Berbeda dengan taipan lainnya yang sudah berusia lebih dari 50 tahun, Ciliandra Fangiono tercatat sebagai pengusaha termuda dari daftar 50 orang terkaya versi Forbes (12/12). Di usianya yang ke-46, Ciliandra sudah memiliki kekayaan senilai US$ 2,2 miliar atau setara Rp 34,1 triliun (kurs Rp 15.500).
Kekayaan Ciliandra pun mengalami peningkatan dari tahun lalu senilai US$ 1,8 miliar atau setara Rp 27,9 triliun. Tahun ini, Forbes menempatkan namanya sebagai orang terkaya ke-20 di Tanah Air, meningkat dari tahun lalu di posisi ke-24.
Ciliandra menempuh pendidikan tingginya di Cambridge University, Inggris dan lulus dengan gelar Bachelor of Art in Economics. Tidak puas dengan gelar sarjana, ia pun melanjutkan studinya di kampus yang sama dan mendapat gelar Master of Arts.
Dari catatan Forbes, taipan ini cukup berprestasi di kampus tersebut, terbukti dari gelar Senior Scholar yang disandangnya. Gelar ini diberikan kepada seorang mahasiswa yang mendapat nilai tertinggi di tiap fakultas. Selain itu, ia juga mendapat penghargaan PriceWaterhouse Book Prize.
Mesin Uang Ciliandra Fangiono
Kekayaan Ciliandra Fangiono tidak terlepas dari ratusan ribu hektare kebun kelapa sawit serta pabrik yang ia miliki di Riau dan Kalimantan. Perkebunan ini bergerak di bawah perusahaan First Resources, yang didirikan ayahnya, Martias, pada 1992. Kini, Ciliandra memegang peran sebagai CEO sekaligus Direktur Eksekutif First Resources.
Sebelum mengusahakan bisnis keluarganya tersebut, Ciliandra mencari pengalaman terlebih dahulu di Singapura. Ia pernah bekerja di divisi investasi perbankan dari sebuah perusahaan manajemen investasi, Merrill Lynch. Di situ, ia bekerja mengurus merger, akuisisi, dan penggalangan dana yang dilakukan perusahaan di wilayah tersebut.
Nama Ciliandra baru masuk ke jajaran dewan First Resources pada 18 April 2007, saat ia masih berusia 31 tahun. Di bawah kepemimpinannya, First Resources berhasil melantai di Bursa Efek Singapura pada 2007. Dari laporan tahunan perusahaan, diketahui bahwa First Resources memiliki kantor di Singapura dan Jakarta serta beberapa kantor cabang di Pekanbaru, Pontianak, dan Balikpapan .
Aktivitas bisnis utama First Resources terdiri atas pembudidayaan kelapa sawit dan memanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Kemudian juga mengolah TBS menjadi crude palm oil alias CPO dan palm kernel alias PK.
Dengan total 34 anak perusahaan, grup First Resources ini memproses CPO dan PK menjadi produk turunan lain seperti biodiesel dan refined, bleached, and deodorised alias RBD olein yang digunakan sebagai minyak goreng. Kemudian ada juga RBD stearin, minyak inti sawit, hingga biomassa palem bernama palm kernel expeller (PKE).
Adapun Ciliandra dipercaya memegang jabatan lebih tinggi pada 29 April 2021, sebagai Direktur Eksekutif First Resources. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan memiliki total 212,2 ribu hektare lahan perkebunan yang menghasilkan 3,3 juta ton tandan buah segar (TBS) hingga akhir 2021.
Untuk memproses TBS itu, First Resources memiliki mesin penghancur inti kelapa sawit dengan total kapasitas 375.000 ton per tahun. Hasilnya akan masuk ke tahap penyulingan serta biodiesel yang berkapasitas total 850.000 ton per tahun. Dengan kapasitas tersebut, First Resources berhasil membukukan pendapatan sebanyak US$ 1 miliar atau setara Rp 15,5 triliun dan laba sebesar US$ 149,2 juta atau setara Rp 2,3 triliun pada 2021.
Melansir laporan tahunan perusahaan, ada enam anak perusahaan First Resources melalui mekanisme kepemilikan langsung. Pertama adalah Ciliandra Perkasa (CLP) yang fokus pada penanaman dan pengolahan kelapa sawit, kemudian ada Falcon Agri Persada (FAPE) dan Borneo Ketapang Permai (BKP) yang hanya fokus pada penanaman kelapa sawit. Keempat, Adhitya Serayakorita (ASK) fokus dalam penghancuran inti kelapa sawit dan pemurnian minyak kelapa sawit.
Empat anak usaha ini berbasis di Indonesia, sementara dua lagi yakni First Resources Trading, Pte., Ltd. (FRTPL) dan Lynhurst Investment berbasis di Singapura. FRTPL adalah anak usaha perseroan yang fokus pada distribusi dan pemasaran produk minyak kelapa sawit dan Lynhurst adalah holding investasi perusahaan.