Sejarah Masjid Koutoubia, Tetap Kokoh Meski Diguncang Gempa M 6,8

123rf.com/Stefano Zaccaria
Masjid Koutoubia di kota Marrakesh, Maroko.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
11/9/2023, 17.19 WIB

Maroko diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,8 pada Sabtu (9/9). Gempa yang berpusat pada 72 kilometer barat daya Marrakesh, kota wisata negara tersebut.

Salah satu masjid yang bernama Koutoubia juga turut diguncang gempa hingga mengalami kerusakan pada bagian atas menaranya. Berdasarkan unggahan akun x Globe Eye News, kondisi menara Masjid Koutoubia tetap berdiri tegak meskipun bangunan sekitarnya runtuh setelah gempa bumi di Maroko.

Gempa tersebut sejauh ini telah menelan korban tewas sebanyak 1.307 orang dan 1.204 lainnya mengalami cedera. Besarnya dampak gempa hingga menyebabkan Raja Maroko Mohammed VI menyatakan tiga hari berkabung nasional sebagai penghormatan kepada korban gempa.

Masjid Koutoubia

Masjid  Koutoubia merupakan simbol ikonik Kota Marrakesh, Maroko yang dibangun pada abad ke-12. Bangunan berbentuk persegi panjang dengan lebar 80 meter (m) dan panjang 60 meter dilengkapi dengan halaman di sebelah utara yang bersebelahan dengan tempat shalat.

Masjid ini tercatat sebagai salah satu warisan dunia UNESCO bersama alun-alun Djemaa el-Fna. Bangunannya tergolong sebagai salah satu masjid tertua serta paling mengesankan yang ada di Maroko. Tak heran, tempat ini menjadi tujuan wisata yang terkenal.

Dilansir dari laman resmi Masjid Koutoubia, bangunan ini didirikan oleh Khalifah Almohad Yaqub al-Mansur pada 1150. Masjid ini berdiri di atas lokasi tempat ibadah sebelumnya yang luruh sebab gempa bumi pada 1147. 

Masjid tersebut diberi nama Jama' al-Koutoubiyyin atau masjid penjual buku, sebab berada di dekat pasar buku. Masjid ini kemudian berganti nama menjadi Koutoubia,  yang berarti penjual buku.

Bentuk rancangan Abu Yusuf Yaqub al-Mansur ini dibangun menggunakan batu pasir merah dengan gaya arsitektur campuran antara Islam dan Andalusia agar menghasilkan struktur yang indah serta mengesankan. Bangunannya juga dilengkapi dengan sebuah menara setinggi 77 meter yang berhiaskan ukiran rumit.

Dahulu, menara puncak Masjid Koutoubia diisi oleh puncak bola kuningan yang terbuat dari emas yang konon diberikan oleh istri sultan Almohad Yacoub Al Mansour sebagai hukuman karena makan saat jam puasa Ramadhan.

Bola tersebut diisi garam mineral khusus yang berasal dari Pegunungan Atlas Tinggi dengan kandungan nitrat serta magnesium agar puncak menara tidak teroksidasi. Garam ini diganti setiap tahunnya untuk tetap menjaga kilau emasnya. 

Tak hanya menjadi tempat ibadah, kini masyarakat menggunakan Masjid Koutoubia sebagai tempat belajar sebab tersedia perpustakaan yang berisi buku studi Islam serta topik lainnya.

Reporter: Mela Syaharani