Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Jumat (20/10) mengumumkan nama dua orang yang ia calonkan menduduki posisi Duta Besar. Dua nama yang dicalonkan Biden tersebut, antara lain Kamala Shirin Lakhdhir, dan John W. McIntyre.
Mengutip keterangan resmi Gedung Putih, Lakhdhir dinominasikan Biden untuk menduduki posisi Duta Besar AS untuk Republik Indonesia. Sementara, McIntyre dinominasikan sebagai Duta Besar AS untuk Kerajaan Eswatini.
Lakhdhir diketahui merupakan pejabat karir di Departemen Luar Negeri AS, yang mengabdi hampir 30 tahun. Ia disebut telah berjasa memajukan prioritas kebijakan AS dan membina kerja sama antara AS dan negara-negara asing melalui pengalaman yang ia dapatkan di Arab Saudi, Indonesia, Cina, Irlandia Utara, dan Malaysia.
Siapa sosok Lakhdhir yang dipercaya Biden untuk menduduki posisi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Indonesia? Simak profilnya dalam ulasan berikut ini.
Perkenalan Kamala Shirin Lakhdhir dengan Dunia Diplomasi
Tumbuh di Westport, Connecticut, orang tua Lakhdhir menginspirasinya untuk mengejar karir internasional. Ayahnya, Noor, berimigrasi ke AS dari India pada dekade 1940-an, untuk kuliah di Universitas California. Saat berada di New York City untuk mengambil gelar MBA di Universitas New York, Noor bertemu ibu Lakhdhir, Ann Hallan.
Lakhdhir dibesarkan di New York dan Westport, Connecticut. Saat menempuh pendidikan tingkat menengah, ia menjadi peserta rutin Hari PBB tahunan, sebagian terinspirasi oleh ibunya, yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Komite LSM untuk Perlucutan Senjata, Perdamaian dan Keamanan di PBB.
Lakhdhir mengatakan karir internasionalnya dimulai sejak kecil, sebagai hasil dari latar belakang orang tua-nya yang multikultur, dan perjalanan keluarga ke luar negeri. Pengalaman tersebut mendorongnya untuk memulai karir di luar negeri sebagai guru di Cina selama dua tahun setelah lulus dari Harvard College pada 1986.
Mengutip keterangan Departemen Luar Negeri AS, pola asuh Lakhdhir juga berpengaruh dalam mengembangkan persepsinya tentang dirinya sebagai perempuan multietnis.
Sebagai imigran generasi pertama dari Asia Selatan, ayahnya awalnya mendorong Lakhdhir dan saudara laki-lakinya untuk mengejar karir di bidang sains atau teknik, mengingat keyakinan mereka yang melemah terhadap rezim politik global. Namun, ibunya, Ann, mendorong Lakhdir untuk mengejar karir di Foreign Services.
Lakhdhir lulus ujian tertulis dan wawancara pada 1991, dan memulai tugas pertamanya sebagai staf Kedutaan Besar AS untuk Arab Saudi.
Karir Kamala Shirin Lakhdhir
Bergabung dengan Dinas Luar Negeri pada 1991, ia pertama kali bertugas sebaga staf di Kedutaan Besar AS untuk Arab Saudi dan kemudian di Kedutaan Besar AS di Indonesia.
Ia kemudian ditempatkan di Departemen Luar Negeri AS, di Washington D.C. pada 1996. Ia ditugaskan di Sekretariat Menteri Luar Negeri bertanggung jawab langsung ke Menteri Luar Negeri. Lakhdhir bertugas di Sekretariat Menteri Luar Negeri AS selama dua tahun.
Lakhdhir kemudian menjadi staf Doug Bereuter, Anggota Kongres dari Negara Bagian Nebraska, yang membidangi Subkomite untuk Asia dan Subkomite untuk Kebijakan Moneter Internasional dan Perdagangan. Bertugas di dua subkomite ini merupakan bagian dari Pearson Fellowship.
Karirnya kian menanjak di Departemen Luar Negeri AS, dimana selama 2001-2005 ia ditugaskan di Kedutaan Besar AS untuk Cina, di Beijing. Setelah itu, ia menjabar sebagai Asisten Khusus Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik pada 2005-2006.
Kemudian, pada 2007-2009, Lakhdhir menjabat sebagai Direktur Kantor Maritim Asia Tenggara di Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, yang bertanggung jawab atas hubungan AS dengan Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timor Leste.
Ia kemudian ditugaskan ke Konsulat Jenderal AS di Belfast, Irlandia Utara selama dua tahun hingga 2011. Setelah itu, Lakhdhir menerima penugasan sebagai Asisten Eksekutif Wakil Menteri Urusan Politik.
Lakhdhir kemudian dinominasikan oleh Presiden Barack Obama untuk menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Malaysia pada 16 Juni 2016, dan dikukuhkan oleh Senat AS pada 10 Desember 2016. Ia diangkat pada 19 Desember 2016 dan menyerahkan kredensialnya pada 21 Februari 2017.
Sebagai duta besar, Lakhdhir telah terlibat dalam meningkatkan kerja sama yang sedang berlangsung antara perusahaan-perusahaan AS di Malaysia dan tenaga kerja negara tersebut, serta mempromosikan upaya kerja sama seperti penelitian energi terbarukan untuk negara tersebut.
Sebagai duta besar, ia juga berperan aktif mendorong partisipasi AS dalam Pacific Partnership 2018, yang merupakan misi bantuan kemanusiaan dan kesiapsiagaan bencana terbesar di Asia-Pasifik, yang berlangsung selama Februari hingga Juni 2018.
Sebelum dinominasikan sebagai Duta Besar AS untuk Indonesia, Lakhdhir bertugas sebagai Sekretaris Eksekutif Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sejak 1 Maret 2021 hingga 4 Agustus 2023.