Profil BSI, Alami Gangguan Layanan BSI Mobile dalam 3 Hari Terakhir
Nasabah PT Bank Syariah Indonesia Tbk dalam tiga hari terakhir tidak bisa menggunakan layanan perbankan digital lewat aplikasi BSI Mobile. Mereka mengeluh tidak bisa menggunakan layanan, seperti transfer, transaksi dengan kode respon cepat alias quick response (QR), dan mutasi rekening.
Keluhan para nasabah sempat mendorong bank yang baru berusia dua tahun itu menjadi salah satu topik paling banyak dibicarakan pada media sosial Twitter. Sekretaris perusahaan Gunawan Arief mengatakan nasabah tidak bisa mengakses layanan karena BSI baru saja melakukan pemeliharaan sistem dan membutuhkan waktu untuk penyesuaian.
“Namun, kami pastikan dana nasabah tetap aman dan kami juga mengimbau kepada seluruh nasabah untuk tetap waspada serta berhati-hati atas segala modus penipuan maupun tindak kejahatan digital yang mengatasnamakan bank,” kata Gunawan dalam siaran pers pada Selasa (9/5).
Profil Bank Syariah Indonesia
BSI menandai kehadiran signifikan perbankan syariah di Indonesia. Bank ini merupakan hasil penggabungan dari anak usaha syariah dari raksasa perbankan pelat merah, yaitu PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah.
Berdiri pada Februari 2021 atau Jumadil Akhir 1442 H, BSI muncul sebagai bank syariah di tengah percepatan digitalisasi di sektor perbankan akibat pandemi Covid-19. Jumlah transaksi menggunakan layanan digital di bank ini tumbuh 56,7% ke 86,4 juta pada triwulan pertama 2023 dari tahun sebelumnya.
Namun, kelahiran BSI memiliki sejarah panjang yang berawal dari PT Bank Jasa Arta. Raksasa perbankan pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengakuisisi perusahaan senilai Rp 61 miliar pada 2007.
Langkah akusisi ini ditempuh untuk mengembangkan anak usaha perbankan syariah BRI. Pada 2008, Bank Jasa Arta berubah menjadi PT Bank Syariah BRI.
Berbekal jaringan tiga bank pembentuknya, BSI saat ini telah menjadi pemimpin di industri perbankan syariah dari segi jaringan. Hingga Maret 2023, bank ini mengoperasikan 1.031 kantor cabang. Jumlah ini mengerdilkan kantor cabang bank syariah lainnya, seperti PT Bank Muamalat Indonesia dengan 209 kantor cabang.
Hingga Desember 2022, BSI juga masuk ke dalam daftar 10 bank terbesar secara umum di Indonesia dari segi aset, dana pihak ketiga, simpanan, pembiayaan, dan laba bersih. Untuk aset, misalnya, menempati peringkat ke-6 dengan aset hingga Rp 306 triliun. Sedangkang PT Bank Mandiri menempati peringkat pertama dengan aset lebih dari Rp 1,9 triliun.
Sebagai bank syariah, BSI menawarkan sejumlah layanan berbasis Islam. Untuk kategori sosial, layanannya meliputi ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf), kurban, dan donasi.
BSI mengklaim sebagai kontributor zakat terbesar di Indonesia. Lewat BSI Maslahat, bank yang bermarkas di Jakarta Selatan itu menyalurkan ziswaf yang berfokus ke kesehatan, kemanusiaan, pendidikan syariah, dan advokasi Islam. Pada 2022, BSI menyalurkan zakat hingga Rp 170,7 miliar atau naik 33,8% dai tahun sebelumnya.
BSI Terkena Ancaman Siber?
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan ada kemungkinan BSI Mobile terkena serangan siber dalam tiga hari terakhir. "Kemungkinan besar, BSI terkena serangan siber yang memungkinkan sistemnya dikunci, atau tidak tertutup kemungkinan terkena ransomware," kata Heru kepada Katadata.co.id, kemarin.
Kasus seperti ini tampaknya bukan yang pertama kali terjadi pada BSI. Berdasarkan data di laporan keberlanjutan BSI, ada lebih dari seribu ancaman kejahatan siber sepanjang 2022, tapi tidak ada yang berupa serangan ransomware.
Pada 2022, ada 1.767 upaya phishing/social engineering terhadap nasabahnya. Phishing adalah kejahatan siber berupa pengiriman alamat situs palsu kepada nasabah, yang tampilannya sangat mirip dengan situs asli.
Adapun social engineering merupakan bagian dari phishing. Pelaku menghubungi nasabah melalui telepon, pesan singkat, atau media lain, lalu mengarahkan nasabah untuk membuka websitetertentu dengan tujuan pencurian data serupa.
Sepanjang 2022 BSI juga menemukan ada 232 kasus kecurigaan skimming di jaringan ATM Prima, dan 64 kasus di jaringan ATM Bersama. Skimming adalah upaya pencurian data kartu ATM.
Dari seluruh temuan kasus tersebut, BSI mengklaim keamanan data nasabahnya tetap terjaga. "Sepanjang tahun 2022, tidak terdapat pengaduan terkait kehilangan data nasabah yang berdampak material, serta tidak adanya pelanggaran terhadap privasi nasabah," kata manajemen BSI dalam laporan keberlanjutannya yang dirilis bulan lalu.