Profil Spotify, Raksasa Platform Musik Akan PHK 200 Pekerja Podcast

Freepik
Ilustrasi, tampilan Spotify di laptop.
6/6/2023, 18.12 WIB

Spotify Technology SA mengumumkan rencananya untuk memutus hubungan kerja (PHK) 200 orang di divisi siniar atau podcast-nya. Raksasa aliran (streaming) audio ini telah memimpin pasar di banyak negara dalam beberapa tahun terakhir.

Kepala bisnis siniar Sahar Elhabashi mengatakan jumlah pemecatan tersebut sekitar 2% dari total tenaga kerja perusahaan yang bermarkas di Stockholm, Swedia, itu. Langkah ini muncul setelah perusahaan menyalurkan investasi besar-besaran ke bisnis siniar sejak 2019.

Spotify mengambil langkah PHK sebagai bagian dari perubahan strateginya dalam bisnis siniar. Perusahaan berlogo lingkaran hijau itu ingin memperluas kerja sama dengan pembuat siniar di seluruh dunia dengan pendekatan yang lebih disesuaikan (tailored).

“Akibatnya, kami membuat keputusan yang sulit tetapi perlu untuk melakukan penataan ulang strategis di grup dan mengurangi fungsi vertikal dan lainnya di siniar global kami,” kata Elhabashi dalam siaran pers yang terbit pada Senin (5/6).

Pada Januari 2023, direktur utama dan pendiri Spotify Daniel Ek telah mengumumkan rencana untuk memutus hubungan kerja kira-kira 600 orang atau 6% dari total tenaga kerjanya. Pengumuman ini muncul di tengah upaya perusahaan untuk menekan ongkos operasional setelah melakukan rekrutmen besar-besaran di tengah kemajuan industri teknologi selama pandemi Covid-19.

Spotify (freepik.com)

Berawal Dari Respons Terhadap Pembajakan

Raksasa aliran audio Spotify lahir dari gagasan Ek dan Sven Hans Martin Lorentzon. Ek merupakan mantan direktur teknologi gim daring bernama Stardoll. Sedangkan Lorentzon adalah pendiri perusahaan pemasaran Tradedoubler.

Keduanya mendirikan Spotify pada 2006. Nama perusahaan berasal dari campuran dua kata, yaitu spot (tempat) dan identify (identifikasi). Ek dan Lorentzon membangun perusahaan rintisan ini sebagai solusi terhadap ledakan dalam pembajakan lagu.

Mereka kemudian meluncurkan Spotify ke pendengar di Swedia pada 2008. Periode tersebut menandai dua tahun pengembangan perangkat lunaknya sejak pendirian perusahaan.

Dalam laporan BBC, Spotify awalnya menawarkan musik ke para pendengar dengan tanpa pungutan biaya tapi dengan iklan. Model ini masih bertahan hingga sekarang. Ek dan Lorentzon berharap para penggemar akan kemudian bergeser ke langganan berbayar £10 (Rp 184.605) per bulan tanpa iklan.

“Saya sadar Anda tidak akan pernah bisa mengatur pembajakan,” kata Ek kepada The Telegraph pada 2010. “Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah membuat layanan yang lebih baik dari pembajakan dan pada saat yang sama mengompensasi industri musik.”

SPOTIFY (Instagram/@spotify)

Menjadi Raksasa Aliran Audio Dunia

Spotify memulai ekspansi internasionalnya pada 2010 dengan membuka layanan ke para pendengar di Inggris. Pendaftarannya sempat membludak. Perusahaan terpaksa membatasi registrasinya hanya ke orang-orang yang menerima undangan. Pada 2011, Spotify masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data dari platform pengetahuan Music Ally, CNBC melaporkan Spotify memiliki jumlah pelanggan berbayar global terbesar dibandingkan kompetitornya Apple Music, Amazon Music, Tencent Music, dan YouTube Music hingga 2020. Perusahaan memiliki lebih dari 125 juta pelanggan berbayar.

Saat ini, Spotify menawarkan lebih dari 100 juta lagu dan lebih dari 50 juta acara siniar baik untuk layanan gratis ataupun premiumnya. Dengan sekitar 515 juta pengguna di lebih dari 180 negara, menurut situsnya, perusahaan mengeklaim sebagai layanan aliran audio berlangganan yang paling populer di dunia.

Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman