Nama baru mulai menyeruak dalam daftar bakal calon wakil presiden Pemilu 2024. Ialah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan alias Menko PMK Muhadjir Effendy.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan kala memimpin rapat konsolidasi Dewan Pengurus Wilayah PAN Jawa Tengah di Semarang. “Cawapres dari kita itu ada Muhadjir, Menko PMK, selain Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir),” katanya, Jumat (14/7).
Muhadjir memiliki latar belakang kuat di bidang pendidikan dan organisasi Islam Muhammadiyah. Ia sudah aktif di Muhammadiyah sejak muda, berawal dari anggota Tapak Suci Putra Muhammadiyah di rentang 1975–1980 hingga berhasil menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur selama dua periode, dari 2000–2010.
Jabatan terakhir Muhadjir di Muhammadiyah adalah sebagai Ketua di Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Litbang. Lima tahun lamanya ia mengemban posisi tersebut, dari 2015–2020.
Anak Madiun jadi Rektor di Malang Selama 16 Tahun
Melansir laman Kompaspedia, Muhadjir adalah anak asli Madiun yang lahir pada 29 Juli 1956. Ia lahir dari pasangan Soeraja dan Sri Soebita sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara. Jenjang pendidikan sekolah dasar hingga Pendidikan Guru Agama Negeri alias PGAN ia peroleh di kampung halamannya.
Muhadjir baru merantau untuk melanjutkan pendidikan di IAN Malang dan memperoleh gelar sarjana muda pada 1978. Pendidikan selanjutnya ia tempuh di IKIP Negeri Malang, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Negeri Malang. Dari kampus inilah ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosial pada 1982.
Lama di Malang, ia memulai kariernya sebagai dosen tetap di almamaternya, IKIP Malang per 1986. Setelah enam tahun menjadi dosen, ia mengemban oeran sebagai pembantu rektor bidang kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Malang dari 1994 hingga 1996. Ia melanjutkan jabatannya sebagai pembantu rektor di UMM setelahnya, namun berpindah menjadi bidang akademik pada periode 1996 sampai 2000.
Sembari menjadi pembantu rektor, Muhadjir tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pendidikan ini ia a selesaikan pada 1996 dan meraih gelar Magister Administrasi Publik. Tak hanya itu, ia juga diketahui memegang gelar doktor bidang sosiologi militer dari Universitas Airlangga, Surabaya, pada 2008.
Muhadjir juga pernah mengambil kursus di luar negeri, seperti di National Defence University, Washington DC, Amerika Serikat, pada 1993 dan Victoria University di British Columbia, Canada pada 1991.
Karier Muhadjir kian moncer hingga ia duduk di bangku orang nomor satu almamaternya, UMM. Tak tanggung-tanggung, ia dipercaya menjadi rektor selama 16 tahun atau tiga periode dari 2000–2016. Namanya juga tercatat sebagai Guru Besar Sosiologi di kampus tersebut.
Beralih ke Pemerintahan
Pengalaman panjang di bidang pendidikan itulah yang kemudian dilirik Presiden Jokowi pada 2016 lalu. Nama Muhadjir Effendy terpiilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan.
Beberapa kebijakan yang ia ciptakan antara lain menerapkan sekolah lima hari sepekan, menyelesaikan Kartu Indonesia Pintar, menetapkan sertifikasi guru, hingga moratorium Ujian Nasional alias UN.
Enam belas tahun menjadi rektor dan dua tahun mengemban tugas Mendikbud, Jokowi memberi tugas baru pada Muhadjir Effendy. Per 2019, lelaki asal Madiun ini menggantikan Puan Maharani sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan alias Menko PMK. Inilah jabatan yang ia emban hingga sekarang.
Terbaru, Maret lalu Jokowi mempercayakan Muhadjir sebagai pelaksana tugas alias Plt Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Zainudin Amali. Namun, jabatan ini hanya ia emban selama sebulan, karena presiden sudah menunjuk Dito Arieotedjo sebagai Menpora per 3 April.