Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menanggapi maraknya pemberitaan terkait saham gorengan. Menurutnya, jika stempel terus di tempelkan pada perdagangan beberapa saham, maka pasar modal dalam negeri bisa rusak.
Tito khawatir jika masyarakat sampai berpandangan bahwa saham gorengan memang ada dan berkonotasi buruk, maka banyak pihak akan menjauhi pasar modal dalam negeri.
"Saya pribadi menganggap tidak ada itu (saham gorengan)," kata Tito melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Kamis (9/1).
(Baca: Saham Gorengan yang Membuat Resah Jokowi dan Investor Pasar Modal)
Selain itu jika isu saham gorengan ini sampai marak, akan ada masyarakat yang menganggap investasi di pasar modal hanya bisa dilakukan pada saham yang memiliki kapitalisasi pasar besar (blue chip) atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Bagaimana keberpihakan ke perusahaan menengah yang mau listed?," kata mantan Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada itu.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan hal yang senada. Menurutnya, tidak ada saham gorengan karena semua harga saham dibentuk melalui mekanisme pasar.
Selain itu, semua kegiatan jual beli di pasar modal sudah sah. Investor bisa saja membeli saham salah satu emiten di harga yang sangat rendah jika ada yang mau menjualnya. Begitu pula sebaliknya, investor bisa menjual saham di harga tinggi jika ada yang mau membelinya.
"Sah saja kalau ada mau, kenapa tidak? Itu semua ada untuk pencatatannya, jadi tidak bisa bilang bahwa itu adalah gorengan," katanya.
Saham gorengan ini ramai dibicarakan, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keresahannya terhadap aktivitas goreng saham yang memakan banyak korban. Jokowi juga meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI membersihkan pasar modal dari para manipulator saham.
Jokowi menyebut tindakan para manipulator saham merusak kepercayaan para investor di dalam maupun di luar negeri. Padahal, pemerintah terus berupaya menjaga kepercayaan para investor.
"Yang Rp 100 tadi dipoles-poles jadi Rp 1.000. Hati-hati. Bersihkan dan hentikan ini," kata Jokowi ketika membuka perdagangan saham di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (2/1).
(Baca: Jokowi Minta OJK dan BEI Bersihkan Pasar Modal dari Manipulator Saham)
Salah satu perusahaan yang terjerat saham gorengan dan menimbulkan masalah keuangan adalah PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan ini lantaran manajemen yang lama berinvestasi secara sembrono.
Saham gorengan masuk ke dalam portofolio investasi perusahaan lantaran potensi keuntungannya besar. Namun, Hexana mengatakan manajemen lupa menghitung risiko saham gorengan yang tergolong tinggi.
Menurut hasil penyidikan Kejaksaan Agung, ada potensi kerugian negara sebesar Rp 13,7 triliun akibat pengelolaan investasi Jiwasraya yang melanggar prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). Jaksa Agung S.T. Burhanuddin mengatakan, perseroan menempatkan 95% dari Rp 5,7 triliun aset keuangannya kepada saham-saham perusahaan yang berkinerja buruk.