Harga Saham-saham Big Cap Rontok, IHSG Ditutup di Zona Merah

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi. Total transaksi pasar modal pada perdagangan hari ini mencapai 9,62 miliar saham.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
4/12/2019, 17.33 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada hari ini, Rabu (4/12), ditutup melemah 0,34% ke level 6.112,87. Pelemahan IHSG terutama terjadi akibat harga saham sejumlah perusahaan berkapitalisasi besar atau big cap terkoreksi.

Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk  atau UNVR turun 1,58% menjadi Rp 42.000, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk atau ICBP juga mencatatkan penurunan harga saham 2,63% menjadi Rp 11.100. 

Lalu harga saham PT United Tractors Tbk atau UNTR anjlok 2,13% menjadi Rp 20.700, PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI terkoreksi 1,66% menjadi Rp 7.425 per saham, dan PT Bank Mandiri (BMRI) melemah 1,39% menjadi Rp 7.075 per saham.

Harga saham PT Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) juga turut lunglai 1,33% menjadi Rp 7.425.

(Baca: Tensi Perang Dagang Meningkat, Rupiah Melemah ke 14.120 per Dolar AS)

Berdasarkan catatan RTI Infokom, transaksi di pasar modal mencapai 9,62 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 6,95 triliun dan frekuensi perdagangan 591 ribu kali. Koreksi indeks sejalan dengan  256 saham yang turun dan hanya 142 saham yang naik.

Tercatat juga asing melego saham-saham di seluruh pasar dengan nilai bersih Rp 165,63 miliar. Asing melakukan jual bersih Rp 197,67 miliar di pasar reguler dan Rp 32,04 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Adapun bursa saham Asia juga ditutup melemah. Nikkei 225 Index terkoreksi 1,05%, Hang Seng Index anjlok 1,25%. Shanghai Composite Index turun 0,23%, dan Strait Times Index melemah 0,42%.

(Baca: Kasus Reksa Dana Minna Padi, BEI Sebut Sekuritas Tahan Transaksi Saham)

Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, pergerakan IHSG dan bursa saham Asia hari ini didominasi oleh sentimen negatif dari perang dagang Amerika Serikat dengan negara-negara lain, seperti Tiongkok, Meksiko, Argentina, Prancis, dan Jepang.

"Membuat kinerja pergerakan indeks global mengalami koreksi," kata Nafan kepada Katadata.co.id hari ini.

Reporter: Ihya Ulum Aldin