Emiten tambang Grup Bakrie, Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), membukukan laba bersih sebesar US$ 1,016 juta atau sekitar Rp 14,27 miliar pada periode Januari-September 2019. Ini berbalik dari periode sama tahun lalu yang merugi US$ 93,95 juta.

Kinerja yang positif ini utamanya ditopang oleh tidak adanya rugi pelepasan investasi pada sembilan pertama tahun ini. Sedangkan, pada periode sama tahun lalu, pos ini membebani pendapatan sebesar US$ 84,50 juta.

Selain itu, kinerja disokong pendapatan usaha yang sebesar US$ 3,46 juta, naik 193% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 1,18 juta. Di sisi lain, beban usaha tercatat sebesar US$ 3,45 juta, turun 21,94% dari periode sama tahun lalu US$ 4,42 juta.

(Baca: Restrukturisasi Utang, Bumi Resources Bayar Cicilan Ketujuh Rp 447 M)

Yang menarik, pendapatan di antaranya disokong oleh jasa penasehat pertambangan untuk Bellridge Holdings Limited. "Jasa penasehat pertambangan yang diberikan perusahaan kepada Bellridge Holding Limited senilai US$ 1,182 juta untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2018," demikian tertulis dalam laporan keuangan yang dipublikasikan pada Rabu (30/10).

Perusahaan menandatangani perjanjian jasa penasehat pertambangan dengan Bellridge pada 11 Januari 2018.  Perjanjian tersebut berlaku sampai 11 Januari 2023. Jasa tersebut disebut untuk membantu pencarian dan pengembangan proyek mineral potensial. Mengutip Bloomberg, Bellridge merupakan perusahaan di bidang jasa konstruksi yang berbasis di Australia.

Ke depan, perusahaan berharap kinerja bakal membaik seiring pengoperasian beberapa tambang. Direktur Utama BRMS Suseno Kramadibrata mengatakan pihaknya akan segera memulai uji coba produksi dari lokasi tambang emas Poboya, Palu, Sulawesi Selatan.

(Baca: Bumi Resources Minerals Mulai Uji Produksi Tambang Emas di Sulteng)

Rencananya, BRMS melalui anak usahanya yaitu PT Citra Palu Minerals (CPM) akan mulai mengoperasikan tambang tersebut pada akhir tahun ini.

Produksi pada masa uji coba pertama diharapkan bisa berkisar 100 ribu ton bijih emas, dan pada tahun berikutnya ditargetkan mencapai 180 ribu ton bijih emas. Adapun CPM mengantongi kontrak untuk pengelolaan tambang tersebut dari 2017 sampai 2047.

Sedangkan proyek tambang seng di Sumatera Utara yang dioperasikan anak usaha perseroan yang lain yakni PT Dairi Prima Mineral (DPM) ditargetkan bisa berproduksi pada 2021. Izin produksi proyek tambang ini juga diperoleh pada akhir 2017, dengan 30 tahun masa izin produksi dan tiga tahun izin konstruksi.