Bank Indonesia pagi tadi, Kamis (18/8), telah meluncurkan rupiah kertas emisi tahun 2022 untuk pecahan Rp 1.000 hingga Rp 100 ribu. Uang kertas baru ini memiliki gambar pahlawan nasional yang sama dengan uang tahun emisi 2016, perubahannya terletak pada desain yang baru.
Salah satu pahlawan nasional yang ditampilkan pada uang ini adalah Mohammad Husni Thamrin. Dia pun menjadi satu-satunya tokoh Betawi yang terpasang pada uang rupiah. Wajahnya, dapat terlihat pada pecahan Rp 2.000.
Berdasarkan penelusuran berbagai sumber, Husni Thamrin merupakan seorang politisi pada masa kolonial Hindia Belanda, yang aktif memperjuangkan kepentingan masyarakat Betawi.
Mat Seni, begitu tokoh Betawi ini akrab disapa, lahir pada 6 Februari 1894. Ayahnya, Tabri Thamrin, merupakan seorang wedana di bawah Bupati, ketika kepemimpinan Gubernur Jenderal Johan Cornelis van der Wijck.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di salah satu sekolah elit Belanda Koning Willem II, Thamrin memiliki beberapa pekerjaan, salah satuya adalah di perusahaan pelayaran, Koniklijke Paketvaart-Maatschappij.
Karir berpolitiknya baru dimulai ketika dia berusia 24 tahun, saat terpilih menjadi anggota Gementeraad, semacam parlemen tingkat daerah atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) saat ini.
Setahun setelah itu, pada usia 25 tahun, Thamrin naik ke pentas nasional dengan menjadi anggota Volksraad, yaitu parlemen pada masa Hindia Belanda. Dia terpilih mewakili pribumi setelah H.O.S. Tjokroaminoto dan Dr. Soetomo menolak jabatan tersebut.
Sebagai salah satu pemuda terpelajar di kalangannya saat itu, Mat Seni kerap menyoroti ketimpangan pada pembangunan di Batavia. Terutama kawasan kampung yang kerap kebanjiran ketika musim penghujan.
Hal ini terjadi karena semasa kecil ia dibesarkan di Batavia, sehingga kerap menghabiskan waktu bersama warga di kawasan kampung.
Menurutnya, terjadi kesenjangan dalam pembangunan di kawasan perkampungan pribumi dengan jalan raya besar dan bangunan pemerintah yang megah.
Thamrin juga pernah mengusulkan agar pemerintah Hindia Belanda membangun persediaan air bersih untuk minum. Akhirnya dibangun saluran air minum Kanal Ciliwung, yang kini dikenal dengan penjernihan air di kawasan Pejompongan.
Tak hanya itu, Thamrin juga menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan olahraga. Salah satunya ketika menyumbangkan dana pribadinya untuk membangun lapangan sepakbola khusus pribumi di kawasan Petojo pada April 1930.
Selain berkiprah di Dewan Kota, Mat Seni juga menggalang semangat perjuangan pemuda Betawi. Ia membentuk Kaum Betawi pada 1 Januari 1923.
Lalu pada 17 Desember 1927 ikut mendirikan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sebagai upaya menggalang gerakan perjuangan nasional.
Thamrin juga turut berjasa sebagai salah satu pelopor bergabungnya empat organisasi nasional menjadi Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI) pada Mei 1939. Organisasi ini memiliki empat tujuan utama, yakni Indonesia menentukan nasib sendiri, persatuan nasional, pemilihan secara demokrasi, dan solidaritas antara warga Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.
Pada 6 januari 1941, pemerintah Hindia Belanda memerintahkan dirinya untuk mendapatkan tahanan rumah, atas tuduhan bekerja sama dengan Jepang. Thamrin pun dilarang mendapatkan kunjungan, atau keluar dari lingkungan rumanya. Padahal saat itu, dia tengah dalam keadaan sakit.
Tak lama setelah itu, Thamrin meninggal dunia pada 11 Januari 1941, dan dimakamkan di tempat pemakaman Karet, Jakarta.