Bos properti, Sugianto Kusuma alias Aguan, “turun gunung”. Ia kini memimpin PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI), sesuai hasil rapat umum pemegang saham tahunan alias RUPST, Senin (19/6).
Selain memilih presiden direktur baru, nama perusahaan juga berganti menjadi PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk alias PIK 2.
PANI awalnya berdiri untuk membuat kemasan lem atau minyak kaleng pada 2001. Enam belas tahun kemudian, perusahaan berkembang mengolah hasil perikanan dan jasa pembekuan atau penyimpanan di kamar dingin.
Lelaki berjulukan Sang Naga Properti itu masuk ke PANI saat PT Multi Artha Pratama (MAP) mengambil saham 80% perusahaan pada 2021.
MAP dimiliki oleh PT Agung Sedayu milik Aguan dan PT Tunas Mekar Jaya dengan kepemilikan masing-masing 50%. Dari sana, PANI melakukan diversifikasi usaha untuk mengembangkan properti Grup Agung Sedayu dan Grup Salim.
Dari Jaga Gudang menjadi Bos Properti
Jauh sebelum Aguan merajai bangunan-bangunan besar ibukota, ia besar di kota pesisir Sumatra, Palembang. Lahir di kota tersebut sejak 1951, ia menimba ilmu di sekolah menengah Jugang Zhongxue.
Mengutip buku Migration in the Time of Revolution: China, Indonesia, and the Cold War karya Taomo Zhou, Jugang Zhongxue adalah salah satu sekolah Tionghoa utama di Indonesia yang berdiri pada 1951. Tidak ada informasi lanjutan perihal pendidikan tinggi yang ditempuh Aguan.
Beberapa media menuliskan, Aguan kecil dikenal bandel. Nasibnya perlahan berubah saat mengenal seorang pemborong bangunan. Teman pemborong ini kalah judi dan otomatis tidak punya uang. Aguan lalu memberi modal membangun ruko dengan bagi hasil. Sejak saat itu ia belajar bisnis bangunan dan konstruksi.
Pada 1971, kendaraan bisnis Aguan, Agung Sedayu Group, resmi berdiri. Dari laman resmi perusahaan, ASG berawal dari perusahaan kontraktor rumah pertokoan yang dikenal dari mulut ke mulut. Nama perusahaan ini kian moncer sejak pada 1990-an, saat ASG mendirikan Harco Mangga Dua Jakarta, mal elektronik terintegrasi pertama di Indonesia.
Kini ASG mengoperasikan berbagai properti, mulai dari hotel, mal, apartemen, daerah industri, dan kota perumahan. Beberapa di antaranya adalah Golf Island, PIK 2, Ashta District 8, The Langham Jakarta, hingga Mall of Indonesia.
Yayasan Buddha Tzu Chi
Tidak hanya berbisnis nama Aguan juga identik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Bersama dengan bos Grup Sinar Mas, Franky Oesman WIdjaja, mereka menjabat sebagai wakil ketua lembaga sosial kemanusiaan itu.
Melansir laman Tzu Chi, Aguan awalnya mengenal yayasan ini saat banjir besar menerjang Jakarta pada 2002. Di sana ia mulai membagikan bantuan kepada masyarakat terdampak.
“Kita biasanya melihat apa yang terjadi dari TV. saat banjir itu, saya melihat semuanya secara langsung dan benar-benar merasakan antara si kaya dan si miskin, perbedaannya terlalu tinggi’,” kata Aguan.
Tidak lama setelah itu, Eka Tjipta Widjaja mengundang Aguan untuk membantu rencana Tzu Chi membangun rumah bagi warga Kali Angke yang terdampak banjir. Dengan cepat Aguan menyetujui proposal tersebut. Adapun lembaga sosial kemanusiaan ini berpusat di Hualien, Taiwan sejak 1966. Di Indonesia, Tzu Chi mulai berkiprah sejak 1993
Tzu Chi juga pernah menghibahkan aset pada peraih emas Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Mereka mendapat properti bernilai masing-masing Rp 3,55 miliar yang terletak di Pantai Indah Kapuk 2.