Emiten produk konsumsi (consumer goods) PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba bersih Rp 7,4 triliun sepanjang 2019. Angka ini anjlok hingga 18,5% dibanding 2018 sebesar Rp 9,08 triliun sejalan dengan hilangnya kontribusi bisnis spreads.
Laporan keuangan perusahaan mencatat, pada 2019 Unilever meraih penjualan bersih Rp 42,9 triliun, tumbuh tipis 2,6% dibanding tahun sebelumnya Rp 41,8 triliun.
Kontribusi penjualan perusahaan tahun lalu, sebagian besar disumbang dari pasar domestik dengan capaian Rp 40,8 triliun. Angka ini meningkat 5,8% dibanding 2018. Sedangkan untuk ekspor, penjualan Unilever turun hingga 11%.
(Baca: Unilever Resmi Tunjuk Mantan Bos Facebook jadi Direksi Bidang Digital)
Meski demikian, manajemen menjelaskan kontribusi penjualan Unilever 2018 sebagian masih ada yang berasal dari kategori spread yang telah didivestasi pada kuartal III 2018.
"Jika kontribusi bisnis spread dikeluarkan dari angka penjualan bersih 2018, maka penjualan kami di 2019 bisa tumbuh sebesar 4,8%," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso dalam keterangan resminya, Jumat (31/1).
Begitu pun dengan perolehan laba bersih perseroan pada 2019 yang sebesar Rp 7,4 triliun atau turun 18,5%.
Menurutnya, penurunan laba bersih perseroan pada 2019 dikarenakan pada 2018 Unilever masih memperoleh keuntungan non-reguler dari penjualan aset bisnis ak berwujud dari kategori spreads sebesar Rp 2,1 triliun. Pada 2018, kategori tersebut juga menyumbang laba sekitar Rp 200 miliar.
Pada 2018, Unilever diketahui menjual aset tak terwujud di kategori spread, berupa hak mendistribusikan produk dengan merek dagang global Frytol, Blue Band Master, dan Blue Band serta penjualan mencakup merek dagang lokal, yakni Minyak Samin dan Blue Band Gold.
(Baca: IHSG Naik Tipis 0,06% Dipimpin Saham Sampoerna dan Unilever)
Unilever juga melepas aset berwujud seperti alat produksi, perlengkapan, persediaan dan barang dagang, serta menyewakan sebagian tanah dan bangunan pabrik di Cikarang.
"Jika tidak memperhitungkan keuntungan dari divestasi dan laba bisnis spreads, maka laba perseroan pada 2019 meningkat 9,3%," ujar Sancoyo.
Meski demikian, dia berharap kinerja perusahaan tetap postif kedepan. Caranya, dengan membuat serangkaian inovasi di berbagai linis bisnis, dengan begitu produk dan layanannya akan selalu relevan bagi konsumen Unilever ke depan.
"Kami berkomitmen untuk memberikan kinerja keuangan jangka panjang, dengan menciptkan keseimbangan yang baik antara pertumbuhan dan margin melalui model bisnis yang berkelanjutan," ujarnya.