Di pengujung 2021, Bursa Efek Indonesia kedatangan banyak emiten baru, dari industri agrikultur, makanan ringan, hingga teknologi informasi. Salah satu perusahaan yang menawarkan saham perdana alias IPO tahun ini yaitu PT Avia Avian Tbk.
Perusahaan cat dengan kode saham AVIA itu berhasil menggalang dana IPO terbesar untuk sektor industri cat di Asia. Tak hanya sekadar melantai di bursa Tanah Air, perusahaan juga melangsungkan aksi korporasi lainnya, yakni private placement alias penawaran saham terbatas.
Avian secara resmi melantai di BEI pada 8 Desember lalu dengan melepas 6,2 miliar lembar dengan harga perdana Rp 930 per saham. Aksi korporasi tersebut membuat perusahaan cat ini mampu mengantongi dana Rp 5,77 triliun.
Di saat yang sama, pemegang saham Avian menggelar penawaran terbatas untuk 5,575 miliar lembar saham melalui skema private placement. Nilai potensinya Rp 5,2 triliun.
Berkat dua aksi korporasi itu, AVIA memperoleh dana Rp 10,95 triliun. Capaian tersebut sekaligus menjadi nilai terbesar untuk sektor industri cat di Asia, IPO kedua terbesar untuk sektor cat secara global, dan IPO ketiga terbesar di Indonesia sejak 2008.
Melansir siaran pers Avian, dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja, belanja modal (capital expenditure), dan pembayaran kembali utang bank Avian Brands beserta anak perusahaannya. Salah satu pembelanjaan modal yaitu membeli pabrik ketiga di Cirebon yang bakal selesai dibangun pada 2025. Fasilitas tersebut memiliki kapasitas produksi 225 ribu metrik ton per tahun.
Sayangnya, meskipun mampu menorehkan prestasi baru harga saham AVIA tak bergerak mulus pada hari pertama melantai di BEI. Pada awal perdagangannya, saham AVIA dibuka dengan harga penawaran Rp 930 per saham dan sempat menyentuh level tertinggi Rp 970.
Namun tak lama berselang dari waktu perdagangan, harganya terus mengalami tren penurunan. Hingga akhir perdagangan Rabu (8/12), saham AVIA ditutup pada level terendah Rp 865 per saham, atau terkoreksi 6,99 % dari harga pembukaan.
Adapun per Jumat (10/12), saham AVIA ditutup hijau, naik 3,5 % di level Rp 875 per saham dari hari sebelumnya Rp 835. Namun jika merunut sejak harga saham AVIA ditawarkan, harganya sudah turun 5,9 % per akhir pekan lalu (10/12).
Saat ini, pemegang saham AVIA terbanyak dikuasai PT Tancorp Surya Sentosa hingga 39,69 %. Perusahaan ini dimiliki oleh Hermanto Tanoko yang menduduki komisaris utama, sekaligus anak dari founder Avian. Di posisi kedua ada PT Wahana Lancar Rejeki yang menguasai saham 35,23 %. Sementara itu, 10 % saham lainnya dimiliki publik.
Avian Rintisan Bisnis Keluarga Tanoko
Perjalanan perusahaan ini berawal dari dibangunnya pabrik cat seluas 800 meter persegi oleh Soetikno Tanoko pada 1 November 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur. Awalnya, pabrik ini hanya memproduksi cat kayu dan besi. Pada 1981 pabrik mulai memproduksi cat tembok dengan merk Avitex.
Empat tahun setelah pabrik pertama berdiri, anak termuda Soetikno, Hermanto Tanoko bergabung untuk mengurus pabrik ini. Setahun sesudahnya, pada 1983, anak tertua Soetikno, Wijono Tanoko menyusul adiknya untuk turut andil dalam perusahaan cat tersebut.
Selama perjalananya, Avian terus beronovasi dan mengembangkan bisnisnya. Pada 1985, perusahaan mulai memproduksi cat otomotif, yang terdiri dari cat top coat, cat primer, dan cat semprot. Upaya tersebut menjadi bagian dari visi Avian untuk menjadi perusahaan yang terintegrasi secara vertikal. Pada 1986, Avian mulai memproduksi resin dan membeli tiga reaktor dari Korea.
Penjualan pun meningkat hingga perusahaan memutuskan untuk membeli lahan seluas 60 ribu meter persegi pada 1987. Lahan tersebut kemudian digunakan untuk ekspansi pabrik dan gudang. Tidak hanya itu, Avian berinvestasi untuk pabrik kaleng metal pada 1992 dan pabrik cat kedua di Serang pada 1996.
Bisnis keluarga tersebut terus mengekor hingga generasi ketiga keluarga Tanoko. Ruslan Tanoko, generasi ketiga, turut membantu perusahaan di divisi sales dan marketing pada 2000. Sembilan tahun kemudian, Robert Tanoko, juga sebagai generasi ketiga keluarga Tanoko, ikut dalam proses operasi Avian.
Tak sebatas inovasi, Avian gencar melakukan ekspansi seperti membangun anak perusahaan bernama Tirtakencana Tatawarna pada 2001. Perusahaan itu bertugas sebagai pusat distribusi produk Avian ke seluruh Indonesia.
Pada 2005, Avian menambah varian produk baru bernama No Drop, brand yang dikenal sebagai cat pelapis anti bocor. Lima tahun berselang, Avian muncul dengan produk cat tembok lini premium serta mesin tinting. Mesin ini memungkinkan konsumen untuk memilih warna sendiri. Kemudian, pada 2011 perusahaan meluncurkan semen instan bermerk “Giant Mortar”.
Jenis cat terbaru Avian diluncurkan pada 2019 dengan nama Avitex One Coat yang berhasil mendapatkan hak paten berkat daya tutup yang tinggi. Cat tersebut diklaim manajemen mampu menutup permukaan dengan satu lapisan, dibandingkan cat lain yang membutuhkan dua lapisan untuk menutup sempurna.
Avian Kuasai Pasar Cat Dekoratif
Menurut riset Frost & Sullivan, Avia Avian memiliki pangsa pasar cat dekoratif sebesar 20% di Indonesia untuk penjualan tahun 2020. Dalam pasar produk cat dan pelapis dekoratif, Avian menjadi satu-satunya produk lokal dari tiga pemain teratas di Indonesia. Riset tersebut juga menyatakan Avian memiliki pusat distribusi terbanyak di Indonesia, per 31 Mei 2021.
Avian Brands juga memiliki profil keuangan yang kuat, dengan tingkat pertumbuhan penjualan rata-rata di atas dua digit dan tingkat laba melebihi rata-rata industri sejenis. Selain itu, pada periode Mei 2021 Avian memiliki tingkat marjin EBITDA di atas 30% dan cash conversion rate mencapai 91% pada tahun 2020.
Pemasukan perusahaan diperoleh dari dua segmen usaha, yaitu architectural solutions berupa cat dekoratif dan trading goods berupa produk pelengkap. Dari kedua segmen ini, architectural solutions mempunyai margin laba yang jauh lebih tinggi, yaitu 79% terhadap penjualan dan 92,5% terhadap laba kotor konsolidasi perusahaan di tahun 2020.
Hingga Desember 2021, Avian Brands sudah memiliki beberapa anak perusahaan yang dimiliki langsung dan secara tidak langsung. Pertama, adalah PT Tirtakencana Tatawarna yang memiliki 96 pusat distribusi.
Kedua, ada PT Solusi Rumah Praktis yang menyediakan jasa pengecatan di sekitar Jakarta. Ketiga, perusahaan distribusi yang fokus bekerja di Batam, bernama PT Tirtakencana Batamindo.
Keempat, PT Bangun Bersama Solusindo yang merupakan perusahaan joint venture dengan Saint Gobain Group untuk memproduksi pelapis anti bocor yang memiliki dua komponen berbahan dasar semen. Kelima, ada PT Multipro Paint Indonesia yang khusus memproduksi cat marine dan protective.