Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya Kedua RI yang Cuan dari Batu Bara

Laporan Keuangan Bayan Resources
Pemilik Bayan Resources Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya kedua di Indonesia setelah Hartono bersaudara versi Majalah Forbes.
Penulis: Agustiyanti
11/12/2022, 16.48 WIB

Pendiri perusahaan tambang batu bara Bayan Resources Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya kedua di Indonesia versi Majalah Forbes, menggeser posisi konglomerat pemilik Grup Sinar Mas, Widjaja bersaudara. Kekayaannya ditaksir mencapai US$ 12,1 miliar atau setara Rp 188,55 triliun. 

Mengutip Forbes, kekayaan Low Tuck Kwong melesat berkali lipat dalam setahun terakhir. Berdasarkan data Forbes saat memeringkat 50 orang terkaya Indonesia pada 2021, pendiri Bayan Resources ini hanya berada di posisi ke-18 dengan kekayaan mencapai US$ 2,55 miliar. 

Bisnis batu bara memang menghadapi kampanye global yang menolak penggunaannya demi mengurnagi emisi karbon. Namun, keberuntungan memihak Low Tuck Kwong, terutama dalam setahun terakhir. Perang Rusia dan Ukraina melambungkan permintaan dan harga batu bara. Eropa yang mulai meninggalkan batu bara pun meningkatkan pesanannya akibat krisis energi.  

Tak heran kinerja Bayan Resources dalam sembilan bulan terakhir melesat. Emiten berkode saham BYAN ini mengantongi pendapatan mencapai US$3,3 miliar atau setara Rp 50 triliun jika mengacu kurs Jisdor akhir September 2022. Pendapatan ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 1,74 miliar.

Perusahaan juga berhasil membukukan laba mencapai US$ 1,7 miliar atau setara 25,89 triliun, kenaikan dua kali lipat dibandingkan sepanjang sembilan bulan pertama 2021. Kinerja kinclong ini diikuti oleh harga saham Bayan yang naik lima kali lipat sejak awal 2021 ataunaik tiga kali lipat tahun ini. Perusahaan juga berencana melakukan pemecahan saham  atau stocksplit 1 banding 10.

Lonjakan harga saham ini berhasil mengerek posisi pemilik saham mayoritas Bayan ini ke posisi kedua orang terkaya di Indonesia setelah Hartono Bersaudara. 

Namun, langkah pemerintah Indoensia dan banyak negara lainnya untuk mengurangi penggunaan batu bara membawa kekhawatiran bagi masa depan bisnis Low Tuck Kwong. Selama KTT G20 yang diselenggarakan Indonesia pada November, pemerintah mengumumkan sebuah program pendanaan yang diperoleh dari sekelompok negara maju dan swasta bank mencapai US$20 miliar. Dana ini akan membantu Indonesia mengurangi penggunaan batu bara dan mengembangkan lebih banyak sumber energi terbarukan.

Low sendiri sebenarnya tidak khawatir dengan prospek Bayan di bisnis batu bara yang sedang menghadapi banyak perlawanan tetapi juga dianggap penting bagi negara. "Kami menyadari bahwa batu bara dianggap sebagai industri matahari terbenam. Namun, basis biaya kami termasuk yang terendah di dunia, batu bara kami rendah emisi. Dan dalam hal output setara CO2, kami memastikan bahwa akan menjadi  salah satu perusahaan terakhir yang bertahan," ujarnya. 

Ketika ditanya tentang program pembiayaan untuk menghentikan PLTU sebesar US$20 miliar, Chief Financial Officer Bayan Alastair Mcleod mengatakan bahwa itu adalah proporsi yang sangat kecil dari jumlah yang dibutuhkan untuk mengalihkan Indonesia dari batu bara.

Dia juga menegaskan bahwa batu bara masih akan menjadi bagian dari bauran energi di negara-negara berkembang untuk beberapa tahun ke depan.

Bayan harus mendapatkan batu bara untuk pelanggan domestik karena kewajiban terhadap perusahaan listrik negara dan pelanggan internasional. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2022, seperempat batu bara Bayan masuk ke pasar Indonesia, sementara pembeli internasional utama termasuk Filipina (30%), Korea Selatan (15%), India (9%), Bangladesh (7%) dan Malaysia (5%).

Indonesia adalah pengekspor batu bara terbesar di dunia yang diperkirakan  menghasilkan lebih dari US$91 miliar tahun ini. Batu bara juga masih menjadi sumber listrik terbesar di rumah dan juga mencakup  38% dari energi yang dihasilkan pada 2021, melampaui minyak bumi dan gas alam, sedangkan energi terbarukan hanya 12%.

Cadangan batu bara Indonesia juga masih sangat besar. Kementerian Energi memperkirakan bahwa dengan rata-rata produksi domestik tahunan sebesar 600 juta ton, cadangan batu bara Indonesia yang ada dapat bertahan lebih dari 60 tahun.