memandang pensiun bukan sebagai akhir dari pekerjaan sepenuhnya, hanya transisi di sekitar pengurangan jam kerja atau berpotensi pekerjaan yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, yaitu pensiun yang tidak bisa dijadikan acuan untuk berhenti produktif.
Orang sering merencanakan pensiun dengan menabung, berinvestasi, dan membuat pengaturan keuangan untuk memastikan gaya hidup yang nyaman dan aman setelah meninggalkan dunia kerja. Usia di mana orang pensiun dan kegiatan yang mereka kejar selama pensiun dapat sangat bervariasi berdasarkan keadaan pribadi, faktor budaya, dan pertimbangan keuangan.
Inflasi menciptakan lebih banyak kekhawatiran bagi mereka yang menabung persipan pensiun, dengan banyak yang sekarang mengubah cara mereka menabung dan berinvestasi untuk memenuhi tujuan tersebut, sebuah survei baru menunjukkan.
Lingkungan inflasi mendorong orang Amerika untuk mengubah strategi investasi mereka, survei menunjukkan, dengan 61% mengadopsi strategi yang lebih konservatif dalam menanggapi inflasi, persentase yang lebih tinggi daripada di Kanada, Australia atau Inggris.
Salah satu cara utama inflasi berdampak pada perencanaan pensiun adalah dengan mengikis daya beli uang dari waktu ke waktu. Ketika harga naik, jumlah uang yang sama membeli lebih sedikit barang dan jasa. Pengikisan tersebut dapat secara signifikan berdampak pada pensiunan yang mengandalkan sumber pendapatan tetap karena daya beli mereka secara bertahap berkurang.
Risiko inflasi sangat signifikan bagi pensiunan karena potensi perpanjangan masa pensiun mereka. Dengan kemajuan dalam perawatan kesehatan dan meningkatnya harapan hidup, individu menghabiskan lebih banyak tahun di masa pensiun.
Jangka waktu yang diperpanjang ini berarti pensiunan menghadapi risiko lebih tinggi mengalami efek peracikan inflasi selama periode yang panjang. Kegagalan untuk mempertimbangkan dan merencanakan inflasi dapat mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam nilai riil tabungan pensiun dari waktu ke waktu.
Cara untuk memanfaatkan inflasi terhadap persiapan pensiun yaitu dengan mengatur tujuan finansial di masa depan. Terlebih ketika tidak lagi bekerja secara aktif, penting untuk memiliki tabungan, investasi, dana darurat, mau pun asuransi.