PT Elang Mahkota Teknologi Tbk atau Emtek ramai menjadi bahan perbincangan di pasar keuangan Tanah Air beberapa waktu terakhir ini. Hal itu menyusul serangkain rencana dan aksi korporasi yang bakal dilakukan perusahaan industri hiburan tersebut ke depan.

Concentricity yang merupakan perusahaan investasi kelolaan Affinity Equity Partners, misalnya, melakukan penyertaan modal saham sebesar US$ 150 juta atau setara Rp 2,1 triliun ke perusahaan layanan streaming over the top (OTT) Vidio. Jumlah tersebut setara dengan 16,67 % saham milik anak entitas usaha Emtek tersebut.

Secara struktural, Vidio merupakan anak usaha Surya Citra Media atau SCMA. Berdasarkan laporan keuangan per September 2021, lebih dari 70 % saham SCMA dimiliki Emtek. Saat ini Vidio menawarkan berbagai layanan streaming video dengan berbagai konten televisi streaming, film, sinetron, original series, olahraga, dan esports.

Melalui transaksi antara Concentricity dengan Vidio, kepemilikan SCMA terhadap Vidio bakal turun dari 100 % menjadi 83,33 %. Investasi tersebut juga mengimplikasikan valuasi Vidio sebesar US$ 900 juta dolar atau setara Rp 12,8 triliun, hampir setara dengan valuasi startup unicorn.

Aksi korporasi lainnya yang sempat menaikkan nama Emtek yakni kerja sama entitas perusahaan dengan artis Raffi Ahmad. Anak perusahaan SCMA, yakni Indonesia Entertainment Group (IEG) berinvestasi pada perusahaan RANS Entertainment. Kedua perusahaan akan berkolaborasi menayangkan sejumlah program melalui platform milik Grup Emtek dan RANS.

Rans Entertainment memiliki sejumlah divisi bisnis di berbagai industri. Beberapa di antaranya yaitu divisi musik melalui Rans Music, divisi animasi melalui Rans Animation Studio, divisi gim melalui Rans Esport, dan Powerransgers. Selain itu ada divisi perdagangan digital atau live commerce Toko Mama Gigi, divisi bisnis olahraga melalui Rans Cilegon FC, dan Rans PIK Basketball. Selanjutnya ada pula Rans Carnival dan Rans the World.

IEG ini merupakan cucu usaha Grup Emtek yang berada di bawah SCM. IEG bergerak di bidang produksi konten (content production), layanan periklanan, media sosial, content creator, influencer management, dan digital asset management. Sampai saat ini, IEG berinvestasi sekaligus menjalin kemitraan dengan sejumlah rumah produksi nasional, antara lain: Base Entertainment, Sinemart Pictures, Screenplay Films, dan Sky Films.

Bisnis Grup Emtek (Pubex Emtek)

Selain SCMA, anggota Grup Emtek yang cukup familiar bagi masyarakat Indonesia seperti, stasiun televisi SCTV, Indosiar, OChannel, dan Kapan Lagi Dot Com Networks untuk industri media. Ada juga industri jasa telekomunikasi, jasa teknologi informasi, perdagangan, hingga jasa kesehatan.

Di sisi lain, Grup Emtek juga memiliki keterikatan dengan Grup Salim melalui serangkaian hubungan bisnisnya. Entitas Emtek, Grab Indonesia diketahui menjalin kerja sama dengan Indomaret yang merupakan bagian dari Grup Salim.

Grup Emtek juga dikabarkan tengah menjajaki potensi kerja sama ekosistem digital dengan Grup Salim yang memiliki bisnis infrastruktur teknologi. Bahkan, Axton Salim sempat menyatakan ekspansi usaha digital pada ekosistem Emtek cukup besar, sehingga akan ada dampak positif dari kerja sama kedua grup tersebut.

Akhir Oktober lalu, Presiden Direktur dan CEO Bank CIMB Niaga, Tigor Siahaan mundur dari jabatannya. Dia dikabarkan bakal memimpin bank digital besutan Grup Emtek. Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata.co.id, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah memproses izin Tigor untuk memimpin sebuah bank digital, yang ditengarai milik Grab bersama Grup Emtek.

Bisnis Emtek Terus Genjot Neraca Keuangan

Berdasarkan laporan keuangan per September 2021, Emtek berhasil membukukan laba komprehensif periode berjalan naik sebesar Rp 503,8 miliar. Capaian tersebut melonjak 180,9 % dari Rp 179,3 miliar pada periode yang sama 2020.

Kinerja positif Emtek dalam sembilan bulan pertama tahun ini, turut didukung pendapatan neto perusahaan sebanyak 14,3 % menjadi Rp 9,6 triliun. Di mana pendapatan dari bisnis iklan naik 16,6 % menjadi Rp 3,86 triliun. Adapun pendapatan dari jasa kesehatan dan rumah sakit melonjak 510 % dari Rp 189,5 miliar menjadi Rp 1,16 triliun per September 2021.

Adapun untuk pendapatan dari bisnis penjualan barang turun 14,8 % dari Rp 4,5 triliun menjadi Rp 3,8 triliun per September 2021. Sedangkan beban pokok pendapatan mengalami peningkatan 8,1 % ke level Rp 6,7 triliun.

Hingga September 2021, Emtek juga membukukan perubahan total aset dan liabilitas lebih dari 20 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dalam keterbukaan informasi 28 Oktober 2021, EMTK menjelaskan adanya kenaikan total aset konsolidasi EMTK dan entitas anak sebesar Rp 9,3 triliun atau 52,13 % per September.

Capaian tersebut terjadi seiring kenaikan kas dan setara kas sebesar Rp 3,19 triliun. Manajemen menjelaskan, kenaikan tersebut diperoleh dari aksi korporasi Penambahan Modal Tanpa Hak memesan Efek Terlebih Dahulu atau private placement pada Maret 2021 sebesar Rp 9,18 triliun.

Ada pula penjualan saham treasuri sebesar Rp 1,52 triliun, serta pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas oleh PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk pada Maret dan Juli 2021 sebesar Rp 914,5 miliar dan perolehan dari aktivitas operasional.

Di samping itu, perusahaan membukukan kenaikan investasi jangka panjang sebesar Rp 5,9 triliun atas penambahan investasi jangka panjang yang baru dilakukan oleh perusahaan dan entitas anak.

Sementara itu, perusahaan juga membukukan penurunan total liabilitas konsolidasian Emtek dan entitas anak sebesar Rp 2,5 triliun atau 46,5 % per September 2021. Itu karena pelunasan pinjaman ke Bank Negara Indonesia (BNI) oleh Sarana Meditama sebesar Rp 1,03 triliun. Ada juga pembayaran pinjaman ke HSBC oleh PT Surya Citra Televisi dan PT Indonesia Visual Mandiri sebesar Rp 900 miliar dan pembayaran utang jangka panjang lain US$ 33,75 juta atau setara Rp 480,9 miliar (kurs Rp 14.250).

Ekosistem Grab dengan dukungan Emtek dan Salim (Grab, Katadata/Desy Setyowati)

Emtek Lahir dari Tangan Konglomerat Eddy Sariaatmadja

Emtek semula lahir dengan nama PT Elang Mahkota Komputer pada 1983, melalui tangan Eddy Kusnadi Sariaatmadja di Jakarta. Berawal dari usaha peralatan komputer, perseroan sempat menjadi distributor produk Compaq di Tanah Air. Gencar mengembangkan usaha dan melakukan ekspansi, pada 1997 perusahaan berganti nama menjadi Elang Mahkota Teknologi dan dikenal sebagai Emtek hingga saat ini.

Pada 12 Januari 2010, Emtek resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan melepas 512,73 juta lembar saham. Saat itu, harga saham perusahaan teknologi ini dibanderol Rp 720 per lembar. Alhasil, perusahaan dengan kode saham EMTK tersebut mampu meraup dana segar Rp 369,2 miliar.

Rincian kepemilikan saham terbanyak per September 2021 masih dikuasai sang pelopor, Eddy Sariaatmadja sebanyak 23 % atau setara 14,05 miliar lembar saham. Sementara saham kepemilikan publik mencapai 22,9 % atau sekitar 14,02 miliar lembar saham.

Berdasarkan catatan Forbes, per Selasa (2/11) harta kekayaan Eddy mencapai US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35,6 triliun. Capaian tersebut membuat pria berusia 68 tahun tersebut masuk dalam jajaran 10 besar orang terkaya di Indonesia dan berada di urutan 1008 orang terkaya di dunia.

Berdasarkan data RTI, sepanjang 2021 saham EMTK berhasil tumbuh 32,14 % dan dalam setahun terakhir naik 147,5 %. Adapun pada penutupan perdagangan Selasa (2/11), saham EMTK ditutup koreksi 0,3 % ke level Rp 1.850 per saham.

Saat ini, Emtek menjadi salah satu grup terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang teknologi, media dan telekomunikasi (TMT) dengan fokus pada tiga grup bisnis utama, yaitu media, solusi dan konektivitas.

Untuk grup bisnis media terdiri dari dua stasiun televisi, yaitu SCTV, salah satu stasiun televisi Free To Air (FTA) nasional di Indonesia, dan O Channel stasiun televisi lokal yang dikhususkan pada wilayah Jakarta. Sementara grup bisnis solusi mencakup berbagai jasa solusi dan layanan infrastruktur alias infrastructure solutions and services yang meliputi solusi telekomunikasi dan jaringan telecommunications and networking solutions, solusi perangkat lunak.

Ada juga bisnis di perangkat keras untuk perbankan seperti banking software and hardware solutions, solusi VSAT yang terintegrasi integrated VSAT solutions, infrastruktur dan layanan-layanan smart card dan solusi distribusi ritel untuk industri telekomunikasi.