PT Astra International Tbk membukukan penurunan laba pada sembilan bulan pertama tahun ini. Perusahaan berkode bursa ASII tersebut membukukan laba bersih Rp 15,86 triliun, turun 7,06% dbandinkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 17,07 triliun.
Perusahaan menyatakan, berkurangnya perolehan laba bersih terutama imbas penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan agribisnis. “Penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan kontribusi dari divisi jasa keuangan Astra,” demikian tertulis dalam rilis resmi, Kamis (31/10).
Laba bersih dari divisi otomotif Astra tercatat sebesar Rp 6,06 triliun untuk periode Januari-September tahun ini, turun 13,59% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penyebabnya, penurunan volume penjualan mobil sebesar 7% menjadi sebanyak 396 ribu unit.
Meski begitu, penurunan penjualan mobil Astra masih lebih kecil dibandingkan dengan penurunan penjualan mobil secara nasional yang menurut data Gaikindo anjlok 12% menjadi 754 ribu unit. Alhasil, pangsa pasar Astra pun meningkat menjadi 53%, dari 50% pada periode sama tahun lalu.
(Baca: Dampak Pemilu & Daya Beli, Penjualan Mobil Hingga September Anjlok 12%)
Di tengah penurunan penjualan mobil, penjualan sepeda motor Astra tercatat masih mampu tumbuh positif. Penjualan sepeda motor Astra naik 5% menjadi 3,7 juta unit.
Peningkatan penjualan sepeda motor Astra ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan secara nasional yang meningkat 4% menjadi 4,9juta. Dengan perkembangan tersebut, pangsa pasar penjualan motor Astra menjadi 75%.
Di sisi lain, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), perusahaan komponen otomotif yang 80% sahamnya dipegang Astra tercatat membukukan laba bersih Rp 512 miliar, tumbuh 24% dibandingkan periode sama tahun lalu. Pertumbuhan laba bersih tersebut disokong kenaikan pendapatan dari segmen pasar suku cadang pengganti.
(Baca: Menyusul Ford, General Motors Resmi Hengkang dari Indonesia Maret 2020)
Untuk divisi agribisnis, penurunan laba tercatat drastis. Anak usaha Astra yang bergerak di bidang tersebut yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) membukukan laba bersih Rp 111 miliar, anjlok 90% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Penurunan laba bersih disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit. Harga rata-rata minyak kelapa sawit turun 16% menjadi Rp 6.449 per kilogram. Padahal, pada periode yang sama, volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya naik 10% menjadi 1,7 juta ton.
Imbas penurunan laba bersih tersebut, Astra yang memegang 79,7% saham Astra Agro Lestari hanya mendapatkan laba bersih yang diatribusikan ke perusahaan sebesar Rp 89 miliar, turun 90% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sederet grup bisnis Astra lainnya juga tercatat mengalami penurunan laba bersih. Laba bersih dari grup bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi tercatat turun 5% menjadi Rp 5,1 triliun; teknologi informasi turun 28% menjadi Rp 77 miliar; sedangkan properti turun 38% menjadi Rp 41 miliar.
Divisi Keuangan Astra
Di tengah penurunan laba dari sederet divisi bisnis, Astra membukukan pertumbuhan laba yang positif untuk divisi keuangan. Laba bersih dari divisi ini tercatat sebesar Rp 4,3 triliun pada periode Januari-September tahun ini, naik 25% dari periode sama tahun lalu.
Kenaikan laba bersih ini disebabkan oleh portofolio pembiayaan yang lebih besar dan pemulihan kredit seret alias non-performing loan (NPL).
Salah satu perusahaan di divisi ini yaitu PT Bank Permata Tbk yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Astra. Bank berkode bursa BNLI tersebut mencatat peningkatan laba bersih sebesar 121% menjadi Rp 1,1 triliun.
(Baca: Profil 3 Bank Raksasa Asia yang Dikabarkan Bidik Saham Bank Permata)
Peningkatan laba bersih Bank Permata disokong oleh peningkatan pendapatan dan penurunan biaya provisi karena adanya peningkatan kualitas pinjaman dan NPL. Rasio NPL membaik menjadi 3,3%, dari posisi akhir tahun lalu 4,4%.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto memperkirakan kinerja perusahaan masih akan disokong oleh bisnis jasa keuangan hingga akhir tahun ini. Selain itu, ada juga kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi.
"(Hingga akhir tahun ini) tantangan atas konsumsi domestik yang lemah dan harga komoditas yang rendah masih tetap perlu diwaspadai," kata Prijono dalam keterangan resminya.
Adapun selain divisi keuangan, divisi bisnis infrastruktur dan logistik Astra tercatat mengalami kenaikan laba pada sembilan bulan pertama tahun ini. Laba bersih naik 38% menjadi 41 miliar.
Kenaikan laba bersih seiring peningkatan pendapatan dari jalan-jalan tol yang mulai beroperasi. Astra memegang saham di jalan tol Trans Jawa.