Guna mengakselerasi pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), maupun konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke PLTG, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana mengajukan pembiayaan transisi, atau transition financing.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi mengatakan, rencana ini muncul karena sejumlah tawaran pendanaan yang diterima PLN saat ini hanya fokus pada pensiun dini PLTU batu bara, dan pengadaan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
"JETP, mereka sekumpulan bank yang siap membiayai transisi energi yang hanya mengenal green financing. Untuk mencapai net zero emission, tidak mungkin langsung lompat ke pembangkit energi terbarukan," ujarnya dalam Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2024 di Hotel Kempinski Indonesia, Selasa (5/3).
Apa sebenarnya pembiayaan transisi itu, dan apa saja jenis instrumen yang masuk dalam kategori ini? Simak ulasan selengkapnya dalam ulasan berikut.
Pengertian Transition Financing
Pembiayaan transisi adalah konsep yang menawarkan layanan keuangan kepada industri-industri dengan tingkat emisi karbon tinggi. Ide dasar di balik pembiayaan ini, adalah memberikan dana yang dibutuhkan kepada sektor-sektor yang memiliki dampak karbon tinggi agar dapat melakukan transformasi yang diperlukan guna mencapai net zero emission.
Konsep transition financing lahir dari pemahaman, bahwa untuk secara efektif mencapai dekarbonisasi di seluruh perekonomian global, diperlukan lebih dari sekadar mendukung kegiatan yang ramah lingkungan.
Memang, pendanaan yang ramah lingkungan dan keuangan berkelanjutan telah menjadi fokus utama dalam beberapa tahun terakhir. Namun, sebagian besar fokus mendukung kegiatan dengan emisi dan polusi karbon yang minimal.
Sementara, untuk mencapai tujuan net-zero emissions, pendanaan yang signifikan diperlukan pada sektor-sektor yang masih bergantung pada energi berbasis karbon. Ini diperlukan, untuk memungkinkan sektor-sektor tersebut beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, transition financing bertujuan untuk memfasilitasi perubahan struktural dalam industri-industri berat yang memiliki dampak karbon tinggi, memungkinkan mereka untuk berkontribusi secara aktif dalam mengurangi emisi karbon secara keseluruhan.
Pembiayaan transisi dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk pinjaman, investasi, hibah, atau subsidi. Hal ini dapat mendukung inisiatif seperti peningkatan efisiensi energi, proyek energi terbarukan, penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan, atau praktik pertanian berkelanjutan.
Konsep transition financing semakin menonjol ketika banyak negara berupaya mengatasi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan. Ini dipandang sebagai cara untuk memberi insentif, dan memfasilitasi transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan, sekaligus mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Bentuk-bentuk Pembiayaan Transisi
Mengutip laporan OECD, ada beberapa bentuk umum transition financing yang digunakan di seluruh dunia, antara lain:
1. Green Bonds
Ini adalah instrumen keuangan yang diterbitkan untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Misalnya, proyek-proyek yang mempromosikan energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi ramah lingkungan, atau manajemen air yang berkelanjutan.
Dana yang diperoleh dari penjualan green bonds dialokasikan secara eksklusif untuk proyek-proyek berkelanjutan.
2. Sustainability Bonds
Mirip dengan green bonds, sustainability bonds juga diterbitkan untuk mendanai proyek-proyek yang berkelanjutan, tetapi cakupannya lebih luas. Dana dari sustainability bonds dapat digunakan untuk proyek-proyek yang mencakup aspek-aspek lingkungan, sosial, atau tata kelola perusahaan (environmental, social, and governance/ESG).
3. Sustainability-Linked Loans
Ini adalah pinjaman yang memiliki suku bunga yang terkait dengan pencapaian target kinerja keberlanjutan (sustainability performance targets/SPT) oleh peminjam.
SPT ini bisa berupa indikator kinerja utama terkait lingkungan atau sosial. Jika peminjam mencapai SPT, mereka mungkin memperoleh suku bunga yang lebih rendah, tetapi jika mereka gagal mencapainya, suku bunga dapat meningkat.
4. Sustainability-Linked Bonds
Mirip dengan sustainability-linked loans, sustainability-linked bonds juga memiliki tingkat bunga yang terkait dengan pencapaian target kinerja keberlanjutan.
Jika penerbit obligasi mencapai SPT, obligasi tersebut dapat memiliki struktur pembayaran yang berbeda, seperti pembayaran kupon yang lebih rendah. Namun, jika SPT tidak tercapai, pembayaran kupon dapat meningkat atau ada mekanisme penalti lainnya.
5. Social Bonds
Ini adalah instrumen keuangan yang diterbitkan untuk mendanai proyek-proyek yang memiliki dampak positif secara sosial, seperti program-program pendidikan, perumahan yang terjangkau, layanan kesehatan, atau penciptaan lapangan kerja. Dana dari penjualannya, dialokasikan untuk inisiatif-inisiatif yang mempromosikan kesejahteraan sosial.
6. Green Loans
Mirip dengan green bonds, green loans adalah pinjaman yang digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang memiliki manfaat lingkungan. Perbedaannya, green loans merupakan pinjaman yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan, sementara green bonds adalah instrumen utang yang diterbitkan dan dijual kepada investor.
Tujuan Transition Financing
Tujuan umum yang ingin dicapai melalui pendanaan transisi biasanya berkisar pada peningkatan keberlanjutan, mitigasi perubahan iklim, peningkatan ketahanan, dan mendorong pembangunan yang inklusif dan adil.
Berikut ini penjabaran beberapa tujuan umum dari transition financing.
1. Mengurangi Emisi Karbon
Pembiayaan transisi bertujuan untuk mendukung proyek dan inisiatif yang mengurangi emisi gas rumah kaca, mitigasi perubahan iklim, dan mendorong transisi menuju perekonomian rendah karbon. Hal ini mencakup investasi pada energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi ramah lingkungan, dan infrastruktur berkelanjutan.
2. Mempromosikan Pembangunan Berkelanjutan
Transition financing berupaya memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan mendanai proyek-proyek yang mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara bersamaan.
Hal ini mencakup investasi di bidang-bidang seperti air bersih dan sanitasi, energi yang terjangkau dan bersih, kota dan komunitas yang berkelanjutan, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
3. Meningkatkan Ketahanan Energi
Pembiayaan transisi mendukung investasi pada sumber energi terbarukan, langkah-langkah efisiensi energi, dan infrastruktur energi untuk meningkatkan ketahanan energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mendorong kemandirian energi.
4. Mendorong Inovasi dan Kemajuan Teknologi
Transition financing bertujuan untuk merangsang inovasi dan kemajuan teknologi di sektor-sektor seperti energi bersih, pertanian berkelanjutan, pengelolaan air, dan pengurangan limbah. Ini termasuk mendukung penelitian dan pengembangan, proyek percontohan, dan komersialisasi teknologi berkelanjutan.
5. Menciptakan Lapangan Kerja Ramah Lingkungan dan Peluang Ekonomi
Pembiayaan transisi berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja ramah lingkungan dan peluang ekonomi dengan berinvestasi di sektor-sektor yang mendorong kelestarian lingkungan dan inklusi sosial.
Ini termasuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM), menumbuhkan kewirausahaan, dan mendorong pengembangan tenaga kerja di industri ramah lingkungan.
6. Membangun Ketahanan Iklim
Pendanaan transisi membantu membangun ketahanan terhadap perubahan iklim dengan berinvestasi pada proyek-proyek yang meningkatkan langkah-langkah adaptasi dan ketahanan. Hal ini mencakup investasi pada infrastruktur yang berketahanan iklim, pengurangan risiko bencana, ketahanan pertanian, dan restorasi ekosistem.
7. Peningkatan Tata Kelola Lingkungan dan Sosial
Pembiayaan transisi mendorong perusahaan dan organisasi untuk mengadopsi dan mengintegrasikan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) ke dalam praktik bisnis mereka. Hal ini termasuk mendorong transparansi, akuntabilitas, keterlibatan pemangku kepentingan, dan perilaku etis.
8. Mengatasi Ketimpangan Lingkungan dan Sosial
Pembiayaan transisi bertujuan untuk mengatasi kesenjangan lingkungan dan sosial dengan berinvestasi pada proyek dan inisiatif yang bermanfaat bagi masyarakat marginal dan rentan. Hal ini termasuk mendorong akses terhadap energi bersih, air bersih, sanitasi, pendidikan, layanan kesehatan, dan layanan penting lainnya.
Secara keseluruhan, tujuan transition financing saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial. Ini dimaksudkan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan bagi generasi sekarang dan mendatang.