Anak usaha perusahaan barang konsumen, Johnson & Johnson (J&J), yaitu LTL Management, mengajukan perlindungan kebangkrutan. Langkah ini sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan ribuan tuntutan terkait produk bedak taburnya.
J&J menghadapi tuntan dari konsumennya tersebut di Amerika Serikat. Produk bedak bayi andalannya, Baby Powder, diduga menyebabkan kanker.
Perusahaan membantah tuduhan tersebut. Namun, J&J setuju membayar ganti rugi US$ 8,9 miliar atau sekitar Rp 133 triliun untuk menyelesaikan tuntutan itu. Jumlahnya lebih besar dari tawaran awal J&J sebesar US$ 2 miliar atau US$ 30 triliun.
Lebih dari 60 ribu penggugat telah menyepakati usulan tersebut. “Yang penting, baik pengajuan awal ataupun pengajuan ulang ini bukan pengakuan kesalahan dan bukan juga indikasi perusahaan telah mengubah posisinya,” tulis J&J dalam siaran pers yang terbit pada 4 April 2023.
Perusahaan juga menyebut ganti rugi dilakukan untuk memuluskan langkah pengajuan permohonan pailit. Permohonan ini merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya sempat ditolak oleh pengadilan Amerika Serikat. LTL Management kembali mengajukan perlindungan kebangkrutan di New Jersey, AS pada pekan lalu.
Profil J&J
Johnson & Johnson mengoperasikan bisnis bukan hanya di barang konsumen, tapi juga farmasi dan alat-alat kesehatan. Perusahaan yang bermarkas di New Brunswick, New Jersey, AS ini dikenal dengan produk Johnson’s Baby.
Merek itu telah lama menjadi andalan banyak konsumen untuk produk bayi, termasuk bedak tabur, sampo, losion badan, minyak pijat, sabun mandir cair, dan tisu. Perusahaan dengan kode saham JNJ tersebut mulai meluncurkan Johnson's Baby pada 1893.
Berdiri pada 1886, J&J mengawali bisnisnya dengan persediaan bedah, produk rumah tangga, dan panduan medis. Lini produk awal ini sejalan dengan latar belakang pendiri Robert Wood Johnson. Ia mengawali kariernya saat berusia 16 tahun sebagai anak magang di sebuah apotek.
Ekspansi J&J
Pada akhir 1940-an, J&J mulai mengawali ekspansi bisnisnya ke pasar luar negeri. Ekspansi ini ditandai dengan, antara lain, akuisisi perusahaan persediaan bedah Inggris GF Merson pada 1947.
Pada 1956, J&J mulai membuka operasi pertamanya di Asia lewat Filipina. Perusahaan saat ini melayani konsumen di lebih dari 175 negara.
J&J berkembang pesat sejak berdiri. Jumlah karyawan, misalnya, telah berkembang melebihi 155 ribu pada 2022 dari hanya 14 pada awal berdiri.
Perusahaan juga mengoperasikan lebih dari 275 anak usaha. Di industri farmasi, misalnya, jaringan usahanya melalui Janssen Pharmaceuticals asal Belgia. J&J membeli perusahaan ini pada 1961.
Pada 2022, J&J membukukan pendapatan bersih US$ 17,9 miliar. Pendapatan ini menandai penurunan hampir 14% dari tahun sebelumnya.