Sejarah Hubungan Indonesia - Jepang, Seteru Perang jadi Mitra Dagang

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Kaisar Jepang Naruhito memeriksa pasukan kehormatan saat kunjungan kenegaraan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (19/6/2023).
21/6/2023, 15.53 WIB

Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako mengunjungi Indonesia pada Senin (19/6). Ini merupakan kunjungan luar negeri pertama mereka sejak dilantik pada 2019. Kehadirannya menandai kedekatan hubungan kedua negara setelah melalui periode berdarah pada 1940-an.

Simbol Kekaisaran Jepang itu bertolak ke Indonesia sebagai bagian dari misinya untuk membangun hubungan dengan negara-negara di bagian selatan atau Global South. Selain menemu Presiden Indonesia Joko Widodo, pemimpin monarki Negeri Sakura tersebut juga mengunjungi proyek-proyek infrastruktur yang dibangun dengan kerja sama antara kedua negara.

Salah satunya, Kaisar Naruhito mengunjungi depo Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta di Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Minggu lalu.

“Kunjungan Sri Baginda Kaisar beserta Sri Baginda Permaisuri ke Indonesia makin memperkokoh fondasi persahabatan di antara masyarakat kita,” kata Jokowi di Bogor, Jawa Barat, pada awal pekan ini.

Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.)

Hubungan Berdarah Sebelum Indonesia Merdeka

Setelah bertahun-tahun memiliki hubungan ekonomi dan kultural, kekaisaran Jepang menginvasi Indonesia pada 1942 sebagai bagian dari aksi militernya di Asia Tenggara. Di tengah Perang Dunia II yang berkecamuk, Jepang mengambil alih wilayah yang kaya akan minyak.

Namun, pada saat yang sama, negara Asia Timur itu mengalahkan pasukan Belanda yang tengah berkuasa dan membebaskan rakyat Indonesia. Sebelumnya, Belanda menguasai Indonesia sejak 1600-an.

Pendudukan Jepang bermuara ke penderitaan rakyat Indonesia akibat penyiksaan, perbudakan seksual, penangkapan dan eksekusi semena-mena, serta kejahatan perang lainnya. Ribuan orang Indonesia terpaksa bekerja lewat sistem romusha untuk mendukung pangkalan militer Jepang selama perang di Asia Pasifik.

Pada 1943, Jepang membentuk satuan paramiliter yang disebut Pembela Tanah Air (PETA). Meskipun pembentukannya untuk mendukung pendudukan Jepang, PETA pada akhirnya menjadi kekuatan penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Seiring dengan kekalahan Jepang di Perang Dunia II, negara Asia Timur itu mengubah sikap dan memfasilitasi persiapan kemerdekaan Indonesia pada 1944. Pada April 1945, panglima tentara Jepang Kumakichi Harada mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.)

Kedekatan Hubungan Ekonomi Kultural pasca-Kemerdekaan

Kedua negara membentuk hubungan diplomatik secara resmi pada 1958. Momen ini terjadi setelah lebih 10 tahun Indonesia merdeka.

Hubungan ekonomi antara kedua negara ini mulai lepas landas pada 1970-an, setelah Indonesia membuka keran penanaman modal asing (PMA) pada akhir 1960-an. Pabrikan Jepang seperti di industri otomotif dan elektronik mulai hadir di Indonesia.

Kedekatan hubungan ekonomi kedua negara terefleksikan dalam mobil keluarga Kijang dari raksasa otomotif Jepang Toyota. Lewat anak perusahaannya di Indonesia, Toyota memperkenalkan mobil ini lewat Pekan Raya Jakarta (PRJ) pada 1977.

Sejak kerja sama lewat manufaktur tersebut, Indonesia dan Jepang telah menjadi mitra dagang utama masing-masing. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Jepang merupakan pasar ekspor terbesar ketiga dan sumber impor terbesar kedua bagi Indonesia pada Mei 2023 untuk perdagangan selain minyak dan gas (migas).

Tren yang mirip juga terlihat dalam realisasi investasi asing langsung. Menurut Kementerian Investasi, realisasi PMA dari Jepang merupakan yang terbesar keempat dengan nilai kira-kira US$ 1 miliar pada periode Januari-Maret 2023.

Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman