Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang akan beroperasi pada Juni 2023 berpotensi mematikan kereta api (KA) Argo Parahyangan. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kereta api penghubung Jakarta-Bandung itu nantinya akan ditutup.
VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Joni Martinus mengatakan pihaknya saat ini terus berkoordinasi dengan seluruh pemegang kepentingan. Meski begitu, KAI tidak menutup kemungkinan menghentikan operasional KA Argo Parahyangan jika ada perintah dari pemerintah pusat.
“KAI berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” kata Joni, Jumat (2/12).
KAI sudah mengoperasikan Argo Parahyangan sejak 2010. Kereta api ini melayani penumpang kelas ekonomi premium dan eksekutif untuk lintas Kiaracondong/Bandung menuju Gambir. Perjalanan menggunakan KA ini menghabiskan waktu sekitar 3 jam.
Kereta cepat akan memangkas perjalanan menjadi hanya sekitar 45 menit. Akan tetapi, kereta cepat tidak turun di pusat Kota Bandung melainkan di Padalarang, Bandung Barat atau di Tegalluar, Kabupaten Bandung. KAI menyediakan kereta feeder bagi penumpang yang ingin melanjutkan ke pusat Bandung.
Penutupan KA lintas Jakarta-Bandung bukan kejadian pertama kalinya. Sebelumnya, ada dua KA yang ditutup akibat kalah saing dengan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Dua KA ini lah yang menjadi asal-muasal Argo Parahyangan.
Gabungan Dua Layanan KA
Nama Argo Parahyangan sebenarnya adalah gabungan dari dua nama, yaitu Argo Gede dan Parahyangan. Ini adalah dua nama layanan KA yang melintas Jakarta-Bandung sebelum adanya Argo Parahyangan.
KA Parahyangan diluncurkan KAI, saat itu bernama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), pada 31 Juli 1971. Mengutip 30 Tahun Indonesia Merdeka, KA Parahyangan menawarkan layanan kelas bisnis dan eksekutif dengan waktu tempuh Bandung-Jakarta selama 2 jam 3 menit.
Tahun 1980-an menjadi tahun jaya KA Parahyangan. Saat itu, KA ini dapat beroperasi dengan menarik empat belas gerbong dalam satu rangkaian akibat banyaknya penumpang yang menggunakan layanan ini.
Pada 2005, jumlah kereta berkurang menjadi hanya dua kereta kelas eksekutif dan tiga kereta kelas bisnis dalam satu rangkaian. Ini karena mulai beroperasinya jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) yang memangkas waktu perjalanan Jakarta-Bandung.
Sementara, Argo Gede baru dioperasikan pada 1995. Nama Argo Gede diambil dari Gunung Gede yang berada di Jawa Barat. KA ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan INKA. Waktu perjalanan Jakarta-Bandung menggunakan KA ini menghabiskan 2,5 jam.
Sama seperti KA Parahyangan, beroperasinya tol Cipularang mengurangi kebutuhan perjalanan kereta api. Kedua layanan KA ini pun ditutup pada 2010. Tidak lama, KAI meluncurkan Argo Parahyangan yang menggabungkan dua KA ini.
Beroperasinya Argo Parahyangan
Pada tahun yang sama, KAI resmi meluncurkan Argo Parahyangan. Argo Parahyangan awalnya beroperasi dengan menggabungkan 3-4 gerbong kelas eksekutif bekas Argo Gede dan 2-3 gerbong kelas bisnis bekas Parahyangan.
Layanan kelas bisnis Argo Parahyangan berubah menjadi ekonomi plus pada 2016. Kereta ekonomi plus ini diproduksi lokal oleh INKA. Keterisian penumpang juga mulai kembali meningkat saat itu dan membuat jumlah perjalanan ditambah.
Layanan ekonomi premium baru dipakai Argo Parahyangan pada 2019. Kereta untuk layanan eksekutif baru buatan INKA juga digunakan untuk seluruh layanan Argo Parahyangan mulai 2019.
Saat ini, Argo Parahyangan memiliki empat perjalanan pulang-pergi secara reguler dan enam kali perjalanan kereta api tambahan.
Selain Argo Parahyangan, ada juga KA Serayu yang melintas Jakarta-Bandung. KA Serayu melintas dari Purwokerto dengan melewati Stasiun Kiaracondong di Bandung dan berhenti di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Saat ini, KA Serayu hanya mengoperasikan kereta ekonomi.