Upaya penyelamtan bank datang dari Eropa. Bank jumbo asal Swiss, UBS, akan merger dengan kompetitornya yang nyaris tumbang, Credit Suisse.
UBS akan membeli seluruh saham Credit Suisse seharga 3 miliar swiss franc (CHF) atau sekitar Rp 49,6 triliun. "Jika memungkinkan, proses merger diharapkan akan selesai pada akhir 2023," tulis manajemen Credit Suisse dalam siaran pers, Minggu (19/3).
Keputusan tersebut diambil di tengah saham Credit Suisse yang anjlok. Berdasarkan data Google Finance, sejak awal tahun hingga 20 Maret 2023, harga sahamnya merosot sekitar 73%. Bank ini berisiko bangkrut dalam waktu dekat.
Kepala Riset Bank Vontobel asal Swiss, Andera Venditti, berpendapat aksi heroik UBS belum tentu menjamin kondisi keuangan global akan baik-baik saja. Masih banyak ketidakpastian dan risiko global. "Masalah yang terjadi pada sektor perbankan global belum berakhir," katanya, dilansir Yahoo Finance kemarin.
Lantas, bagaimana sejarah UBS hingga dapat mengakuisisi Credit Suisse?
Sejarah UBS
UBS bukanlah akronim, melainkan nama perusahaan pendahulunya. Dari sejarahnya, bank ini berdiri pada Bank 29 Juni 1998 setelah terjadinya merger dua dari tiga bank terbesar di Swiss: Union Bank of Switzerland dan Swiss Bank Corporation.
Namun, jejak UBS bisa ditelusuri sejak 160 tahun lalu, dari Bank in Winterthur yang beroperasi sejak 25 Juni 1862. Winterthur adalah pusat industri di timur laut Swiss pada abad ke 19. Karena itu, bank ini jugalah mendukung industrialisasi negara yang termaktub dalam Federal Railway Act 1852.
Dalam catatan perusahaan, pada akhir 1950, sebanyak 50 juta swiss franc diinvestasikan ke jaringan kereta api, seiring dengan cepatnya pertumbuhan industri. Bank in Winterthur kemudian merger dengan Toggenburger Bank untuk membentuk Union Bank of Switzerland, pada 1912.
Sedangkan Swiss Bank Corporation sudah berdiri pada 1897 dengan merger empat bank: Basler Depositen-Bank, Basler Bankverein, Zurcher Bankverein, dan Schweiz Unionbank. SBC membuka kantor pertama di luar Swiss, yakni London, Inggris, pada 1898.
Sejak saat itu, berbagai bank daerah diakuisisi baik oleh Union Bank of Switzerland dan Swiss Bank Corporation. Tercatat lebih dari 60 bank kecil diakuisisi masing-masing oleh dua tersebut, hingga akhirnya bersatu pada 1998.
UBS Masa Kini
UBS berhasil menjadi bank non-AS pertama yang melantai di Bursa Efek New York pada 2000. Dengan kode UBS, saham ini dihargai US$ 18,8 atau setara Rp 288 ribu per 20 Maret 2023 waktu setempat.
Saham UBS sempat turun 9% pada 15 Maret, menjadi US$ 18.15 dari US$ 19.99 pada hari sebelumnya. Namun, sahamnya terus naik turun, menjadi US$ 19,4 per saham pada pada 20 Maret lalu.
Ada empat jenis layanan yang ditawarkan UBS. Mulai dari manajemen kekayaan alias wealth management, manajemen aset, bank investasi, dan bank ritel. Dalam laporan tahunannya, lebih dari setengah aset yang diinvestasikan dalam layanan aset manajemen, datang dari klien mereka di Amerika Serikat.
Pada Mei 2022, UBS dinobatkan sebagai bank terbesar ketiga di Eropa dengan kapitalisasi pasar US$ 63 miliar. Hingga akhir 2022, UBS mencatat keuntungan bersih senilai US$ 7,6 miliar dan aset yang diinvestasikan senilai US$ 3,95 triliun.
Meski kantor pusat perusahaan terletak di Zurich dan Basel, Swiss, UBS beroperasi sebagai bank Amerika berlisensi. Nama bank ini adalah UBS Bank USA yang kantor pusatnya berada di New York City.
Bank ini pun dianggap sebagai salah satu bank bulge bracket, yakni bank investasi terbesar dengan keuntungan yang tinggi. Posisi ini sejajar bank bulge bracket lain, yaitu Goldman Sachs, JP Morgan, Citigroup, Credit Suisse, dan Deutsche Bank.