PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mencatatkan penurunan laba bersih. Sepanjang Januari-September 2019, perusahaan hanya membukukan laba bersih sebesar US$ 129,1 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun (kurs Rp 14.019). Capaian ini turun 47,1% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 244,3 juta.
Dalam laporan keuangan yang diunggah di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat salah satu penyebab penurunan laba PGN yaitu pendapatan bersih yang turun. Pendapatan PGN tercatat sebesar US$ 2,81 miliar sepanjang Januari-September, turun 2,6% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 2,88 miliar.
(Baca: Kelola Bisnis LNG Pertamina, PGN Incar Proyek Luar Negeri)
Sebenarnya, pendapatan dari distribusi gas yang menjadi penopang utama pendapatan bersih tercatat naik. Distribusi gas PGN tercatat sebesar US$ 2,18 miliar, naik 3,78% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 2,10 miliar.
Namun, penjualan minyak dan gas yang menjadi penopang kedua pendapatan perusahaan tercatat mengalami penurunan. Penjualan minyak dan gas dari kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) pada sembilan bulan tahun ini tercatat sebesar US$ 292,08 juta, turun hingga 33,8% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 441,68 juta.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan tercatat sedikit naik. Beban pokok perusahaan pada sembilan bulan tahun ini tercatat US$ 1,92 miliar, naik 0,4% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 1,91 miliar.
(Baca: PGN Gandeng PTPP Bangun 500 Ribu Jaringan Gas Rumah Tangga)
Kondisi tersebut membuat laba kotor perusahaan mengalami koreksi sebesar 4,3% menjadi US$ 886,98 juta, dari US$ 927,11 juta pada periode sama tahun lalu.
Selain itu, PGN mencatatkan penurunan nilai properti minyak dan gas sebesar US$ 44,18 juta yang turut mengikis laba perusahaan. Padahal, di periode sama tahun lalu, PGN tidak mengalami penurunan nilai properti minyak dan gas.
PGN juga mencatatkan penurunan aset sebesar 7,7% menjadi US$ 7,32 miliar, dari US$ 7,93 miliar pada periode sama tahun lalu.