Gunung Raja jadi Emiten Pertama Peraih Dana IPO Rp 1 Triliun Tahun Ini

Agung Samosir|Katadata
Ilustrasi pabrik baja. Produsen baja PT Gunung Raja Paksi Tbk. resmi melantai di pasar modal hari ini, Kamis (19/9). Produsen baja ini menjadi emiten pertama yang meraup dana segar lebih dari Rp 1 triliun dari pasar saham sepanjang tahun ini.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
19/9/2019, 13.09 WIB

PT Gunung Raja Paksi Tbk. (GGRP) resmi tercatat sebagai emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (19/9) ini, melalui skema initial public offering (IPO). Perusahaan baja asal Cikarang tersebut, menjadi emiten pertama yang meraup dana lewat IPO di atas Rp 1 triliun sepanjang tahun ini.

Gunung Raja Paksi melepas sebanyak 1,23 miliar saham ke publik melalui IPO ini atau setara dengan 11,8% dari total saham perusahaan. Saham mayoritas perusahaan dikempit oleh Limiwaty Lie sebesar 22,49%. Diikuti oleh Kamaruddin dan Dr Chairuddin yang masing-masing memegang 19,8% dan 19,4% saham perusahaan.

Dari hasil penawaran saham kepada publik tersebut, Gunung Raja Paksi berhasil mengantongi dana segar senilai Rp 1,03 triliun karena harga perdana saham perseroan senilai Rp 840/saham. Ada pun, pada pembukaan perdagangan perdananya, saham Gunung Raja Paksi melesat naik 10,12% menjadi berada di harga Rp 925/saham.

(Baca: Pasar Baja Melemah, Penjualan Gunung Raja Paksi Turun 15% Semester I)

Dalam catatan Katadata.co.id, rencananya dana segar yang dikantongi tersebut, sebanyak 99,52% akan digunakan untuk melunasi utang dalam rangka akusisi produsen baja, Gunung Garuda. Sedangkan, 0,48% sisanya akan digunakan untuk modal kerja. Akusisi yang dilakukan perusahaan mencakup aset, suku cadang, dan operasionalnya.

"Harapannya ke depan, produktivitas dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang masih cukup luas," ujar Direktur Utama Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian pada saat seremoni IPO di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (19/9).

Gunung Raja Paksi menjadi emiten pertama yang mampu meraup dana hingga Rp 1 triliun melalui IPO sepanjang tahun ini. Meski sebelumnya ada PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk, dengan kode emiten LIFE, melakukan IPO dengan total raihan dana sebesar Rp 4,76 triliun pada awal Juli 2019.

(Baca: Masih Ada 22 Perusahaan Siap IPO dan 12 Penerbitan Obligasi Tahun Ini)

Hanya saja, LIFE tidak mengantongi dana dari IPO tersebut karena ada investor eksisting yang melepas saham LIFE miliknya ke publik. Dengan demikian LIFE tidak melepas saham baru ke publik sama sekali.

Jika mengeluarkan dana IPO dari LIFE, maka total raupan dana pada melalui skema IPO ini senilai Rp 6,18 triliun yang terdiri dari 35 perusahaan. Sehingga, rata-rata perusahaan meraup dana dari IPO hanya Rp 176 miliar saja.

Selain Gunung Raja paksi, ada PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) yang IPO pada 8 Juli 2019 di mana perusahaan anak dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) ini meraup dana dari IPO sebesar Rp 845,28 miliar.  Diikuti oleh PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI) yang IPO pada 10 Januari dengan dana raupan Rp 657,44 miliar.

(Baca: Nilai IPO Tahun Ini Kecil, BEI Lihat Tren Baru Perusahaan Masuk Bursa)

Sebelumnya Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan bahwa tahun ini sepi dari emiten besar yang melantai di pasar modal lantaran pertumbuhan ekonomi yang dinilai kurang cepat.

"Kalau perusahaan besar, emisinya besar kan harus menunggu timing yang bagus. Masing-masing punya persepsinya sendiri," kata Inarno di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (17/9).

Menurutnya, salah satu pertimbangan perusahaan besar untuk belum IPO yaitu kondisi perekonomian dalam negeri yang pertumbuhannya masih rendah sehingga keinginan investor untuk menyerap IPO dengan nilai besar menjadi berkurang.

Reporter: Ihya Ulum Aldin