Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengangkat Dwi Soetjipto sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) 2022 -2026. Kebijakan ini ditetapkan Presiden melalui melalui Keputusan Presiden No. 51/M/Tahun 2022 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala SKK Migas. Dwi pun melanjutkan kepemimpinan dua periode di SKK Migas sejak pertama kali diangkat pada 2018 silam.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melantik Dwi pada Senin (5/12/2022) di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat. Arifin juga melantik pejabat-pejabat SKK Migas lainnya.
(Baca: Menteri ESDM Rombak Pengurus SKK Migas, Dwi Soetjipto Dilantik Kembali)
Dwi telah memimpin SKK Migas ketika industri ini terpukul akibat pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina. Di samping itu, pria berusia 67 tahun itu juga memiliki tugas-tugas lain, seperti pengembangan proyek gas Masela di Maluku dan peningkatan produksi migas.
Sebelum memimpin SKK Migas, Dwi telah memimpin perusahaan minyak dan gas milik negara PT Pertamina. Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, itu menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina sejak 2014 hingga 2018.
Presiden Jokowi melantik Dwi pada awal masa pemerintahannya pada Desember 2014. Presiden menugaskan pria lulusan teknik kimia itu bukan hanya untuk mengembangkan industri migas, namun juga untuk mengatasi isu mafia migas.
Di bawah kepemimpinannya, Pertamina meluncurkan Pertalite pada 2015 sebagai upaya diversifikasi produk. Peluncuran bensin dengan research octane number (RON) 90 ini juga menandai transisi untuk berhenti menjual Premium. Ini sejalan dengan rekomendasi dari Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi pada tahun yang sama.
Kepemimpinan Dwi di Pertamina berkaitan dengan pengalamannya di perusahaan-perusahaan semen milik negara selama kira-kira 33 tahun. Dwi mengawali kariernya pada 1981 sebagai staf di perusahaan pelat merah PT Semen Padang. Ini merupakan produsen semen tertua di Indonesia. Dwi menjabat sebagai direktur utama perusahaan ini antara 2003 hingga 2005.
Pada 2005, Dwi kemudian melanjutkan kariernya di industri semen dengan bergeser ke perusahaan milik negara yang lain, yaitu PT Semen Gresik. Dwi menjabat sebagai direktur utama di perusahaan yang bermarkas di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini hingga 2013.
Dwi mengawasi perubahan-perubahan besar di perusahaan-perusahaan semen milik negara. Pada 2012, Semen Gresik berubah menjadi PT Semen Indonesia. Ini menandai langkah awal pemerintah untuk membentuk perusahaan induk plat merah di industri semen.
Antara 2013 hingga 2014, Dwi menjadi memimpin pertama Semen Indonesia. Dwi kemudian menyaksikan konsolidasi Semen Gresik, Semen Padang, dan perusahaan pelat merah PT Semen Tonasa di bawah Semen Indonesia.
Di sela-sela kariernya di industri semen, Dwi memperoleh gelar master di bidang manajemen pada 2002 dari Universitas Andalas di Padang, Sumatra Barat. Pada 2009, dia menamatkan program doktor dengan konsentrasi di bidang manajemen strategis dari Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat.