Gubernur Bali I Wayan Koster menolak kehadiran tim nasional Israel di Bali untuk pertandingan Piala Dunia U20. Penolakan ini membuat posisi Indonesia sebagai tuan rumah kompetisi ini berada di ujung tanduk.
Padahal, panitia pertandingan dua tahunan itu telah menyiapkan enam stadion di Tanah Air. Salah satunya, Stadion Kapten I Wayan Dipta di Kabupaten Gianyar, Bali.
Koster telah menyurati Menteri Pemuda dan Olahraga untuk melarang tim Israel bertanding di Bali. Alasannya, kebijakan luar negeri pemerintah Israel terkait Palestina bertentangan dengan pemerintah Indonesia.
“Saya sudah terima, komunikasi, dan diskusi. Kesimpulan saya, dan semoga kesimpulan saya sama dengan pak Gubernur, surat tersebut masih koma, belum titik,” kata pelaksana tugas Menteri Pemuda dan Olahraga Muhadjir Effendy pada Selasa (21/3) dalam siaran persnya.
Profil I Wayan Koster
Koster merupakan politisi dengan latar belakang akademisi dan tokoh Hindu. Ia berpengalaman di bidang olahraga lewat Dewan Perwakilan Rakyat. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini pernah menjabat antara 2004 dan 2018 sebagai legislator di Komisi X.
Komisi tersebut mengawasi isu-isu tentang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, pemuda dan olahraga. Sesaat sebelum meninggalkan DPR, Koster bergeser ke Komisi V. Komisi ini menangani isu-isu terkait pekerjaan umum, transportasi, dan pembangunan desa.
Karier politik Koster berawal dari jabatan staf ahli kelompok fraksi PDIP di DPR antara 2003 dan 2004. Pria kelahiran Kabupaten Buleleng, Bali, itu menjadi staf ahli saat masih bekerja sebagai dosen di sejumlah universitas.
Karier Politik I Wayan Koster
Koster pertama kali mencalonkan diri pada 2004, yang merupakan pemilihan umum legislatif kedua sejak keruntuhan Orde Baru. PDIP memenangkan 18,53% suara nasional. Pangsa suara ini mengizinkan partai banteng untuk mengirim 109 legislator.
Selain terlibat dalam partai politik, Koster juga mengambil jabatan penting di organisasi Hindu. Pria dengan gelar strata tiga dari Universitas Negeri Jakarta ini pernah menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) antara 1990 dan 1994.
Selama menjadi anggota DPR, Koster pernah menjalani sejumlah pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada 2013, misalnya, lembaga antirasuah itu memanggil Koster sebagai saksi dalam kasus korupsi Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau.
Kejadian itu tidak menjatuhkan pamor Koster. Ia tetap mampu memenangkan pemilihan gubernur Bali pada 2018 dengan pangsa suara 57,68%. Ia maju bersama Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), yang merupakan mantan Bupati Gianyar.