Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi melakukan walk out pada Open Debate Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat, pada Rabu (24/1). Aksi ini dilakukan saat Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat dan PBB, Gilad Erdan, berpidato.
Debat terbuka DK PBB ini merupakan yang ketiga dalam 3 bulan terakhir. Indonesia selalu hadir dalam setiap forum ini untuk menunjukkan konsistensinya dalam mendukung perjuangan Palestina. Dalam forum kali ini, tak hanya Retno, tapi sejumlah perwakilan negara lainnya juga melakukan walk out.
"Menlu Retno dan ketua delegasi sejumlah negara lainnya keluar ruangan saat Watap (wakil tetap) Israel menyampaikan statement-nya," kata Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lalu Muhamad Iqbal dalam keterangannya, Kamis (25/1).
Lantas apa maksud Retno melakukan aksi walk out pada forum dunia tersebut, dan apa sebenarnya arti dari walk out? berikut penjelasannya:
Apa Itu Walk Out?
Istilah walk out (WO) berasal dari kata bahasa Inggris. Secara bahasa, walk out berarti berjalan ke luar.
Kini, istilah walk out banyak digunakan dalam beragam konteks. Walk out tidak hanya sekadar jalan ke luar, namun memiliki arti yang lebih luas, salah satunya meninggalkan forum karena ketidaksepakatan.
Mengacu penjelasan dalam Cambridge Dictionary, walk out adalah tindakan meninggalkan pertemuan resmi untuk menunjukkan ketidaksetujuan, atau meninggalkan tempat kerja untuk memulai pemogokan.
Di negara-negara barat, aksi walk out sudah lebih dulu terjadi dalam konteks politik. Namun, walk out bisa dilakukan dalam berbagai hal. Aksi walk out bisa dilakukan oleh siapa saja mulai dari atlet, buruh, pekerja seni, mahasiswa, dan sebagainya.
Arti Walk Out Menlu Retno di Forum DK PBB
Banyak yang menganggap aksi walk out Menlu Retno sebagai perwakilan Indonesia di Forum DK PBB adalah bentuk penolakan terhadap Israel. Indonesia memang menentang bentuk kekerasan dan perang yang dilakukan Israel hingga membuat warga palestina menjadi korban.
Terkait dengan aksi walk out ini, Jubir Kemlu Lalu Muhamad Iqbal mengatakan perwakilan Israel tidak berada di ruangan saat Indonesia dan sejumlah negara OKI menyampaikan pernyataan di forum tersebut. Makanya, delegasi Indonesia dan sejumlah negara OKI juga membalas, tidak berada di ruangan saat wakil Israel menyampaikan pernyataan.
Sentimen Indonesia terhadap Israel juga diperlihatkan oleh Retno. Dia menentang pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu yang menolak pendirian negara Palestina pada 8 Januari lalu. Menurut Retno, ucapan Netanyahu tidak dapat diterima dan menunjukkan bahwa Israel memang ingin memusnahkan dan menghilangkan Palestina dari peta dunia.
Retno kemudian mempertanyakan kembali fungsi dari DK PBB sebagai penjaga perdamaian dan keamanan dunia, tetapi justru tak bertindak apa-apa dengan mentoleransi perang apalagi genosida. Dia meminta agar PBB dapat menghentikan pasokan senjata ke Israel, sehingga tidak lagi digunakan untuk membunuh warga sipil Palestina yang tidak bersalah.
Dalam forum DK PBB itu, Indonesia juga meminta gencatan senjata permanen Gaza, memulai upaya rekonstruksi paska-konflik, dan proses solusi dua negara. Indonesia juga mendukung upaya Senior Humanitarian and Reconstruction Coordinator membuka jalur pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza.
Indonesia juga meminta PBB menerima Palestina sebagai anggota penuh PBB. "Ini penting agar dapat segera dimulai proses yang adil dan seimbang untuk mewujudkan solusi dua negara serta mencegah kekejaman lebih jauh oleh Israel," ujarnya.
Retno menegaskan, Israel harus bertanggung jawab atas aksinya di Gaza, termasuk kekejaman kepada warga dewasa, lansia, hingga anak-anak.
Tidak boleh ada negara yang kebal hukum. Makanya, bulan depan Indonesia akan menyampaikan pernyataan lisan untuk memberikan advisory opinion kepada Mahkamah Internasional atas pertanyaan yang diajukan oleh Sidang Majelis Umum PBB.