Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 78 perusahaan perdana mencari pendanaan melalui pasar modal pada 2020, baik melalui skema penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), maupun melalui pencatatan efek lainnya.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan bahwa target tahun depan terbilang konservatif karena hanya naik tipis dari target tahun ini yakni sebanyak 75 perusahaan. "Tahun depan, ada kenaikan target tapi konservatif," kata Inarno di gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).
Meski demikian realisasi perusahaan yang perdana mencari pendanaan melalui BEI melebihi target yakni mencapai 76 perusahaan. Mayoritas berasal dari pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO), yaitu sebanyak 55 perusahaan yang berhasil meraup dana segar sebesar Rp 14,77 triliun.
Selain IPO, terdapat 14 perusahaan yang mencatatkan exchange traded fund (ETF) baru, lalu 2 efek beragun aset (EBA), 2 obligasi, 2 dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi kolektif (DIRE-KIK), dan 1 dana investasi infrastruktur berbentuk kontrak investasi kolektif (DINFRA).
(Baca: Terpukul Gejolak Global, Pasar Modal RI 2019 Bisa Cetak Hasil Positif)
Namun, jumlah perusahaan yang go public tahun ini sebenarnya menurun dibandingkan dengan 2018 di mana bursa mencatatkan 57 perusahaan publik baru. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak sejak BEI diprivatisasi pada 1992. Dari sisi raihan dana IPO tahun ini pun lebih rendah 7,6% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 16 triliun.
Meski begitu, Inarno tidak ambil pusing dengan turunnya jumlah perusahaan yang IPO tahun ini karena capaian tahun ini sudah menjadi yang terbanyak di Asia Tenggara.
Menurut catatan BEI, jumlah perusahaan yang go public di bursa saham Thailand menjadi terbanyak setelah Indonesia yaitu 30 perusahaan, diikuti oleh Malaysia sebanyak 29 perusahaan. "Capaian 55 perusahaan IPO sudah luar biasa dibanding negara Asia Tenggara. Jadi, syukur sangat bagus," kata Inarno.
Adapun perusahaan yang pertama kali go public tahun ini yaitu PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) pada 8 Januari 2019 dan meraup dana segar Rp 20,25 miliar. Sementara, perusahaan terakhir yang IPO yaitu PT Galva Technologies Tbk (GLVA) pada 23 Desember dan berhasil meraup dana segar Rp 67,8 miliar.
(Baca: Perdagangan Perdana, Harga Saham Uni-Charm Melesat 16%)
Perusahaan yang meraup dana paling besar dari IPO tahun ini adalah PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) yang melantai pada 20 Desember lalu. Perusahaan produsen popok dan pembalut ini berhasil meraup dana segar hingga Rp 1,25 triliun.
Perusahaan yang berhasil meraup dana besar lainnya yaitu PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) yang melantai pada 19 September lalu yakni sebesar Rp 1,03 triliun.
Sebenarnya, PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) yang mencatatkan sahamnya pada 9 Juli 2019 berhasil melakukan IPO sebesar Rp 4,76 triliun. Namun saham yang dilepas ke publik bukan merupakan saham baru melainkan saham milik pemegang saham lama. Sehingga, dana yang diraup tidak masuk ke kantong perusahaan.
Selain itu, pengelola klub sepak bila Bali United, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), menjadi klub olahraga pertama di Asia Tenggara yang melantai di bursa saham. Bali United resmi mencatatkan sahamnya di lantai bursa pada 17 Juni 2019.
(Baca: Bursa Saham Amerika Terancam Koreksi Tajam Tahun Depan)