PT Semacom Integrated -produsen panel, perakitan baterai, listrik dan energi terbarukan- resmi mendaftarkan sahamnya di papan Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham dengan kode emiten SEMA itu diperdagangkan mulai awal bulan lalu.
SEMA didapuk sebagai perusahaan Indonesia yang memiliki lisensi produksi panel listrik type-tested pertama dari Siemens. Selain Siemens, Semacom juga bekerja sama dengan Hyundai dan FiberHome dalam menjalankan bisnisnya. Dengan mengantongi lisensi sejumlah perusahaan internasional, perusahaan ini cukup percaya diri di tengah datangnya produsen panel listrik global ke Indonesia
“Siemens adalah perusahaan engineering nomor satu di dunia. Hyundai adalah perusahaan terbesar nomor dua di Korea dan banyak berinvestasi di Indonesia. Sedangkan FiberHome adalah perusahaan besar di Cina yang saat ini sedang gencar penetrasi pasar di Indonesia," menurut prospektus Semacom.
Melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering) alias IPO, Semacom melepas 347 juta lembar saham seharga Rp 180 per lembar. Jumlah tersebut setara 25,76 % dari total saham perusahaan. Lewat aksi korporasi itu, Semacom mengantongi dana segar Rp 62,46 miliar.
Tak sekadar IPO, Semacom juga menerbitkan 173,5 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru, atau setara 17,35 % total saham perusahaan. Dengan harga waran Rp 230, perusahaan akan memperoleh dana Rp 39,9 miliar.
Investor cukup antusias menyambut kehadiran Semacom di bursa Tanah Air. Itu terlihat di hari pertama listing, harga saham SEMA langsung mencapai nilai tertinggi alias auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,4 %.
Harga IPO yang semula Rp 180 berhasil meningkat 62 poin ke level Rp 242 per lembar. Tren minat investor sudah tampak dari masa penawaran, di mana Semacom mencatatkan kelebihan pesanan alias oversubscribed hingga 40 kali dari porsi pooling.
Berdasarkan catatan RTI Business, saham Semacom terus menunjukkan tren hijau alias menguat sejak sahamnya dirilis. Pada perdagangan Selasa (15/2), saham SEMA ditutup menguat 10,07 % di level Rp 306. Masih menghijau, saham SEMA dibuka naik ke level Rp 308 per lembar pada Rabu (16/2)
Dalam sebulan terakhir, harga saham SEMA sudah naik Rp 18,32 %. Dengan antusiasme tersebut, emiten kini memiliki kapitalisasi pasar Rp 417,6 miliar.
Rencananya, dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, seperti membeli persediaan, biaya research & development (R&D), dan biaya pemasaran. Sementara, dana dari penerbitan waran akan digunakan untuk membeli persediaan dan biaya pemasaran.
Koleksi Sertifikasi Semacom
PT Semacom Integrated berdiri pada 1 Oktober 2009 di Jakarta. Pada tahun itu, Semacom berhasil memperoleh sertifikasi oleh Siemens Indonesia sebagai Sivacon Technology Partner. Dengan sertifikasi ini, perusahaan sektor alternatif energi tersebut memproduksi panel listrik (switchboard) tegangan rendah type-tested dengan nama Sivacon 8PT dan Sivacon S8.
Sivacon 8PT biasa digunakan untuk gedung bertingkat (high rise building), industri, dan pembangkit listrik. Panel listrik dari Siemens tersebut memiliki kapasitas arus busbar utama maksimum sebesar 7400 ampere dan hubung singkat 150 kilo ampere.
Sebagai panel listrik generasi kedua dari SEMA, Sivacon S8 cenderung lebih kecil dari Sivacon 8PT sehingga cocok digunakan apabila memiliki keterbatasan ruang. Panel listrik ini memiliki kapasitas arus busbar utama maksimum 7.100 ampere dan hubung singkat 150 kA
Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2012 Siemens Indonesia kembali memberi sertifikasi kepada Semacom sebagai Simoprime Technology Partner. Dari kerja sama tersebut, SEMA memproduksi panel listrik (switchboard) tegangan menengah hingga 17,5 tegangan listrik (kV) bernama Simoprime World dan panel listrik tegangan menengah hingga 24 kV bernama Simoprime. Pada 2014 pun Siemens memberi sertifikasi kepada Semacom sebagai Simosec Technology Partner.
Tidak hanya bekerja sama dengan Siemens, SEMA juga menggandeng Hyundai di 2018 dalam bentuk sertifikasi mitra bisnis. Melalui Hyundai, SEMA memproduksi HiMcc dan HMS, dua jenis panel listrik masing-masing tegangan rendah dan tegangan menengah hingga 36 kV.
Dalam prospektus perusahaan disebutkan bahwa panel HiMcc dan HMS ini menyasar konsumen Asia Timur dan menjadi alternatif bagi konsumen yang cukup sensitif dengan harga. SEMA juga mengklaim kedua panel listrik ini sudah menggunakan teknologi mutakhir dan ramah lingkungan.
Pada 2020, SEMA memperluas lini bisnis menuju teknologi listrik, yaitu memproduksi baterai listrik dan energi terbarukan. Untuk mencapai tujuan ini, SEMA memperoleh sertifikasi oleh FiberHome sebagai perakit resmi dari baterai kabinet seri FitOn.
Produk yang ditawarkan SEMA dalam lini bisnis ini bernama Battery LiFePo4 Fit On Series, baterai lithium 48 Volt DC (VDC) 100 ampere hours (AH). jangka waktu pemakaian baterai ini lebih lama dan bebas perawatan, bila dibandingkan dengan baterai berteknologi Valve Regulated Lead Acid (VRLA) yang biasa digunakan dalam aki kering. Selain itu, produk baterai usungan SEMA ini memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di atas 40 %.
Untuk memproduksi produk-produk tersebut, SEMA memiliki satu pabrik di Gunung Sindur, Bogor. SEMA menawarkan empat jenis layanan pada pelanggannya, yaitu layanan teknik, instalasi, pengujian dan pelaksanaan, perbaikan dan pemeliharaan. Beberapa klien yang sudah bekerja sama dengan SEMA mulai 2020 antara lain Riau Andalan Pulp & PAper (RAPP), Holcim Indonesia di Lhoknga, Aceh, hingga Apartemen Taman Permata Buana, Jakarta.
Hingga pertengahan 2021, Semacom berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 33,76 %, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di mana, pada pertengahan 2020, nilai penjualan Semacom sebesar Rp 35,53 miliar dan meningkat menjadi Rp 60,9 miliar di pertengahan 2021. Laba perusahaan pun meningkat lebih dari dua kali lipat secara tahunan, tepatnya naik 123,1 % menjadi Rp 5,14 miliar.
Semacom Dikelola Enterpreneur
Mayoritas saham SEMA dipegang oleh PT Semacom Global Mandiri, yakni 66,82 % atau 900 juta lembar. Kemudian, Rudi Hartono Intan selaku direktur utama SEMA memegang 4,45 % atau 60 juta lembar saham SEMA.
Ada juga Djaja Tonny Intan selaku komisaris Semacom, yang memiliki 2,97 % atau 40 juta lembar saham. Ketiga pemegang saham tersebut juga berperan sebagai pemegang saham pengendali SEMA.
Kursi pimpinan Semacom, dikendalikan orang-orang berpengalaman. Di antaranya ada Djaja selaku Komisaris dan Rudi sebagai Direktur Utama Semacom. Keduanya memiliki pengalaman cukup panjang di bidang entrepreneurship, yakni lebih dari dua dekade.
Djaja resmi menduduki bangku komisaris Semacom pada 2021 lalu, bersamaan dengan Rudi yang menjabat sebagai Direktur Utama. Keduanya merupakan alumni Universitas Tarumanegara, Jurusan Ekonomi. Di mana, Djaja lulus pada 1995, sementara Rudi lulus pada tahun 2000.
Tak hanya mengelola Semacom, dua bersaudara ini juga mengisi bangku kepemimpinan di PT Semarak Lestari Mulia. Djaja sudah menjadi direktur di perusahaan tersebut sejak 2008 hingga sekarang, sedangkan Rudi sebagai Direktur Utamanya. Berdasarkan penelusuran Katadata, perusahaan tersebut bergerak di bidang peralatan dan perlengkapan listrik.
Di sisi lain, nama Djaja juga tercatat sebagai komisaris di PT Multi Integrasi Lestari. Sementara itu, Rudi diketahui menjadi Direktur Utama dari PT Global Solution Engineering sejak 2009.