Indosat Ooredoo dan Tri resmi menggabungkan usaha atau merger. Perusahaan kini bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.
Managing Director Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo menyampaikan, transaksi ini akan mengonsolidasikan perusahaan dengan valuasi mencapai US$ 6 miliar atau setara Rp 85,26 triliun (asumsi kurs Rp 14.210/ US$).
Pendapatan tahunan perusahaan telekomunikasi ini akan mencapai sekitar US$3 miliar atau sekitar Rp 42,6 triliun. "Penggabungan ini bermanfaat bagi semua pemegang saham dan pelanggan, serta lebih mempercepat transformasi digital Indonesia," ujar Aziz dalam keterangan tertulis, Kamis (16/9).
Peleburan usaha juga akan memperkuat skala bisnis, kinerja finansial, teknologi, produk, layanan, dan peningkatan jaringan telekomunikasi dan layanan digital. Indosat dan H3I memiliki infrastruktur yang saling melengkapi dan kombinasi dari aset-aset ini juga berpotensi meningkatkan keuntungan dari sisi biaya dan belanja modal.
Saham PT Indosat Tbk saat ini dimiliki oleh Ooredoo Asia Pte Ltd sebanyak 65%, PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) 14,29%, dan saham publik sebesar 20,71%.
Sejarah Indosat Ooredoo
Indosat telah melalui banyak perkembangan. Berdiri pada 10 November 1967, perusahan dari awal menyediakan layanan telekomunikasi internasional. Mengutip laman situs resminya, Indosat berjalan dengan adanya penanaman modal asing.
Modal awalnya berasal dari perusahaan asal Amerika Serikat, American Cable & Radio Corporation (ACR). ACR merupakan anak perusahaan dari International Telephone & Telegraph Corporation (ITT). Modal awal yang diberikan untuk Indosat sebesar US$ 6 juta.
Kemudian, pada 1980 pemerintah mengakuisisi sahamnya untuk membangun program satelit Orde Baru. Kemudian, pada 1994, Indosat menjadi perusahaan publik.
Sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia dan New York Stock Exchange. Perusahaan berhasil mengumpulkan danasebesar Rp 724,85 miliar dari penawaran 35 persen saham.
Setahun kemudian, Indosat mendirikan Telkomsel bersama dengan Telkom. Telkom merupakan perusahaan dominan industri telekomunikasi pada saat itu, dan salah satu operator terlama.
Beberapa tahun kemudian, Telkom mengambil kendali tunggal pada Telkomsel. Usai kerja sama tersebut, Indosat mengakuisisi Satelindo dan mendirikan IM3 pada 2001.
Era Megawati Lepas Saham Indosat
Pada 2002, pemerintah memutuskan menjual saham Indosat. Keputusan ini menuai banyak kritik, terutama mengarah kepada presiden kala itu, Megawati Soekarnoputri
Mengutip liputan6.com, pemerintah melakukan divestasi 517,5 juta saham pada STT Communicationa Ltd (STT). Saham tersebut mewakili 50% saham Seri B. Tidak lama kemudian pemerintah kembali melakukan divestasi 41,9% pada Desember 2002.
Pemerintah juga menjual 8,1% saham Indosat melalui tender global yang dipercepat. Pihak-pihak yang mengkritik mengatakan Indosat adalah aset strategis karena punya satelit dan operator seluler. Namun, keputusan tersebut dinilai langkah yang tepat karena ekonomi Indonesia yang tidak stabil.
Mulai dari 2003, pendapatan terbesar Indosat berasal dari usaha layanan seluler. Hal tersebut berkat pendirian PT IM3 yang ditujukan menyaingi Telkomsel milik Telkom.
Pada 2008, STT diakuisisi oleh Ooredoo dan memicu penawaran tender wajib. Ooredoo Group yang berasal dari Doha, Qatar menjadi pemegang saham mayoritas.
Nama perusahaan lalu berubah menjadi PT Indosat Ooredoo Tbk. Pemerintah sejak saat itu hanya memiliki sekitar 9,6% saham Indosat.
Pada 2014 Indosat meluncurkan Layanan Digital Indosat. Unit tersebut berfokus pada platform dan pengembangan digital. Bidang yang dituju adalah keuangan, periklanan, dan mobile e-commerce.
Di tahun selanjutnya, perusahaan meluncurkan layanan 4G-LTE pertama di Indonesia, dengan tajuk baru Indosat Ooredoo. Jaringan Indosat Ooredoo se-Indonesia pada 2018 seluruhnya sudah dilengkapi kemampuan 4G-LTE.
Indosat Ooredoo berhasil meningkatkan jaringan 4G-LTE-nya di Indonesia hingga 90% di tahun 2019.
Di tengah pandemi Covid-19, Indosat pun terdampak layaknya perusahaan kebanyakan. Laporan keuangan tahun 2020 ISAT melaporkan kerugian sebanyak Rp 716,72 miliar. Padahal, tahun sebelumnya di periode yang sama mencatat laba bersih Rp 1,56 triliun.
Proses Merger dengan Tri
Mengutip liputan6.com, Ooredoo QPSC dan CK Hutchison Holdings Ltd memperkirakan pendapatan per tahun merger tersebut hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 42,78 triliun. Indosat dan Tri dinilai memiliki sinergi yang baik dari segi biaya dan juga infrastruktur.
PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk diperkirakan menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Mengutip Kompas.com (18/09/2021), perusahaan merger tersebut kini memiliki spektrum 1.800 megahertz (MHz) dengan pita sebanyak 145 MHz.
Melansir liputan6.com, penyelesaian transaksi tersebut diperkirakan selesai pada akhir 2021. CK Hutchison akan memiliki saham baru di Indosat sebanyak 21,8%. Perusahaan baru tersebut juga optimistis dalam memperluas jaringan 5G di Indonesia. Mengutip statista.com, inovasi tersebut kini sudah mulai diaplikasikan di 58 negara.
Penyumbang bahan: Amartya Kejora (Magang)