Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (3/10) ditutup terkoreksi 0,28% menjadi berada di level 6.038,52. Kembali terkoreksinya IHSG pada hari ini membuat indeks sudah turun dalam lima hari perdagangan secara berturut-turut dengan total penurunan sebesar 3,08% dari posisi penutupan Kamis (26/9) di level 6.230,33.
Menanggapi tren negatif indeks, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, banyak alasan terjadinya koreksi IHSG beberapa hari terakhir, baik dari sentimen internal dalam negeri maupun dari eksternal. Salah satu faktor internal yaitu kondisi politik di Indonesia yang sedang tidak stabil terkait maraknya demonstrasi.
"Kami menyadari, koreksi harga ini alasannya macam-macam. Internal kita juga masih bergejolak karena adanya demo-demo yang tiada henti. Ini juga berpengaruh terhadap IHSG," kata Inarno ketika dihubungi Katadata.co.id, Kamis (3/10).
Menurut Inarno, gejolak yang terjadi pada indeks dalam negeri ini bakal masih terus berlanjut hingga kabinet baru di bawah kepemimpinan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) terbentuk. Jokowi sendiri, baru akan mengumumkan kabinet barunya usai dilantik pada 20 Oktober 2019.
(Baca: IHSG Sempat Sentuh Level 5.000, BEI Sebut Karena Demonstrasi)
Sementara itu sentimen eksternal pun turut mendukung laju koreksi IHSG dan bursa saham Asia lainnya yang juga berakhir lebih rendah. Seperti Nikkei dan Kospi yang anjlok masing-masing sebesar 2,01% dan 1,95%, Shanghai turun 0,92%, dan Strait Times turun 0,5%.
Indeks Hang Seng sepanjang hari ini bergerak di zona merah namun pada pengujung perdagangan indeks saham negara Hong Kong ini berbalik naik (rebound) dan ditutup dengan kenaikan 0,26%.
Koreksi bursa Asia dipengaruhi oleh sentimen dari ancaman resesi ekonomi global akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang berkepanjangan. Perang dagang pun berpotensi meluas ke benua biru setelah AS mengumumkan tarif impor baru untuk produk asal Eropa.
"Kekhawatiran memuncak setelah AS mengumumkan tarif impor untuk produk dari Eropa. Data yang lemah baru-baru ini telah menurunkan kepercayaan diri investor terhadap perekonomian domestik dalam menghadapi perlambatan ekonomi global," jelas Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.
(Baca: Sesi I IHSG Turun 0,7%, Sempat Masuk ke Level 5.000)
Data Perdagangan
Pada perdagangan hari ini, total nilai transaksi saham tercatat mencapai Rp 8,42 triliun dari 16,38 miliar saham yang ditransaksikan sebanyak 507.293 kali oleh investor. Tercatat ada 155 saham yang naik, namun sebanyak 262 saham terkoreksi, sementara 129 saham lainnya yang stagnan.
Sektor yang menjadi penyebab terkoreksinya IHSG hari ini yaitu sektor finansial yang turun 0,95%. Saham-saham yang terkoreksi dalam sektor ini seperti Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang anjlok 3,05% menjadi Rp 3.810 per saham. Saham Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga turun 0,16% menjadi Rp 30.200 per saham.
Sementara itu saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,92% menjadi Rp 6.400 per saham, kemudian Bank Negara Indonesia (BBNI) juga turun 0,36% menjadi Rp 6.900 per saham.
Meski begitu, sektor pertambangan mampu menghambat laju negatif IHSG karena sektor ini mampu ditutup naik 1,52%. Beberapa saham yang menopang kenaikan sektor ini seperti Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 4,89% menjadi Rp 965 per saham. Timah Tbk (TINS) naik 4,44% menjadi Rp 940 per saham.
(Baca: Harga Saham Bank BUMN Rontok Akibat Melambatnya Kredit pada Agustus)
Lalu, saham Vale Indonesia Tbk (INCO) juga naik hingga 7,81% menjadi Rp 3.590 per saham, serta Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 4,62% menjadi Rp 6.225 per saham.
Tercatat investor asing kembali melakukan aksi jual bersih di seluruh pasar senilai Rp 792,24 miliar, yakni Rp 676,95 miliar di pasar reguler, dan Rp 118,29 miliar di pasar negosiasi/tunai. Saham BBRI dan BMRI kembali menjadi sasaran jual investor asing. Nilai penjualan bersih (net sell) investor asing BRI Rp 331,8 miliar dan BMRI Rp 121,2 miliar.