Pemerintah berencana untuk meluncurkan Satelit Republik Indonesia 1 (Satria-1) pada 19 Juni 2023. Satelit multifungsi yang menghabiskan investasi US$ 540 juta atau sekitar Rp 8 triliun ini akan menjadi yang ke-27 bagi Indonesia.
Pemerintah berharap Satria-1 akan meningkatkan layanan internet di fasilitas pendidikan, kesehatan, kantor pemerintah daerah, dan kantor administrasi pertahanan-keamanan. Satelit yang akan menempati posisi persis di atas Papua itu akan memperluas jangkauan layanan internet ke daerah tertinggal, terluar, dan terdepan atau 3T.
Satria-1 akan beroperasi selama 20 tahun, lalu menjadi sampah antariksa. Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) akan meluncurkan satelit tersebut dengan kendaraan peluncur Falcon 9 dari fasilitas di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS).
“Ini adalah upaya untuk meratakan pembangunan dan (menjangkau) masyarakat dalam ekonomi digital dengan penyediaan internet di area mana pun di negeri ini,” kata pelaksana tugas Menteri Komunikasi dan Informatika Mahfud MD di Jakarta Pusat, Selasa (13/5).
Berawal dari Palapa A1
Satelit Indonesia yang pertama mengangkasa adalah Palapa A1. Raksasa telekomunikasi pelat merah PT Telekomunikasi Indonesia, saat itu bernama Perumtel, meluncurkan satelit tersebut pada 1976. Satelit komunikasi yang namanya dipilih oleh Presiden ke-2 Soeharto itu beroperasi hingga 1985.
Badan Antariksa AS (NASA) meluncurkan Palapa A1 dari Pusat Antariksa Kennedy di Florida, AS, dengan roket Delta-2914. Hughes Space and Communications merupakan pabrikan AS yang membuat satelit dengan 12 transponder berbobot 574 kilogram (kg).
Pemerintah menetapkan 9 Juli sebagai hari untuk memperingati peluncuran Palapa A1 yang bersejarah itu. Saat peluncuran, Presiden Soeharto menyaksikannya lewat siaran langsung di jaringan televisi pemerintah, Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Operasi Palapa A1 melibatkan pembangunan satu stasiun kendali utama dan sembilan stasiun bumi yang memakan waktu sekitar 17 bulan. Telkom kemudian mengoperasikan 30 stasiun bumi tambahan.
Peluncuran Palapa A1 merupakan buah dari rencana pemerintah untuk membangun sistem komunikasi satelit domestik (SKSD). Rencana ini mengemuka pada 1974, kira-kira dua tahun sebelum Palapa A1 benar-benar mengorbit.
Pengembangan Satelit Terus Berlanjut Terlepas dari Kegagalan
Hingga 2020, Indonesia telah meluncurkan 26 satelit komunikasi. Di antara satelit-satelit tersebut, peluncuran satelit pada 1984, 2012, dan 2020 gagal mengorbit.
Satelit Palapa N1 mengalami kegagalan pada tahap ketiga dalam peluncurannya pada 9 April 2020. Satelit yang seharusnya dikelola oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera itu tidak dapat mencapai orbit setelah salah satu roketnya tidak menyala. Pengelolanya merupakan perusahaan patungan antara PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), PT Pintar Nusantara Sejahtera, dan PT Indosat (Indosat Ooredoo).
Data situs pelacak satelit N2YO menunjukkan, Indonesia saat ini memiliki 17 satelit yang mengorbit. Di samping satelit-satelit Palapa, terdapat satelit dari perusahaan lain. Termasuk BRIsat milik bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Indostar dari perusahaan radio dan televisi PT MNC Sky Vision.
Satria-1 akan menandai babak baru dalam pengembangan satelit komunikasi Indonesia. Pengelolanya PSN mengatakan, satelit dengan bobot 4,6 ton itu akan menjadi yang terbesar di Asia.