PT Bakrie & Brothers (BNBR) stabil mencetak untung sepanjang sembilan bulan 2019. Bila terus berlanjut, maka tahun ini bisa menjadi tahun pertama BNBR mencetak laba bersih, setelah empat tahun berturut-turut rugi.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BNBR membukukan laba bersih Rp 36,78 miliar per akhir Maret, lalu naik signifikan menjadi Rp 222,68 miliar per akhir Juni, dan mencapai Rp 342,34 miliar per akhir September.
Laba bersih dalam sembilan bulan pertama ini disokong oleh pendapatan yang sebesar Rp 2,47 triliun, naik 6% dibandingkan periode sama tahun lalu. Direktur Utama BNBR Anindya Bakrie mengatakan capaian ini seiring membaiknya kinerja anak usaha.
“Sejak akhir Desember 2018 hingga pertengahan 2019, beberapa unit usaha menampilkan performa lebih bagus dibandingkan waktu-waktu sebelumnya,” kata dia seperti dikutip dari siaran pers perusahaan, Minggu (4/11).
(Baca: Setelah Rugi, Emiten Grup Bakrie Ini Akhirnya Cetak Untung Rp 14 M)
Selain itu, perbaikan kinerja keuangan seiring restrukturisasi yang dilakukan perusahaan. Yang utama, perusahaan merestrukturisasi utang dan menjalankan pemangkasan biaya dan efisiensi besar-besaran dalam operasional anak usaha.
“Beban utang secara konsisten terus berkurang dan nilai aset meningkat. Tahun lalu, kami juga melakukan konversi sebagian utang menjadi saham dan ini turut meringankan beban secara cukup signifikan,” kata Anindya.
Beban utang dan bunga perusahaan tercatat menyusut menjadi Rp 129,12 miliar per September, dari Rp 344,63 miliar pada posisi sama tahun lalu.
Adapun anak usaha yang tercatat memberikan sokongan besar terhadap BNBR yakni Bakrie Pipe Industries (BPI). Perusahaan pipa baja tersebut mencatatkan pendapatan Rp 1,29 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 8,7% dibandingkan periode sama tahun lalu.
(Baca: Harga Batu Bara Merosot, Laba Bersih Bumi Resources Makin Anjlok)
Capaian tersebut karena adanya sejumlah proyek berkesinambungan yang bersifat multiyears dan proyek baru. Proyek yang dimaksud yakni pengadaan pipa untuk Saka Energi di wilayah Jawa Timur dan proyek pembangkit Jawa I. Kedua proyek ini berjalan sejak akhir 2017 dan tuntas pada semester I 2019.
Selain itu, BPI kembali memenangkan tender proyek PLN untuk pengadaan listrik. Nilai proyek tersebut mencapai Rp 400 miliar.
Anak usaha BNBR lainnya, yaitu Bakrie Autoparts mencatatkan pendapatan Rp 529,5 miliar. Anindya optimistis dengan prosepek bisnis otomotif. Adapun perusahaan tengah fokus menyasar pengembangan bus listrik, bekerja sama dengan industri kendaraan listrik Tiongkok yaitu BYD Auto Co.Ltd.
Ia menjelaskan, Bakrie Autoparts terus melakukan proses uji coba dan sosialisasi dengan beberapa perusahaan transportasi umum terbesar di Indonesia seperti TransJakarta dan PPD. Perusahaan berharap, proses uji coba dapat rampung akhir tahun ini dan proses pengadaan bus listrik dapat dimulai tahun depan.
Perkembangan bisnis yang positif lainnya, menurut Anindya, dicatatkan Bakrie Building Industries. Anak usaha yang bergerak di bidang produksi bahan bangunan itu tengah mengembangkan produk breakwater “A-Jack” bersama Institut Teknologi Bandung. Breakwater "A-Jack" disebut efektif sebagai pemecah gelombang untuk melindungi wilayah perairan dari ancaman abrasi.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BNBR rugi sebesar Rp 1,33 triliun pada 2018. Ini lebih besar dibandingkan rugi tahun sebelumnya Rp 1,21 triliun. Meski begitu, kerugian tersebut telah jauh menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai Rp 3,6 triliun dan 2015 yang sebesar Rp 1,75 triliun.
Sebelum itu, pada 2014 BNBR tercatat mencetak untung Rp 155,10 miliar, setelah rugi besar Rp 12,73 triliun pada 2013.