Daftar orang terkaya di dunia versi Forbes kembali terbit. Tahun lalu, Elon Musk berada di posisi puncak. Kali ini Bernard Arnault menggeser posisi tersebut.
Dari 10 orang terkaya di daftar tersebut, satu di antaranya memperoleh kekayaan dari media, yakni Michael Bloomberg. Mengutip data Real Time Net Worth Forbes, kekayaan Bloomberg mencapai US$ 94,5 miliar atau setara Rp 1.417,5 triliun.
Dengan nilai kekayaan itu, ia menjadi miliarder alias orang terkaya ketujuh di dunia. Hartanya diperoleh dari perusahaan yang menggunakan namanya sendiri, Bloomberg LP Perusahaan menyediakan informasi serta berita bisnis dan finansial.
Lelaki yang dikenal dengan nama Mike Bloomberg itu memiliki 88% dari saham perusahaan tersebut. Bila dihitung, Bloomberg LP dapat menghasilkan US$ 10 miliar pendapatan tahunan yang setara dengan Rp 150 triliun. Mayoritas pendapatan perusahaan diperoleh dari divisi professional services, bernama Bloomberg Terminals.
Di Indonesia, Bloomberg pernah terlibat dalam penerapan tujuan pembangunan berkelanjutan alias SDGs. Hal ini dibuktikan melalui nota kesepahaman antara PT Sarana Multi Infrastruktur dan Bloomberg Philanthropies.
Dengan MoU itu, Bloomberg Philantropies bakal memberi bantuan teknis pada SMI dan memfasilitasi diskusi bagi kepala daerah. Tujuannya adalah agar keputusan bisa diambil dan diterapkan untuk mengembangkan kota berkelanjutan di Indonesia.
Apa saja yang pernah dilakukan Bloomberg hingga dapat duduk di posisi orang terkaya ketujuh di dunia?
Karier Bloomberg di Wall Street
Lelaki bernama lengkap Michael Rubens Bloomberg tersebut lahir pada 14 Februari 1942 di Boston, Amerika Serikat. Ia tumbuh besar di Meford, Massachusetts dan melanjutkan kuliah Teknik Elektro di Johns Hopkins University.
Laman pribadi Bloomberg menulis, dirinya harus bekerja di tempat parkir hingga mengambil pinjaman pemerintah untuk menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus dari Johns Hopkins University, ia melanjutkan pendidikan di Harvard Business School dan memperoleh gelar MBA pada 1966.
Awal perjalanan karier Bloomberg dimulai di sebuah jalan terkenal di Amerika Serikat, Wall Street. Pada 1966, ia bekerja di sebuah bank investasi bernama Salomon Brothers. Ia ditempatkan di bagian perdagangan saham, hingga kemudian pindah ke bagian sistem informasi.
Sayangnya, setelah lima belas tahun bekerja di Salomon Brothers, bank itu diakuisisi oleh perusahaan dagang Phibro. Akhirnya Bloomberg dipecat pada 1981 dan memperoleh pesangon sebanyak US$ 10 juta.
Bangun Perusahaan dari Pesangon
Bloomberg tidak menghabiskan waktu lama untuk berduka karena dipecat. Ia mengambil risiko, menggunakan seluruh uang pesangonnya untuk membangun perusahaan sendiri.
Suntukan dana juga ia peroleh dari dua temannya, Charles Zegar dan Thomas Secunda. Keduanya juga telah menjadi miliarder atas kepemilikan saham di Bloomberg LP.
“Besoknya, saya mengambil risiko dan memulai perusahaan sendiri berdasarkan ide yang belum terbukti. Hampir semua orang mengira ide ini akan gagal: menyediakan informasi finansial pada masing-masing orang, langsung di komputer mereka,” kata Bloomberg, dilansir dari Investopedia.
Kala itu, memang komputer masih belum dimiliki oleh setiap orang di Amerika Serikat. Inilah alasan mengapa model bisnis Bloomberg diragukan banyak pihak.
Untuk menjalankan perusahaan, ia menggunakan kedua ilmu yang diperoleh dari Salomon Brothers, yakni ilmu perdagangan saham serta sistem informasi. Persistensi Bloomberg membuahkan hasil.
Baru setahun berdiri, Merrill Lynch sudah menjadi klien utama serta investor Bloomberg. Inilah perusahaan yang kemudian tumbuh menjadi Bloomberg LP, perusahaan data keuangan dan media yang berkantor pusat di New York City.
Gebrakan di Bidang Politik Bloomberg
Tidak hanya dikenal sebagai pengusaha tajir, Bloomberg pernah masuk ke ranah politik. Awalnya, ia adalah kader partai Demokrat Amerika Serikat, tapi berganti ke Republik untuk maju sebagai walikota New York. Tepat seminggu setelah serangan terorisme 11 September 2001, ia terpilih menjadi pemimpin kota terpadat se-Amerika itu.
Dalam pemilihan kedua pun ia menang, pada 2005. Akhirnya pada 2009, ia maju lagi menjadi walikota New York sebagai kandidat independen. Ia kembali memenangkan kontestasi politik itu. “Menjadi waikota New York selama 12 tahun, Bloomberg adalah satu dari hanya empat orang yang pernah menjabat selama itu,” tulis laman Forbes.
Selama pemerintahannya, ia berhasil menggolkan berbagai peraturan baru. Pada periode pertama, New York melarang warganya merokok di restoran dan bar. Peraturan ini berkembang pada Februari 2011. Warganya tidak bisa merokok di taman kota, pantai, dan wilayah pejalan kaki seperti Times Square. Pelanggar akan diberi denda.
Selanjutnya, ia melarang penggunaan lemak trans di restoran New York sejak 2005. Tiga tahun kemudian, setiap waralaba restoran wajib menuliskan jumlah kalori pada masing-masing menunya.
Pada 2006, ia dan 14 walikota Amerika lainnya membangun grup advokasi bernama Everytown for Gun Safety. Sesuai namanya, kelompok ini mendukung perlunya kontrol sejata api di Amerika.
Maju Melawan Trump
Pada September 2014, ia kembali turun langsung dalam bisnisnya. Forbes mencatat salah satu tanda penting dari pengaruhnya pada publikasi adalah tiadanya Michael Bloomberg di Indeks Miliarder Bloomberg.
Empat tahun kemudian, ia bergabung lagi ke Partai Demokrat. Pada 2019, Bloomberg membidik posisi lebih tinggi, yaitu presiden Amerika Serikat. Alasannya sederhana, yakni mengalahkan petahana, Donald Trump.
“Kami tidak dapat menanggung empat tahun lagi tindakan sembrono dan tidak etis Presiden Trump. Dia adalah ancaman eksistensial negara dan nilai-nilai kami,” katanya dilansir dari Reuters. “Jika dia memenangkan masa jabatan lagi, kami mungkin tidak akan pernah pulih dari kerusakan.”
Berbagai sumber menyebut Bloomberg mengeluarkan lebih dari US$ 500 juta untuk pemilu ini. Sayangnya, ia sulit memperoleh dukungan, apalagi setelah penampilannya yang dianggap buruk dalam debat presidensial. Kampanye politiknya berhenti pada Maret 2020 dan mengumumkan dukungannya bagi Joe Biden yang terpilih menjadi presiden.