Mitra Keluarga menjadi salah satu rumah sakit multi-spesialis terbesar berdasarkan volume pasien. Demikian juga dalam hal ketersediaan jumlah tempat tidur. Data tersebut terhitung sejak 31 Desember 2019, sebagaimana dilansir dari paparan publik perusahaan per September 2021.
Saat pandemi Covid-19, rumah sakit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham MIKA ini juga membukukan kinerja positif. Pada kuartal ketiga 2021, pendapatan Mitra Keluarga mencapai Rp 3,4 triliun. Capaian tersebut meningkat 47,1 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 2,3 triliun.
Dalam periode ini, beban pokok pendapatan naik 32,8 % menjadi Rp 1,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berkat kinerja positif dalam sembilan bulan pertama 2021, Mitra Keluarga sukses mencetak laba bersih naik 77 % secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 1 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan kesehatan tersebut hanya untung Rp 570,1 miliar.
Akuisisi dan Layanan Mitra Keluarga
Kiprah rumah sakit Mitra Keluarga dimulai sejak 1989. Awalnya berupa rumah sakit bersalin dengan kapasitas 35 tempat tidur. Selang enam tahun kemudian, rumah sakit yang beroperasi di wilayah Jakarta Timur ini resmi berbadan hukum, dengan nama PT Calida Ekaprana.
Nama ini kemudian berubah menjadi Mitra Keluarga Karyasehat pada 2014, nama yang hingga kini dikenal masyarakat luas. Seiring perkembangannya, pada 2017, Mitra Keluarga resmi mengakuisisi Grup Kasih (PT Rumah Kasih Indonesia), perusahaan jaringan rumah sakit yang mengutamakan pelayanan pasien dengan asuransi dari pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dilansir dari laman resmi perusahaan, akuisisi dengan Grup Kasih membuka peluang bagi Mitra Keluarga untuk memasuki bisnis kesehatan di seluruh spektrum konsumen di Indonesia, dari pasien individu dengan perlindungan asuransi swasta dan klien korporasi, hingga para pasien individu out-of-pocket expense dan peserta JKN.
Strategi akuisisi masih akan dilakukan MIKA pada 2022, dengan tujuan memperluas portofolio usaha dengan memasuki pasar JKN.
Berdasarkan paparan publik per September 2021, Mitra Keluarga tengah mengoperasikan 26 rumah sakit yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Tegal, dan Surabaya. Jika dibandingkan dengan jumlah rumah sakit, dari enam perusahaan multi-spesialis swasta lainnya di Jabodetabek dan Surabaya tahun 2020, MIKA masih unggul 20 rumah sakit.
Dari total 26 rumah sakit Mitra Keluarga yang beroperasi, sebanyak 17 rumah sakit berasal dari jaringan bisnis Mitra Keluarga, sementara sembilan sisanya merupakan rumah sakit Grup Kasih. Sekarang, total kapasitas tempat tidur kelolaan Mitra Keluarga mencapai 3.885, di mana 3.247 di antaranya adalah tempat tidur operasional.
Mitra Keluarga memiliki lima layanan unggulan, pertama adalah extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL ). Layanan kesehatan ini berupa tindakan penanganan batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut. Kelebihan prosedur ini tidak membutuhkan operasi atau pembedahan, sehingga tidak ada luka, pemulihan lebih cepat, dan tindakan ini dapat dilakukan dengan rawat jalan (one day care).
Layanan unggulan kedua adalah bonedensinometri, sebuah prosedur untuk mengukur kepadatan mineral tulang. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan pengobatan atau terapi yang dibutuhkan pasien serta pengawasan (monitoring) pengobatan osteoporosis.
Ketiga, layanan laparoskopi di mana dokter akan membuat sayatan kecil di dinding perut, kemudian memasukkan tabung tipis yang dilengkapi dengan kamera ke dalam perut. Tujuan prosedur ini adalah untuk melihat kelainan yang ada di dalam organ perut atau panggul.
Hampir sama dengan laparoskopi, layanan kesehatan dari Mitra Keluarga keempat, yakni menawarkan prosedur artroskopi. Prosedur ini mengharuskan dokter untuk membuat lubang sayatan untuk kemudian dimasukkan alat kecil dengan kamera di ujungnya. Bedanya, artroskopi adalah prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan sendi dan lubang sayatannya hanya sebesar lubang kunci.
Layanan unggulan kelima yaitu mammografi atau tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara serta jaringan di sekitarnya. Tujuannya adalah untuk mendeteksi berbagai kelainan pada payudara, seperti kanker, tumor jinak, kista, hingga penumpukan kalsium (kalsifikasi) di jaringan payudara. Adapun pemeriksaan ini menggunakan teknologi foto rontgen.
Saham MIKA di Zona Merah
Mitra Keluarga memutuskan untuk menjadi perusahaan publik dan menawarkan saham perdananya pada Maret 2015 di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan kode MIKA, perusahaan kesehatan ini menawarkan sahamnya lewat initial public offering (IPO).
Enam tahun lalu, saham MIKA ditawarkan perdana seharga Rp 17.000 per lembar saham. Adapun total saham yang ditawarkan mencapai 261,9 juta lembar saham. Lewat aksi korporasi tersebut, Mitra Keluarga berhasil mengantongi dana sebanyak Rp 4,45 triliun.
Melansir RTI, Rabu (1/12) harga saham MIKA ditutup koreksi 1,26 % ke level Rp 2.350 per lembar saham. Di mana, kapitalisasi pasar MIKA awal Desember ini berada di level Rp 33,5 triliun. Sepanjang 2021, saham MIKA tercatat awet berada di zona merah atau sudah turun 13,9 %. Namun, dalam sebulan terakhir, sahamnya mulai menunjukkan perbaikan dengan menguat hampir 4 %.
Sebanyak 61 % saham MIKA dikuasai PT Griyainsani Cakrasadaya, sebuah perusahaan di Cempaka Putih yang bergerak di bidang real estate. Griyainsani merupakan pemegang saham pengendali Mitra Keluarga. Direktur perusahaan ini adalah Rustiyan Oen, yang juga menjabat sebagai presiden direktur MIKA sejak 2014.