Indeks harga saham gabungan pada perdagangan Selasa (17/3) dibuka terjun bebas. Hingga berita ini ditulis, level terendah IHSG yang sempat tercatat hari ini yaitu 4.467 atau turun hingga 4,7%.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual dengan nilai bersih mencapai Rp 279,04 miliar di pasar reguler. Sementara, di pasar tunai dan negosiasi, masih belum tampak asing mencatatkan transaksi.
Adapun, saham yang dengan jual bersih oleh asing paling besar sejauh ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai 53,86 miliar. Saham bank pelat merah ini pun bergerak turun hingga 6,75% di level Rp 5.525 per saham.
Penurunan IHSG seiring dengan bursa-bursa saham lainnya di dunia. Di kawasan Eropa, bursa Inggris FTSE 100 semalam ditutup tutup turun 4%. Indeks bursa di Jerman Xetra Dax juga ditutup turun 5,31%.
(Baca: Rupiah Melemah Tembus Rp 15 Ribu per Dolar AS Tertekan Pandemi Corona)
Di negara Paman Sam, indeks Dow Jones ditutup terjun bebas hingga 12,93%, S&P 500 11,98%, dan Nasdaq 12,32%. Namun, bursa berjangka Dow Jones Index Future hingga pagi ini bergerak naik 4,13%.
Sementara hingga pukul 10.20 WIB, bursa saham Asia juga terparkir di zona merah. Nikkei 225 tercatat turun 0,46%, Tiongkok Shanghai Composite 0,62%, dan Strait Times 0,37%. Sementara Hang Seng bergerak naik tipis 0,39%.
Penurunan yang terjadi pada awal perdagangan ini sejalan dengan prediksi Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus. Menurutnya, salah satu sentimen datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump soal resesi ekonomi karena penyebaran virus corona.
Menurut Trump, bila kejadian virus ini berlangsung selama berbulan-bulan, maka resesi ekonomi di AS akan semakin kian nyata, meskipun regulator sudah berusaha untuk meminimalkan dampaknya.
(Baca: Bursa Saham Wall Street Ambruk 12%, Dow Jones Turun Hampir 3.000 Poin)
Ketua Federal Reserve Jerome Powell juga menyebut ekonomi AS berpotensi berkontraksi hingga kuartal kedua. Hal ini seiring perusahaan dan konsumsi rumah tangga yang menyebah melemah akibat penyebaran virus.
The Fed mengambil langkah ekstrim pada Minggu (15/3) waktu setempat untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, hingga mendekati 0%. Penurunan tersebut mengejutkan, karena di luar dugaan banyak pihak.
Namun, pasar tetap merespon negatif langkah-langkah yang diambil oleh The Fed yang seharusnya memberikan sentimen positif terhadap pasar. "Pertanyaannya adalah satu, apakah stimulus The Fed mampu untuk meredakan gejolak dipasar atau tidak?" kata Nico dalam risetnya.