Akhir Jalan Rokok Bentoel Sebagai Perusahaan Publik Setelah 30 Tahun

Bentoel KATADATA|Donang Wahyu
Bentoel KATADATA|Donang Wahyu
26/9/2021, 14.33 WIB

British American Tobacco (BAT) selaku pengendali utama perusahaan PT Bentoel Internasional Investama bakal memuluskan rencana perusahaan untuk angkat kaki atau delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Bentoel yang memiliki kode saham RMBA itu sudah melantai di bursa sejak 1990 alias 30 tahun lebih.

Teranyar, BAT menawarkan untuk membeli saham RMBA di harga Rp 1.000 per saham. Angka tersebut 226,8% lebih tinggi dibandingkan harga penutupan terakhir yakni Rp 306 per saham, sebelum disuspensi per 5 Agustus 2021. Rencana tersebut, bakal dieksekusi pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), pekan depan Selasa (28/9).

Saat ini, Bentoel Group merupakan bagian dari BAT yang merupakan perusahaan tembakau global dengan jaringan di lebih dari 180 negara. Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk menambahkan brand global Dunhill dan Lucky Strike ke dalam portofolionya.

Selain memproduksi tembakau, perusahaan juga melakukan kegiatan usaha kelas dunia, meliputi riset dan pengembangan, pemrosesan daun tembakau dan cengkih, manufaktur produk tembakau, termasuk pemasaran dan distribusinya.

Pada 2019, Perusahaan telah melakukan ekspor ke 20 negara tujuan dengan nilai mencapai Rp 2,7 triliun. Bentoel juga menjadi produsen rokok kretek pertama yang terdaftar sebagai perusahaan publik pada 1990.

Kinerja Saham Bentoel

Bentoel rencananya akan mengubah status perusahaannya menjadi tertutup atau go private. Ini lantaran, beberapa tahun terakhir perusahaan tidak mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, khususnya setelah tahun buku 2010 posisi saldo laba perusahaan rokok ini negatif.

Berdasarkan kinerja keuangan semester 1-2021, Bentoel mengalami penurunan penjualan sebesar 36,3% menjadi Rp 4,8 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih membukukan angka penjualan Rp 7,59 triliun.

Sementara itu, produsen rokok ini juga mencatatkan penurunan beban pokok penjualan 32,3% sepanjang periode Januari-Juni 2021 menjadi Rp 4,38 triliun. Sayangnya, beban yang turun tidak menjamin perusahaan mampu membukukan laba positif tahun ini. Di mana, laba kotor Bentoel juga mencatatkan penurunan 59,4%, dari Rp 1,11 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp 451 miliar pada semester I tahun ini.

Di samping itu, Bentole juga membukukan penurunan jumlah aset dari Rp 12,4 triliun per Desember 2020 menjadi Rp 10,6 triliun per Juni 2021. Kendati demikian, Bentoel Group juga berhasil menurunkan pos beban penghasilan operasi sebanyak 70,7% menjadi Rp 336 miliar dari catatan tahun sebelumnya Rp 1,147 triliun.

Alhasil, turunnya beban operasional membantu Bentoel Group mampu menuntaskan rugi usaha dari Rp 36 miliar di paruh pertama tahun lalu, menjadi laba usaha sebanyak Rp 115 miliar pada semester ini. Selain itu, jumlah liabilitas emiten RMBA juga mengalami penurunan menjadi per 30 Juni lalu sebesar Rp 4,94 triliun. 

Perjalanan Bentoel

Dilansir dari laman resminya, Bentoel Group telah menjadi perusahaan tembakau terbesar keempat di Indonesia. Perusahaan didirikan pada 1930 oleh Ong Hok Liong dengan nama Strootjes Fabriek Ong Hok Liong di Malang, Jawa Timur.

Ong merintis bisnisnya dari skala rumahan, dengan proses pelintingan serta pengemasan rokok kala itu dibantu oleh tetangganya, Tjoa Sio Bian. Sementara ia, bertugas menjajakan rokoknya dengan berkeliling menggunakan sepeda onthelnya.

Dia juga sempat mengubah beberapa merek rokoknya karena dinilai kurang laku di pasaran. Kemudian, dia mengganti mulai dengan nama Burung, lalu Kendang, Jeruk Manis, hingga tercetus dan menetapkan nama merek sigaretnya sebagai Bentoel pada 1935 lalu.

Tahun 1942, rupanya usaha asal Malang ini sempat berhenti beroperasi, sebab Ong menjadi buronan Jepang dan kembali beroperasi pasca hengkangnya Jepang dari Indonesia. Namun pada tahun 1951, industri tersebut mengganti namanya menjadi N.V perjetakan Hien An.

Selanjutnya, pada 1954, nama perusahaan kembali berganti menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel
yang sekaligus merubah manajemen Bentoel. Semula, Bentoel yang hanya industri rumahan, kemudian beralih menjadi perusahaan keluarga.

Pabrik rokok (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Bentoel sendiri adalah perusahaan kedua yang berhasil mendatangkan mesin linting dan juga merupakan produsen rokok yang memotori adanya jenis sigaret kretek mesin (SKM) ber-filter pada tahun 1960-an. Inovasi ini menempatkan Bentoel sebagai produsen rokok era 70-80an dan untuk pertama kalinya, pada 1990 Bentoel mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Tak lama berselang melantainya Bentoel di lantai bursa efek, industri rokok tersebut mengalami berbagai macam masalah keuangan. Namun beruntung, pada tahun 1991 berkat uluran tangan Rajawali Group yang mengambil alih saham Bentoel dan mengubah nama perusahaan itu menjadi Bentoel Group. Berkat manajemen baru inilah yang menuntaskan utang Bentoel dan kemudian beralih menjadi PT Bentoel Prima yang dikelola perseroan.

BAT mulai menanamkan sahamnya pada tahun 2000 lalu, hingga akhirnya 17 Juni 2009 silam, BAT melakukan akuisisi terhadap Bentoel setelah membeli saham milik Rajawali Corpora dan berhasil menguasai 99% total sahamnya.

BAT juga menunjuk Djoko Moeljono sebagai presiden komisaris dan Jason Murphy sebagai president director. Kepemimpinan Bentoel berubah pada 2012 dengan mengangkat Hendro Martowardojo sebagai Presiden Komisaris PT Bentoel Group. Kini, Bentoel Group bergerak di bawah kepemimpinan Steven Gerald Pore sebagai Presiden Direktur Perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 19 Desember 2019. 

Penyumbang bahan: Mela Syaharani (Magang)